Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Thursday, February 3, 2011

Jangan takut!


Dewasa ini hidup damai seolah menjadi barang mahal di negara kita. Bagaimana tidak, hampir setiap hari selalu saja ada kejahatan, tindak kekerasan dan ancaman bah-kan teror yang terjadi. Banyak orang dibuat takut, cemas dan was-was dengan keadaan sekarang ini. Damai seharusnya bisa dinikmati di mana saja dan kapan saja oleh siapa saja. Tidak seorang pun berhak mengga-daikan damai kepada pihak lain yang kege-marannya hanya melakukan tindak kekerasan dan tak menginginkan damai di bumi Indonesia tercinta. Apalah artinya hidup dengan harta benda melimpah, namun damai dan sejahtera tidak sedikit pun ada di hati.

Beragam kasus teror terjadi di negara kita. Entah siapa yang mengawali, yang jelas banyak korban nyawa dan korban materi tak sedikit terhilang sia-sia sebagai dampak dari teror selama ini. Sedikit “tinta hitam” mem-bekas pada bangsa ini, maka seluruh bangsa Indonesia dianggap sama sama hitam dengan tinta tadi. Tak ayal jikalau bangsa ini dicap sebagai bangsa teroris lantaran tindakan sebagian orang yang tak bertanggung jawab.
Belakangan, muncul lagi kasus teror baru yang menghebohkan, tak tanggung-tang-gung, ancaman yang memilih media website sebagai sarana penyampai pesan, sasaran yang dituju langsung mengancam keselamatan sang kepala negara kita, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tak kalah mencemas-kan masyarakat, khususnya di Jakarta, berbagai teror yang cukup merepotkan pihak kepolisian pun berdatangan silih berganti. Mulai dari ancaman terhadap pihak-pihak tertentu sam-pai penghancuran fasilitas umum atau kantor duta besar negara sahabat. Lagi-lagi teror tadi berhubungan erat dengan isu santer eksekusi mati kawanan pelaku teror bom Bali yang tengah menanti eksekusi di LP Nusakambangan.
Apakah mereka yang tak bertanggung jawab tadi hanya menginginkan negara ini kisruh? Tak inginkah mereka akan kedamaian dan kesejah-teraan umum yang coba dibangun oleh seluruh masyarakat secara keseluruhan? Adakah niat mereka akan kehancuran negara hanya dikare-nakan keinginan untuk diakui atau sekadar menunjukkan eksistensi diri? Ataukah semua itu hanya dilakukan karena iseng? Kita tentu tak tahu apa tujuan si peneror tadi. Hanya si peneror sendiri yang tahu untuk apa dia lakukan semua itu.

Damai di bumi, akankah tercipta lagi? Sulit menjawabnya. Bukan lantaran karena kita tidak bisa menjawab, tapi karena kompleksnya persoalan damai dan faktor pembentuk keda-maian. Jikalau masih saja ada orang yang egois dan ingin sekali dihargai keberadaan mereka, lalu membuat orang lain resah dan cemas, rasanya kata damai di bumi akan tercipta kembali. Meski aparat kepolisian memberikan satu himbauan agar rakyat tidak cemas, tapi bagaimana tidak cemas jikalau keadaan tak berubah baik – justru cenderung menuju arah sebaliknya.
Lantas bagaimana umat turut berperan dalam menjaga atau menciptakan kedamaian? Mungkin Anda sudah tahu jawabannya, tapi memang itulah satu-satunya jawaban bagi umat demi terciptanya kedamaian di bumi Indonesia ini, yakni bersandar dan berbakti pada Kristus. Bukankah dengan dekat dengan Tuhan maka perasaan damai dan sejahtera akan segera me-ngalir dalam diri? Dan jikalau kita sudah memiliki kedamaian itu, masak damai dan sejahtera tadi tidak kita bagikan kepada orang lain?

Jikalau damai sudah ada dalam diri, lantas apakah yang kita takutkan? Mati bukanlah satu hal yang perlu terlalu ditakuti. Mati tak lebih dari sekadar bagian proses kehidupan. Mati ada-lah satu proses menuju kehidupan kekal bagi umat Kristen. Soal cara bagaimana mati, tentu-nya bukanlah wewenang kita mengerti dan mentukan bagaimana nanti.

Kiranya damai dalam diri tak beralih menjadi kecemasan diri karena ketakutan kita akan se-gala sesuatu yang belum tentu terjadi. Pasrah diri adalah kata kunci yang pas bagi kita untuk tak terlalu menakutkan apa yang tak perlu terlalu ditakuti. U SLAWI

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment