Agama adalah sebuah sistem yang mengatur umat untuk menuju pada satu jalan yang telah ditetapkan berdasarkan pada teks yang menjadi panutan, yaitu kitab suci. Sedikit menengok kebelakang, di masa lampau, ternyata agama bukan semata dipahami sebagi sebuah sistem, tapi lebih mengarah kepada sebuah "ngelmu" - ilmu yang tak hanya berhubungan dengan nalar berpikir, tapi juga sebuah pembelajaran diri tentang sebuah harmoni antara batin dan raga – tentunya dengan merujuk pada konteks sempit dalam artian bahasa jawa.
Sebagai "ngelmu", agama dipahami sebagai satu hal yang perlu dipelajari secara serius guna memperoleh pengetahuan tentang hidup sejati dan kekuatan untuk mendapat selamat serta kesejahteraan di dunia dan akhirat. Dalam hal ini, agama mirip seperti kompas yang memiliki fungsi sebagai penunjuk jalan, yang mengarahkan para pelakunya (umat) menuju satu tujuan puncak yaitu kehidupan harmoni. baik harmoni antara raga dan jiwa; harmoni dalam hidup sosial; maupun harmoni kehidupan spiritual - yang klimaksnya ada pada manunggaling kawulo lan gusti - bersatunya Tuhan dan umat-Nya dalam satu persekutuan pribadi yang sangat erat. Dalam sejarah kekristenan ditanah jawa, tersebut dua nama yang pernah belajar tentang "ngelmu" kristen, yaitu, Kyai Sadarakh dan kyai Tunggul Wulung. keduanya adalah orang yang sangat haus dan cinta akan "ngelmu". sebab disanalah mereka dapat menemukan ketenangan batin dan harmoni spiritualitas. dan yang paling mengesankan adalah, justru dalam elmu kristenlah mereka menemukan kedamaian dan keharmonian itu.
banyak orang menuduh kedua orang itu sebagai sinkretik - mencampurkan antara ajaran kristen dengan ajaran kejawen yang pernah dianutnya. padahal tuduhan banyak orang itu sebenarnya tak memiliki alasan yang terlalu kuat. kedua orang ini hanyalah seorang hamba yang mencoba membawa ngelmu import itu tetap dengan nuansa dan corak lokal, yaitu corak jawa. sebab nyata nyata keduanya memiliki beberapa kemiripan. misalnya saja tentang ajaran “Manunggaling kawula-Gusti” bersatunya hamba dgn Tuhan yang merupakan asal dan tujuan dari segala yg ada “sangkan paraning dumadi”. Keinginan dan kerinduan kawula ialah menyatu dgn Gusti dlm keabadian, prinsipnya sama seperti juga kerinduan dlm iman Kristen untuk menemukan dan menyatu diri dgn Tuhan, hal yg sama sebenarnya sdh diungkapkan juga oleh rasul Paulus ketika ia berada di Atena: “supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing” Kis 17:27.
Kristen hendaknya tidak semata dipandang sebgai sebuah sistem agama yang kadangkala dipandang mengekang dan membatasi laku spiritual. tapi juga harus dipandang sebagai "ngelmu" yang dari sanalah keluar mata air sejuk tempat memuaskan dahaga jiwa dalam nuansa keteduhan rohani. disanalah manusia dapat belajar tentang makna hidup. tentang bagaimana hidup harmoni juga mengerti kesejatian diri. dengan demikian umat akan memiliki kesadaran kuat dan mengerti "kesenjangan" antara dirinya dengan Tuhan. mengerti bahwa kita, manusia ini adalah ciptaan dan bukan pencipta. mengerti bagaimana manusia tak dapat hidup sendiri tanpa pencipta yang mengasihi dan memberinya anugrah kesejahteraan. dengan demikian kita akan semakin erat bergantung dengan Tuhan, hidup harmoni dengan-Nya dan terus menikmati "persetubuhan" kasih dalam nuansa damai jiwa. semoga saja kita semua dapat menikmatinya. Slawi
0 comments:
Post a Comment