Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Saturday, February 14, 2009

TIDAK JAUH BEDA

Renungan:
Edisi 15 Pebruari 2009

TIDAK JAUH BEDA
“Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya” (2 Raj 15:3 bnd 2 Raj 21:20) “Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN seperti yang telah dilakukan Manasye, ayahnya”



Mungkin Anda akan menolak pepatah yang mengatakan, “buah jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya”, anak tak jauh beda dengan orang tuanya. Sebagai anak, kita pasti tidak senang jika tabiat kita disamakan orang tua kita, apalagi menyangkut hal-hal buruk yang dilakukan oleh orang tua kita. Sebaliknya, sebagai orang tua, kita pun pasti tidak rela jika orang lain mencap anak kita seperti kita karena kelakuan buruk kita, hanya karena mau mendeskriditkan anak kita. Namun setidaknya pepatah tersebut hendak memperlihatkan kepada kita, bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua akan selalu diikuti oleh anak-anaknya.

Anak adalah gambaran dari orang tuanya, sedangkan orang tua adalah sumber penularan gambar dari tabiat etis dan moral anak dalam bersikap dan membuat keputusan. Oleh sebab itu apa yang dipikirkan anak tentang orang tuanya selayaknya dapat ditangkap oleh setiap orang tua. Orang tua yang tidak dapat menjadi idola bagi anak-anaknya, akan menyebabkan kejiwaan anak terganggu dan anak akan berperilaku kontraproduktif. Orang tua harus menjadikan ‘rupa dan gambar’ dirinya, sebagai ‘rupa dan gambar’ Allah untuk anak-anaknya, sehingga anak memiliki proyeksi kesempurnaan hidup yang harus dicapai dan dihargai.

Setiap orang tua pasti berharap agar kehidupan anak-anaknya berhasil sehingga kehormatannya dapat dihargai oleh orang lain. Untuk hal ini, tidak jarang orang tua harus memperjuangkan pendidikan yang berkaulitas bagi anak-anaknya, mencarikan pekerjaan, dan bahkan mencarikan jodoh. Akan tetapi jika perjuangan itu tidak disertai dengan penanaman prinsip-prinsip iman dan pembentukan karakter yang bertujuan pada kehidupan yang kekal, maka keberhasilan itu bisa menjadi bumerang bagi orang tua. Anak akan bersikap egoisme dan materialistis karena kamandirian keberhasilannya tidak memiliki arah pada kehidupan yang kekal. Jadi seperti apa anak Anda kelak, tergantung dari fungsi Anda dalam mendidik anak-anak Anda takut akan TUHAN.


Pembelajaran Iman Jemaat
Makrotumia
“Tetapi justru karena itu aku dikasihani…Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya.” (1 Timotius 1:16 ).

Pada umumnya kata makrothumia dipakai bukan dalam arti kesabaran terhadap benda atau kejadian-kejadian, tetapi pada manusia.
Dalam 1 Makabe 8:4, makrothumia dipakai untuk menujuk pada orang-orang Romawi yang berhasil menjadi pemimpin dunia. Dapat pula dimaksudkan sebagai ketekunan orang-orang Roma untuk tetap bertahan dan tidak pernah mau berdamai dengan musuh sekalipun mengalami kekalahan. Makrothumia adalah semacam sifat tekun dan sabar yang membawa hidup selalu dalam kemenangan.

Christsostomus pernah berkata bahwa, makrothumia adalah pahala bagi seseorang yang mampu menahan diri untuk tidak membalas dendam terhadap tindakan kasar dari orang lain. Makrothumia adalah pahala bagi seseorang yang tidak cepat dan tidak bisa marah.

Hal yang paling menarik kata ini dipakai untuk menunjukkan sikap Allah terhadap manusia (Rm 2:4; 9:22; 1 Tim 1:16; 1 Ptr 3:20). Sekiranya Allah tidak sabar dengan kelakuan manusia, tentu Dia telah melenyapkan manusia sejak manusia jatuh dalam dosa dan menciptakan yang baru.

Dalam pergaulan dengan sesama makrothuia merupakan rekflesi hidup kita dalam memperlakukan kasih, pengampunan, pengendalian diri dan ketekunan sebagaimana sikap Allah terhadap kita.
_____________________________________________________________________

Refleksi Minggu Ini:
Harga sebuah panggilan pelayanan sangat ditentukan oleh integritas kita dalam memahami maksud Tuhan.


Self Purpose:
Sudahkah Anda menaruh pikiran Tuhan tentang orang lain yang patut mendapat belas kasihan Anda?

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment