Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Monday, January 3, 2011

Pelayan posesif

Sudah menjadi satu kewajiban bagi seorang pelayan untuk melayani tuannya dengan baik. Apa lagi kalau yang dilayani adalah Tuan yang Agung Tuhan kita, tentunya kualitas pelayannanya pun harus lebih baik dari biasanya. Tugas seorang pelayan Tuhan, secara khusus majelis atau pelayan mimbar memang cukup berat, sebab selain dituntut keikhlasan juga dituntut tanggung jawab secara vertical dan horizontal. Dalam artian, pelayan tersebut dituntut perhatian terhadap domba yang dilayaninya, sekaligus bertanggung jawab membawa jemaat tersebut menuju satu iman yang mantap kepada Kristus Tuhan. Tapi bagaimana jika pelayan tersebut adalah pelayan yang posesif?

Orang yang posesif adalah orang yang haus. Istilah posesif itu sendiri berasal dari kata kerja, "to possess", yang berarti memiliki. Jadi, orang yang posesif adalah orang yang "memiliki" atau lebih tepat lagi, menguasai orang lain. Dalam relasi dengan pasangan, orang yang posesif, akan menuntut pasangan nya untuk selalu memberitahukan dimana keberadaannya. Dia mengharuskan pasangannya meminta izin terlebih dahulu sebelum memotong rambut dan sudah tentu, juga akan marah bila model rambutnya ternyata berlainan dengan model yang diinginkan si posesife tadi. Orang posesife mewajibkan pasangannya untuk tunduk dan memberi pengakuan bahwa dia adalah orang yang paling penting dalam hidup pasangannya. Orang yang posesif umumnya menyimpan ketakutan yang besar, takut ditinggalkan, takut diabaikan, takut tidak berarti dalam hidupnya, dan takut kehilangan kendali atas kehidupannya sendiri.

Persoalan posesif sendiri, umumnya lebih kepada persoalan batas. Ibarat sebuah negara, setiap Negara memiliki wilayahnya sendiri yang wajib dihormati oleh Negara lain. Orang yang posesif beranggapan bahwa hanya dialah yang memiliki batas wilayah itu, dan karena itulah dia akan marah jika orang mencampuri urusannya, apalagi mencoba mengubah suatu hal yang sudah menjadi keputusannya. Sebaliknya, si posesif lebih melihat orang lain sebagai negara tanpa batas bisa dengan mudah dimasuki olehnya. Itulah sebabnya, orang posesif akan merasa merdeka untuk masuk ke dalam hidup orang lain dan memintanya melakukan apa yang dia kehendaki, tanpa merasa sedikitpun bersalah. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, sama seperti pertanyaan diatas, bagaimana jika ada pelayan Tuhan ternyata memiliki tipe ini.

Amat sangat Sulit membedakan antara posesif dengan kasih atau simpati berlebih terhadap orang sekitarnya, dan dalam hal ini adalah umat. Nyatanya umat bukanlah objek”benda” yang dapat begitu aja diintervensi sedemikian rupa, untuk selalu mengikuti keinginan sang pelayan posesif tadi. Sebab umat adalah subjek yang memiliki daya nalar, sekaligus pilihan dan kehendak yang bersifat pribadi yang juga harus dihargai – Sebagai pribadi yang utuh, segambar dan serupa dengan Penciptanya. Namun demikian maksut baik dari sang pelayan juga perlu dihargai. tak selamanya “intervensi” yang dilakukannya bersifat negative, kadang kala “pemaksaan” memang perlu dilakukan, demi progresifitas iman dan spiritualitas jemaat. Bukankah ini juga tanggungjawab seorang pelayan? Lebih dari itu, segala kesempurnaan adalah memang milik Dia, Allah Sang Pencipta, dan segala kelemahan dan keterbatasan adalah milik kita umat ciptaan-Nya.Slawi

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment