Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Monday, November 28, 2011

KUALITAS HIDUP KRISTEN

Mengapa kualitas hidup sebagian Kristen kadang tidak jauh lebih baik dari pada orang yang tidak Kristen? Bahkan mereka yang dahulunya taat dalam agama terdahulu, setelah menjadi Kristen justru tidak taat dalam beragama? Apakah ini kelonggaran dalam memandang anugerah (grace), atau kesalahan dalam beragama, atau karakter yang belum diubahkan ketika menjadi Kristen? Lalu bagaimana seorang Kristen dapat menampilkan kualitas hidup yang jauh lebih baik dan benar dari pada mereka yang tidak Kristen?

Peringatan:

“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius 5:20). BIS “Jadi ingatlah kalian tidak mungkin menjadi umat Allah kalau tidak melebihi guru-guru agama dan orang-orang farisi dalam hal melakukan kehendak Allah”

Mengapa Tuhan Yesus memberikan syarat yang begitu berat kedengarannya, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

1. Cara beragama orang Farisi dan ahli Taurat sangat legalis. Bagi orang Farisi ketaatan dalam memegang syariat agama sangat utama, di antaranya mereka harus memenuhi 613 peraturan, 248 perintah Taurat, 365 larangan Taurat, 1.521 cara memperbaiki kesalahan, dan 39 larangan tentang hari Sabat. Dalam Kamus Alkitab LAI disebut bahwa mereka adalah suatu golongan dari para rabi dan ahli Taurat yang sangat berpengaruh. Seluruh hukum dan peraturan dan adat istiadat nenek moyang mereka taati secara mutlak.

2. Kebenaran beragama orang Farisi dan ahli Taurat dibangun di atas adat istiadat nenek moyang. “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (Mrk 7:8). Bagi mereka hukum dan adat istiadat nenek moyang harus terus diperjuangkan (Mat 15:7-9 lih Rm 10:2-3). “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri” (Mrk 7:9). “Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan” (Mrk 7:13).

3. Perilaku beragama orang Farisi dan ahli Taurat tidak sejalan dengan yang mereka ajarkan (Mat 23:2-35), “…mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya” (Mat 23:3), “kamu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran” (Mat 23:27). Itulah sebabnya, Tuhan Yesus sering mengecam mereka (Mat 23:13-35; Mrk 12:38-40; Luk 11:37-52; 20:45-47). Kesombongan mereka dalam beragama menyebabkan mereka memandang rendah orang lain (lih Luk 18:11-12 bnd Kol 2:16-23).

Sasaran:

“Karena itu hendaklah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48 lih Luk 6:36 “murah hati” (merciful bnd 1 Yoh 2:6). Kata sempurna adalah terjemahan dari kata Yunani teleioi yang dapat diartikan dengan: (a) perfect (moral), (b) genuine (sejati murni, tulen), (c) perfect (physical), (d) complete (sempurna, menyeluruh), (e) mature (matang usia), (f) adult (matang dalam berpikir).

Di bawah ini kualitas hidup yang harus ditunjukkan oleh setiap orang Kristen, yang menjadi titik tolak kelebihannya dari orang lain:

A. Hidup dalam perdamaian (Matius 5:21-26)

Kualitas hidup Kristen sangat ditentukan oleh adanya sikap pendamai ini. Orang Kristen yang suka damai akan selalu menyejukkan hati orang-orang yang ada di sekelilingnya. Syarat menjadi penilik jemaat salah satunya adalah “pendamai” (1 Tim 3:3).

Kita harus hidup dalam perdamaian karena sikap ini akan menentukan keadaan kita pada hari penghakiman. Firman Tuhan berkata: “Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara” (Mat 5:25 lih Luk 12:58). Dalam kaitan inilah, maka kita harus ada dalam perdamaian dengan mereka yang memusuhi kita. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang” (Ibr 12:14), “hiduplah dalam perdamaian (eivrhneu,w) dengan semua orang” (Rm 12:18).

Allah selalu membela orang-orang yang hidup dalam perdamaian dengan sesamanya. Sikap kita yang penuh perdamaian adalah penghakiman bagi orang lain (Rm 12:19-20 lih Ul 32:35; Ams 25:21-22).

Diskusikan dan sharingkan:

1. Apa yang menyebabkan kita tidak dapat berdamai dengan sesama kita?

2. Sikap apa yang akan muncul saat kita tidak mau berdamai?

3. Apa yang dikecam Tuhan saat kita tidak bisa berdamai dengan sesama kita?

4. Buatlah langkah-langkah praktis agar kita bisa memiliki sikap pendamai terhadap sesama?

B. Anggota tubuh yang terkendali (Matius 5:27-32)

Dengan bahasa dunia timur yang jelas dan tegas Tuhan Yesus hendak mengemukakan kebenaran dasar bahwa dalam hidup ini ada satu tujuan yang untuknya kita pantas berkorban. Dalam hal-hal fisik, kita mungkin harus mengamputasi – cungkillah (pluck it out NIV: gouge it out), penggallah (cut out - ), buanglah (cast out- NIV: throw it away) - anggota tubuh yang rusak sehingga tidak mempengaruhi dan membahayakan anggota tubuh lainnya.

Rabi-rabi Yahudi mengatakan: “Mata dan hati adalah dua penyebab dosa. Nafsu hanya ada pada orang yang melihat. Celakalah orang yang menuruti matanya karena mata itu memiliki sifat zina.” Tuhan Yesus pernah mengatakan: “Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu” (Mat 6:22). Jadi kita harus dapat mengendalikan setiap anggota tubuh kita yang cenderung membawa ke dalam hawa nafsu dan segala perbuatan dosa. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Matius 12:37 lih Ef 4:29).

Pertanyaan ini patut kita jawab: Apakah ada anggota tubuh kita yang tidak pernah melakukan dosa? Beranikah anda memenggalnya? Coba pikirkan, jika anggota tubuh kita sudah banyak yang dipenggal, lalu bagian anggota tubuh manakah yang masih tersisa?

Perintah memenggal dan menghilangkan anggota tubuh yang melakukan dosa perlu mendapat perhatian kita secara serius (lih Mat 18:8-9; Mrk 9:43-48). Hanya orang yang mau mematikan dosa dalam tubuhnya yang dapat mengerti kehendak Allah (1 Ptr 4:1-2); “menanggalkan (put off) perangai yang lama itu dengan segala kelakuannya” (TL Kol 3:9); “mematikan (mortify) perbuatan tubuh” (TL Rm 8:13); “membuangkan perangaimu yang lama” (TL Ef 4:22); “berperangailah perangai yang baru” (TL Ef 4:24). “Karena itu matikanlah (mortify) dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi” (Kol 3:5).

Tuhan tidak mengizinkan kita masuk dalam Kerajaan-Nya jika dosa masih berkuasa dalam tubuh kita, “barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian itu tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (lih Gal 5:19-21). “Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa (TL: memerintah) lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya (TL: hawa nafsunya).” (Rm 6:12 lih ayat 13-14); “tabiat kita yang lama sudah disalibkan” (Rm 6:6).

Akhirnya patutlah bagi kita memandang bahwa tubuh kita telah dikorbankan hidup-hidup kepada Tuhan (Rm 12:1-2); dan bahwa tubuh kita juga telah ditebus Tuhan Yesus, agar kita dapat memuliakan Tuhan dengan tubuh kita (1 Kor 6:20 lih 2 Kor 7:1).

Diskusikan dan sharingkan:

1. Mengapa tubuh kita harus dikendalikan sedemikian rupa?

2. Apa pendapat saudara bahwa tubuh kita telah ditebus dan dikorbankan kepada Tuhan?

3. Buatlah langkah-langkah praktis agar tubuh kita dapat memuliakan Allah dalam segala hal!

C. Keputusan yang jelas dan pasti (Matius 5:33-37 lih 23:16-22)

Kita menjadi seperti pilihan kita pada saat kita berani membuat keputusan. Tuhan tidak menginginkan kita menjadi peragu dalam membuat keputusan (bnd Why 3:15-16).

Paul Tillich mengatakan, “manusia benar-benar menjadi manusia hanya saat ia mengambil keputusan”, atau ketika Jaspers menyebut “kita adalah mahkluk yang memutuskan”, semuanya ini menyiratkan, bahwa kita harus bertanggungjawab atas kehidupan dan keberadaan kita. Keputusan yang kita buat adalah bukti kesanggupan kita untuk meletakkan perkembangan di tangan sendiri.

Orang yang memiliki kepastian hidup, tujuan yang jelas akan memiliki keberanian dalam mengambil keputusan, “Ya” atau “Tidak”. Hal ini penting, mengingat setiap permasalahan selalu timbul ketika tidak ada keputusan yang jelas dan pasti. “Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat 5:37).

Eduard Schweiser dalam bukunya, Jesus, mengatakan: “Bagaimanapun juga kenetralan tidak mungkin sebagai suatu sikap definitiv, sebab panggilan-Nya sedemikian rupa sehingga siapapun yang bersikap netral telah menolak-Nya.”

Diskusikan dan sharingkan:

1. Apa pandangan saudara tentang sumpah? Bolehkah orang Kristen bersumpah?

2. Mengapa Tuhan Yesus menaruh perhatian terhadap sumpah?

3. Langkah-langkah apa yang dapat kita lakukan sehingga kita dapat konsekuen terhadap janji yang telah kita ucapkan?

D. Pengampunan tanpa batas (Matius 5:38-48)

Mengampuni itu mudah dilakukan, tetapi apakah kita juga dapat melupakan kesalahan orang lain? Apalagi jika luka itu begitu membekas sangat dalam dan kita merasa sebagai pihak yang benar-benar disakiti tentunya tidak mudah untuk melupakan kesalahan orang itu. Tetapi dalam hal ini Tuhan Yesus mengajarkan agar kita memiliki kualitas pengampunan yang berbeda dan lebih dari orang yang tidak Kristen (Mat 5:46-47).

Tuhan mengajar kita untuk bisa mengampuni tanpa batas, “tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat 18:22). Kita mengampuni orang lain karena Tuhan telah mengampuni kita. “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Mat 6:14-15 lih Mat 18:35). Kita mengampuni supaya tidak ada akar pahit di dalam hati kita (Ibr 12:15).

Pentingnya pengampunan tanpa batas menandakan bahwa kita telah sempurna di dalam kasih Bapa (1 Yoh 4:7-21). Mengampuni orang lain yang bersalah adalah bukti dari pengenalan kita akan kasih Bapa, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita …. barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yoh 4:19-20).

Diskusikan dan sharingkan:

1. Dalam hal apakah kita sering tidak dapat mengampuni orang yang bersalah kepada kita?

2. Mengapa kita tidak mudah melupakan kesalahan orang lain?

3. Buatlah langkah-langkah praktis agar kita memiliki pengampunan tanpa batas!

KESIMPULAN

Sebagai orang Kristen, kita dituntut untuk dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik dari pada orang lain, baik dalam moral maupun spiritualitas kita. Sadar atau tidak sadar kehidupan kita akan terus dinilai, diteladani dan dipercayai serta diharapkan kehadirannya untuk dapat menyejukkan semua pihak. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk hidup dalam perdamaian dengan semua orang, mengendalikan segala keinginan duniawi, membuat keputusan yang benar, tegas dan jelas serta mengampuni orang yang bersalah tanpa batas.

Semangat kita dan kesungguhan hati untuk melakukan kehendak Allah harus lebih baik dari pada ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (1 Kor 9:27). (LMA)

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment