Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Monday, January 3, 2011

Hidup Itu Pilihan!


Hidup adalah sebuah istilah yang dipakai untuk menunjukkan suatu makhluk, termasuk manusia, yang masih dapat bergerak dan berkembang. Hidup juga biasa dipakai untuk menunjukkan bahwa sebuah lilin atau lentera itu masih menyala. Selain itu, hidup juga merupakan satu istilah yang menunjukkan sesuatu itu ada dan memang masih tetap ada. Dalam kekristenan, khususnya dalam Alkitab, kata hidup juga biasa dipakai untuk menunjukkan satu posisi tertentu dimana manusia menerima berkat-berkat khusus dari Allah sebagai akibat dari pilihannnya yang benar (memilih mematuhi perintah Allah), sekaligus merupakan kontras dari kata “kematian” sebagai akibat pilihan bagi yang memberontak dan meninggalkan Allah.

Hidup manusia adalah hidup yang penuh dengan pilihan. Hidup yang selalu “dihiasi” dengan keadaan dan situasi sulit di mana manusia dipaksa untuk memilih diantara dua kutub yang seringkali berlawanan. Antara kutub yang salah dan benar; baik dan buruk; arif dan bodoh. Karena itu, bijak menyikapi dua pilihan yang saling berlawanan itu sangatlah diperlukan.

Sejak manusia diciptakan, potensi untuk memilih itu pun sudah melekat pada diri manusia – sebagai “akibat” dari kesegambaran manusia dengan penciptanya – berupa kehendak bebas. Dengan melekatnya potensi memilih ini, maka dengan sendirinya tanggung jawab terhadap pilihan itu pun melekat padanya. dan dengan adanya tanggungjawab, maka secara tidak langsung pun sudah terkandung suatu unsur batasan terhadap kebebasan itu sendiri. Karena itu, sebebas-bebasnya sebuah kebebasan, apa yang dinamakan kebebasan itu tetap saja terbatas. Misalnya saja dalam ranah sosial, meskipun saya adalah individu yang bebas dan saya dapat mengekspresikan kebebasan saya itu dengan sebebas-bebasnya, tapi kebebasan saya juga tak bisa menabrak kebebasan orang lain, sebab dengan sendirinya saya akan membatasi kebebasan orang lain. Dan ini merupakan pelanggaran terhadap kebebasan individu lain. Dengan demikian kebebasan saya pun haruslah tetap saya jaga agar tepat pada posisinya. Bagaimana dengan kebebasan dalam hubungannya dengan tanggung jawab kepada Allah. Saya bebas melakukan segala sesuatu (karena itu dimungkinkan), tapi bagaimana saya menentukan dan mengekspresikan sebuah kebebasan, itu haruslah saya pertanggungjawabkan (Pkh.11:9)

Dalam Ulangan 30:11-20, khususnya dalam ayatnya yang ke-19, diuraikan bagaimana Tuhan memberikan dua pilihan yang sangat mendasar, pilihan antara hidup dan mati. Pilihan yang terdiri dari dua kekuatan yang sama besarnya. Dari pilihan yang Allah berikan ini terlihat bahwa Allah ternyata tak melulu menggunakan otoritas yang absolud itu, dalam menjalankan pemerintahan-Nya. Justru dari hal ini terlihat bagaimana Allah sangat Adil, tak memaksa manusia, tapi memberikan kebebasan terhadap manusia untuk memilihnya.

Dengan demikian, siapakah saya, menjadi apa saya, dan bagaimana masa depan saya, (hubungannya dengan moral normatif) semua ada dalam genggaman. Tinggal bagaimana saya membuka genggaman itu dan mengupas satu persatu dari dua kutub pilihan yang melekat didalamnya, lantas menentukan bagian mana yang akan saya pilih. Lantas saya akan mengarahkan segenap hidup saya ke arah pilihan itu. Sebab disanalah saya akan temukan, seperti apa saya nantinya. Slawi

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment