Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Saturday, March 21, 2009

HAUS

Renungan:
Edisi 22 Maret 2009

HAUS
“Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (Mzm 63:2)

Setiap mahkluk hidup yang ada di atas bumi pasti memiliki rasa haus. Untuk bebas dari rasa haus itu setiap mahkluk membutuhkan air. Tanpa air tidak ada satu pun mahkluk yang dapat bertahan hidup. Air sama dengan kehidupan bagi bumi. Jadi, sungguh sesuatu yang sangat mengerikan apabila bumi tidak ada air.
Di Sumba, ada satu desa yang ketika musim kemarau tiba orang sulit mendapatkan air. Untuk mendapatkan air mereka harus manampung tetes demi tetes air secara bergiliran. Bagi mereka setetes air sangat berarti. Setetes air sama dengan hidup mereka.
Kita membutukan air untuk menyegarkan dahaga dari kehausan kita. Seperti halnya tubuh yang haus dan dahaga membutuhkan air, demikian juga jiwa yang haus dan dahaga membutuhkan Allah. Pemazmur berkata: “Aku menadahkan tanganku kepada-Mu, jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus. S e l a” (Mzm 143:6). Bagi pemazmur Allah adalah jawaban dari kedahagaan jiwanya. “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm 42:3).
Perdebatan antara Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria, di tepi sumur Yakub, memberi kita penjelasan tentang makna ‘haus’ yang sesungguhnya (Yoh 3:10-16). Dalam khotbah-Nya, Tuhan Yesus mengatakan: “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6). Haus akan kebenaran menunjuk kepada Kristus yang adalah kebenaran itu sendiri, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup…” (Yoh 14:6).
Hanya Allah sajalah yang dapat memuaskan dahaga jiwa kita. “Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan” (Why 21:6). Allah mengundang kita supaya kita dipuaskan oleh air kehidupan. “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” (Why 22:17). Jadi, sebelum Allah memuaskan hidup kita, kita akan tetap haus dan dahaga.


Pembelajaran Iman Jemaat
Menyenangkan Hati Tuhan

Benarkah Tuhan ingin disenangkan? Mengapa Tuhan ingin disenangkan? Bagaimana kita dapat menyenangkan hati Tuhan?

Tuhan senang pada korban persembahan umat-Nya (Im 1:9,13,17; 2:2,9; 3:5,16; 4:31; 6:15,21; 8:21,28; 17:6; 23:13,18; Bil 15:3,7,10,13; 18:17; 28:2, 6,8,13,24,27; 29:2,6,8,13,36; Ezr 6:10). “haruslah kamu mempersembahkan persembahan-persembahan kepada-Ku sebagai santapan-Ku, berupa korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi-Ku” (Bil 28:2).
Tuhan senang kepada orang yang takut akan Dia, dan yang berharap akan kasih setia-Nya. “TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya” (Mzm 147:11).
Tuhan senang kepada orang yang melakukan hukum dan ketetapan-Nya dengan setia. “Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN” (Mzm 33:5).
Sebaliknya, Tuhan tidak senang terhadap perayaan agamawi yang tidak membawa dampak bagi perubahan hidup umat-Nya. "Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu” (Am 5:21). Tuhan juga tidak senang terhadap persembahan yang diberikan tanpa menghormati kekudusan-Nya. “Aku tidak berkenan kepada korban-korban bakaranmu dan korban-korban sembelihanmu tidak menyenangkan hati-Ku” (Yer 6:20). Tuhan tidak senang kepada ibadah yang berfokus pada diri sendiri, “roti mereka adalah untuk dirinya sendiri, tidak boleh dibawa ke dalam rumah TUHAN” (Hos 9:4). Tuhan tidak senang terhadap orang yang suka menunda-nunda menepati janji kepada-Nya. “Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu” (Pkh 5:3).
Tuhan senang melihat umat-Nya yang selalu hidup dalam ketaatan dan kekudusan-Nya serta hidup menurut ketetapan-Nya. Tuhan juga sangat senang ketika kita mau meresponi kasih-Nya.

___________________________________________________________________________

Refleksi Minggu Ini:
Ketika kita ingin menyenangkan hati Tuhan, maka kita harus tahu apa isi hati Tuhan terhadap kita.

Self Purpose:
Coba Anda daftarkan beberapa perbuatan Anda yang telah menyenangkan hati Tuhan. Pastikan bahwa melalui perbuatan Anda Tuhan senang kepada Anda.

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment