Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Sunday, January 25, 2009

ABCs for Christian Growth

(Meletakan Dasar Untuk Pertumbuhan Iman Kristen)
Materi pelajaran-pelajaran ini merupakan rangkaian pelajaran doktrinal yang bertujuan meletakkan doktrin-doktrin mendasar yang sangat penting bagi orang-orang Kristen yang baru percaya atau yang baru masuk dalam iman Kristen agar mereka dapat mulai menjalani kehidupan yang baru dan bertumbuh dalam Kristus.
Banyak orang–orang yang baru masuk iman maupun yang telah sekian lama menjadi orang Kristen terhambat dalam pertumbuhan rohani mereka karena mereka tidak memahami kebenaran-kebenaran mendasar tentang hal berjalan dengan Kristus dengan kuasa Roh Allah berdasarkan terang FirmanNya. Tujuan pelajaran ini adalah meletakkan dasar perjalanan iman mereka yang telah percaya kepada Kristus agar mereka mulai mengalami kuasa kehidupan Kristus yang mengubah dengan pertolongan Roh Kudus. Pelajaran-pelajaran ini akan khusus menyoroti keadaan orang-orang percaya di dalam Kristus, kedudukan dan identitas mereka yang baru, dan bagaimana kebenaran-kebenaran ini membentuk dasar iman yang kokoh, pertumbuhan, dan transformasi rohani yang terjadi sehingga kehidupan Kristus itu akan terlihat nyata dalam dan melalui kehidupan mereka.
Pelajaran-pelajaran dalam Bagian Pertama: Kehidupan Yang Pasti Terjamin, bertujuan meletakkan dasar yang kuat bagi pertumbuhan rohani dalam Kristus, yang akan menjadi landasan bagi pembahasan dalam Bagian Kedua dan Bagian Ketiga.
Pelajaran-pelajaran dalam Bagian Kedua: Kehidupan Yang Mengalami Transformasi, akan mengupas kebenaran-kebenaran Kitab Suci yang khusus berhubungan dengan kehidupan yang telah diubah oleh Kristus. Kehidupan ini akan terbentuk oleh pekerjaan Allah dalam kehidupan orang percaya melalui pemahaman kebenaran-kebenaran Kitab Suci dan kesediaan menerapkannya dengan iman dalam kehidupan sehari-hari.
Pelajaran-pelajaran dalam Bagian Ketiga: Kehidupan Yang Berlipatganda, bertujuan untuk mengefektifkan kehidupan orang-orang percaya sebagai abdi-abdi yang baik terhadap kasih karunia Allah yang diuraikan dalam bagian yang membahas tentang pengabdian talenta, kebenaran, harta dan waktu. Meskipun Allah adalah sumber penghiburan, damai, sukacita, namun tujuan akhirnya adalah menjadikan kita pelayan-pelayan seperti Kristus, yang datang ke dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, yang menolong orang lain memahami kecukupan Kristus bagi setiap kebutuhan.
Rangkaian pelajaran ini dapat digunakan untuk pertumbuhan rohani setiap individu, khususnya dapat berfungsi sebagai pedoman dalam pemuridan. Kendati pelajaran-pelajaran ini cukap memadai dalam penguraiannya, namun ini bukanlah pembahasan yang lengkap untuk setiap pokok yang dikemukakan di sini. Ayat-ayat yang dikutip tidak dapat dijadikan hanya sebagai ayat-ayat pembukti, melainkan sebagai acuan untuk penggalian lanjutan terhadap kebenaran yang diajarkan berdasarkan konteks ayat-ayat itu.
Pelajaran-pelajaran ini juga tidak dimaksudkan sebagai pegangan satu-satunya untuk setiap pokok yang dibahas sebagai sumber primer atau satu-satunya karena bagaimanapun Alkitab tetap harus menjadi sumber utama kita belajar tentang Allah. Doa kami kiranya TUHAN, oleh kasih karunia-Nya yang besar dan tak terbatas itu, akan menggunakan pelajaran-pelajaran ini untuk hormat dan kemuliaan-Nya, dan untuk membangun iman orang-orang kudus. Kami mempersembahkan pelajaran-pelajaran ini kepada Allah dan mengandalkan Firman-Nya serta kasih karunia-Nya yang mampu dan berkuasa membangun iman kita.
“Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” (1 Petrus 2:1-2).
Kehidupan yang Pasti Terjamin
Pendahuluan
Apakah anda bisa memastikan bahwa harimau itu tidak akan bisa menerkam kelinci? Apakah anda dapat memastikan bahwa kelinci itu bisa selamat dari harimau yang sedang lapar itu? Tentu tidak! Anda pasti meragukannya.
Kepastian dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja asfalizo artinya ‘menjaga’ (Kis 16:23; Mrk 14:44). Kata bendanya ialah asfaleia, ‘sesuatu yang terkunci rapat’ (Kis 5:23). Jadi kepastian bisa berarti yang terkunci rapat atau bebas dari keraguan.

Tuhan Yesus berkata, “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32). Perhatikan kata ‘kamu akan mengetahui’ bukan hanya berharap atau merasa bahwa itu adalah kebenaran.

Bagaimana memiliki kepastian?
Ada dua cara umum memastikan satu kebenaran: 1) Saintifik, yakni kebenaran yang bisa diulangi di laboraturium, dan 2) legal-historikal, yakni kebenaran berdasarkan kesaksian yang tidak bisa diragukan lagi seperti penemuan arkeologi, naskah sejarah, tradisi, dan lain-lainnya.
Kepastian dalam iman Kristen adalah dasar kesaksian Alkitab. Alkitab berisi kesaksian-kesaksian yang pasti dari Allah mengenai tujuan iman orang percaya (Gal 1:20). Misalnya, kesaksian Allah dalam Alkitab mengenai sorga dan neraka bisa menjamin kepastiannya karena Allah berada di sorga dan mengetahui syarat apa saja yang diperlukan agar manusia bisa masuk sorga atau neraka. Alam semesta juga adalah kesaksian dari Allah yang seharusnya bisa memberi kepastian (Mzm 19:2).
Akan tetapi, karena dunia ini telah sangat dipengaruhi kuasa kegelapan, dan hati nurani manusia telah dibutakan, maka alam semesta sebagai kesaksian Allah yang berisi kebenaran-kebenaran rohani yang menyelamatkan menjadi sukar untuk diterima manusia. Jika tidak demikian maka tentu sudah tidak ada lagi kejahatan di dunia ini – tidak perlu lagi misi dan penginjilan.
B. Pascal mengungkapkan kebenaran tentang sorga: “Kalau kita percaya dan kemudian ternyata nanti terbukti ada, maka itu suatu keuntungan. Kalau kita percaya dan nanti ternyata tidak demian, toh tidak rugi. Kalau kita tidak percaya dan nanti ternyata tidak ada maka itu berarti tidak rugi. Tapi kalau kita tidak percaya namun nanti ternyata memang ada maka kita celaka. Jadi, lebih menguntungkan kita jika percaya saja dari pada tidak percaya.” Hanya orang bodoh yang tidak mau menerima kepastian dari Allah sendiri yang Ia berikan dalam Alkitab.
Apa sajakah kepastian dari Allah yang dinyatakan dalam Alkitab yang Allah inginkan agar dimiliki oleh setiap orang Kristen?
1. Kepastian Injil : Apakah yang saya percaya adalah sungguh-sungguh Injil?
2. Kepastian Keselamatan : Atas apa saya mendasarkan kepastian yang saya miliki?
3. Kepastian Jaminan Kekal : Apakah ada dosa yang bisa mengakibatkan keselamatan saya dibatalkan?
4. Kepastian Pemeliharaan Allah Setiap Hari: Apakah Allah sungguh memperdulikan saya?
5. Kepastian Jalan Kelepasan dari Dosa: Bagaimana saya menanggapi persoalan dosa saya?
6. Kepastian Pimpinan Allah : Bisakah saya mengandalkan pimpinan Allah dalam membuat keputusan yang dihadapi sehari-hari?
7. Kepastian Pahala Kekal : Karena keselamatan saya itu terjamin, apa tidak ada pengaruhnya kalau saya lalai dalam hidup bersama Tuhan?
Meskipun kita telah memiliki kepastian jaminan dari Allah, namun bukan berarti tidak ada lagi ketidakpastian dalam diri kita sebagai orang percaya (Ul 29:29).

Pelajaran 1:
Kepastian Mengenai Injil Yang Menyelamatkan

Pendahuluan
Oleh karena menyaksikan iman kepada orang lain merupakan tanggung jawab utama setiap orang percaya maka sebagai orang beriman kita memerlukan pemahaman yang jelas tentang rencana keselamatan dalam Injil. Terlebih bagi setiap orang yang baru percaya kepada Kristus.
Injil (euanggelion) itu berarti ‘kabar baik’. Tapi apa isi dari kabar baik itu? Alkitab banyak menjelaskan tentang kabar baik (mis. Rm 1:16-17), namun yang paling jelas terdapat dalam 1 Korintus 15:3-5:

• Bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita
• Bahwa Kristus telah dikuburkan
• Bahwa Kristus telah bangkit pada hari ketiga
• Bahwa Kristus telah menyatakan diri kepada murid-murid-Nya.
Tetapi mengapa kematian, penguburan, kebangkitan dan penampakan diri Kristus itu adalah suatu kabar baik bagi manusia?
Injil berisi apa yang telah Allah lakukan (BUKAN apa yang telah, sedang, atau akan manusia lakukan untuk memperoleh selamat) melalui Yesus Kristus yang membawa keselamatan. Tidak ada sesuatupun yang bisa dilakukan manusia untuk selamat. Allah telah melakukan semuanya bagi keselamatan manusia melalui Yesus Kristus dalam kematian dan kebangkitan Yesus. Kekristenan adalah satu-satunya agama yang mengajarkan bagaimana Allah menjangkau manusia, sedangkan yang lainnya mengajarkan bagaimana menjangkau Allah.
Penyajian singkat mengenai Injil berikut ini bertujuan untuk memperjelas inti Injil itu dan sekaligus berfungsi sebagai metode efektif dalam penyajian Injil kepada orang-orang lain, terutama bagi orang-orang Kristen yang baru mulai menempuh perjalanan sebagai orang-orang Kristen.

Rencana Allah tentang Keselamatan
1 Yohanes 5:11-12 “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.” Meskipun ayat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen guna memberikan kepastian tentang keselamatan mereka berdasarkan kesaksian Firman Allah, ayat-ayat ini juga menyoroti pokok-pokok utama tentang keselamatan.
Deklarasi Allah kepada Manusia: “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.” (ayat 11).
Pokok Utama : “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.” (ayat 12).
Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa:
• Allah telah mengaruniakan kita kehidupan kekal dan kehidupan ini diperolah di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus.
• Jalan beroleh kehidupan kekal adalah dengan memiliki Anak Allah.
Dua pertanyaan penting yang harus muncul dan perlu dijawab adalah:
• Mengapa memiliki Anak Allah mutlak perlu untuk dapat beroleh kehidupan kekal?
• Bagaimana seseorang dapat memiliki Anak Allah?
Problema Terpisahnya Manusia Dari Allah
Menurut Roma 5:8, Allah menyatakan kasih-Nya kepada kita melalui kematian Anak-Nya. Mengapa Kristus harus mati untuk kita? Karena Kitab Suci menyatakan bahwa semua manusia telah berdosa. Kita semua tanpa kecuali adalah orang-orang berdosa. “Berdosa” berarti tidak mengenai sasaran.
Alkitab menyatakan kita semua telah berdosa dan tidak mencapai sasaran kemuliaan (kekudusan sempurna) Allah. Dengan kata lain, dosa telah memisahkan kita dari Allah yang memiliki kekudusan sempurna (kebenaran dan keadilan), karena itu Allah harus menghukum manusia yang telah berdosa.
Roma 5:8 : “Allah __________________ kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus _____________ untuk kita, ketika kita ____________ berdosa.. “
Roma 3:23 : “Karena _______________ telah berbuat dosa …”
Habakuk 1:13a : “Mata-Mu terlalu _________ untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman.”
Yesaya 59:2 : “Tetapi yang merupakan ____________ antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”
Manusia Berdosa Allah Yang Suci
Kematian Dosa Kehidupan Kekal
Ef 2:1 Memisahkan Kita dari Allah Yoh 17:3
Rm 6:23 Yes 59:2; Rm 3:23
Problema tentang Kesia-siaan Usaha Manusia
Kitab Suci mengajarkan bahwa kebaikan manusia, usaha manusia, moralitas manusia ataupun tingkat keagamaan seseorang tak dapat membawanya masuk sorga atau diperkenankan Allah. Baik manusia yang bermoral tinggi, manusia yang beragama, maupun manusia tak bermoral atau tak beragama sekalipun sama-sama berada di dalam satu perahu. Semuanya tidak mencapai sasaran kebenaran, kesempurnaan dan kemuliaan Allah.
Setelah berbicara tentang manusia yang tidak bermoral, yang bermoral, dan yang beragama dalam Roma 1:18-3:8, Rasul Paulus menegaskan bahwa baik orang-orang Yahudi maupun orang Yunani sama-sama telah berdosa, “tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Rm 3:9-10), “semua orang telah berbuat dosa dan telah ________________ kemuliaan Allah” (Rm 3:23).
Coba simak pernyataan-pernyataan lain dalam beberapa ayat Kitab Suci berikut:
Efesus 2:8-9 : “Sebab karena ________________ kamu diselamatkan oleh _______; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang ________________________.”
Titus 3:5-7 : “Pada waktu itu Dia ____________ menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang __________________ oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.”
Roma 4:1-5 : “Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu ______________ Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai ___________. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi __________.”
Kebaikan manusia, betapa banyak dan tinggi sekalipun tidak akan dapat menyamai kebaikan Allah. Kebenaran Allah itu tak terbatas dan sempurna. Karena itu Habakuk 1:13 menegaskan bahwa Allah tak dapat bersekutu dengan seseorang yang tidak memiliki kebenaran yang sempurna. Untuk dapat diterima dan berkenan kepada Allah, kita harus menjadi baik dan benar seperti Allah. Di hadapan Allah semua manusia berdiri dalam keadaan telanjang, tak berdaya dan tak berpengharapan. Tidak ada sesuatu jasa atau perbuatan manusia yang dapat membawanya ke sorga atau membuatnya beroleh kehidupan yang kekal. Jika demikian, bagaimanakah solusi atau pemecahannya?
Manusia Berdosa Allah Yang Suci
Kematian Perbuatan Amal Kehidupan Kekal
Ef 2:1 Keagamaan Yoh 17:3
Rm 6:23 Moralitas
Rm 3:23
“Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah”

Solusi Allah terhadap Problema Manusia

Allah tidak hanya memiliki kesucian yang sempurna (tak dapat dijangkau dengan usaha atau perbuatan manusia) melainkan Ia juga memiliki sifat kasih dan kemurahan yang sempurna. Karena sifat kemahakasihan-Nya dan kemurahan-Nya yang tidak terbatas itulah maka manusia tidak dibiarkan tanpa pengharapan dan solusi bagi permasalahannya.
Roma 5:8 : “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus ________ mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Inilah kabar menggembirakan bagi kita. Juga inilah inti dari berita Injil (Kabar Baik) yaitu tentang pengutusan Anak Tunggal Allah ke dunia ini menjadi manusia, hidup tanpa dosa, mati di salib, karena dan untuk dosa kita, kemudian bangkit dari kematian. Kebangkitan-Nya ini merupakan bukti bahwa Ia adalah Anak Allah dan sekaligus membuktikan betapa berharga karya-Nya bagi kita yang telah menggantikan kita.
Roma 1:4 : “...dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang _______________, Yesus Kristus Tuhan kita.”
Roma 4:25 : “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena ___________________ kita.”
2 Korintus 5:21 : “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita _________________ oleh Allah.”
1 Petrus 3:18 : “Sebab juga Kristus ______________ mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia ___________________ kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.”
Manusia Berdosa Allah Yang Suci
Kematian Yesus Kristus Kehidupan Kekal
Ef 2:1 Yoh 3:16-18,36 Yoh 17:3
Rm 6:23 Kis 16:31
Ef 3:12
Pertanyaan Terpenting
Jika demikian, bagaimanakah kita dapat memiliki Anak Allah itu agar kita dapat melintasi jurang yang sangat lebar dan dalam dan beroleh kehidupan kekal yang telah dijanjikan Allah untuk kita?
Yohanes 1:12 : “Tetapi semua orang yang _________________ diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang ________________ dalam nama-Nya.”
Yohanes 3:16-18 : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang _____________ kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa ___________ kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Berdasarkan karya Yesus Kristus yang telah dikerjakan-Nya di atas salib untuk kita maka Kitab Suci menyatakan “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup”. Kita dapat memiliki Anak itu, yaitu Yesus Kristus, satu-satunya Penyelamat kita melalui iman secara pribadi, yakni dengan percaya kepada Kristus dan mengakui serta menerima karya kematian-Nya di salib untuk dosa-dosa kita.
Ini berarti setiap orang dapat datang kepada Allah dengan cara yang sama – yaitu datang kepada-Nya sebagai orang berdosa yang menyadari keberdosaan kita, menolak segala bentuk usaha dan cara manusia dalam menyelamatkan dirinya sendiri dan berserah dan beriman penuh hanya kepada Kristus untuk keselamatan kita.
Apabila kita ingin memiliki Kristus dan percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat pribadi kita, maka kita dapat menyatakan iman kita kepada-Nya dengan mengucapkan doa ini :
“Ya Allah, saya menyadari bahwa saya adalah orang berdosa, dan tak ada sesuatupun yang dapat saya perbuat untuk mendapatkan sorga atau kehidupan kekal. Saya percaya Yesus Kristus telah mati untuk saya dan telah bangkit dari kematian. Sekarang saya mau menerima Dia sebagai Juruselamat saya dan berserah penuh hanya kepada Dia sebagai satu-satunya jalan ke sorga. Terima kasih karena Engkau telah mengaruniakan saya hidup kekal melalui iman kepada Putra Allah yang tunggal. Di dalam nama Yesus Kristus, Amin.”


Pelajaran 2:
Kepastian Mengenai Jaminan Keselamatan
Pendahuluan
Orang-orang Kristen yang baru percaya maupun yang telah lama percaya memerlukan kepastian mengenai hidup baru yang mereka telah terima di dalam Kristus. Akibat munculnya berbagai angin pengajaran, orang-orang Kristen sering dilanda keraguan dan kekuatiran mengenai keputusan yang mereka telah mereka ambil untuk percaya kepada Kristus. Mereka sering mempertanyakan apa sebenarnya makna keputusan untuk percaya kepada Kristus di dalam kehidupan mereka. Apakah pengaruh dan akibat-akibatnya? Dapatkah keselamatan itu hilang atau menjadi batal? Apabila saya berbuat sesuatu dosa, apakah itu berarti bahwa saya belum selamat?
Tujuan pelajaran ini adalah:
1. Untuk memberikan kepastian mengenai akibat dari mempercayai Yesus Kristus.
2. Membahas janji-janji dalam Kitab Suci yang dapat memberikan kepastian mengenai apa yang orang percaya telah peroleh atau terima di dalam Kristus.
3. Memampukan orang percaya dalam mengatasi kebimbangan yang terkadang muncul mengenai jalan kelepasan dan kemenangan yang Allah telah sediakan bagi setiap orang percaya?
Aspek-Aspek Yang Membutuhkan Kepastian
Oleh karena kepastian terkait erat dengan kesadaran akan apa yang telah dimiliki orang percaya di dalam Kristus dan keberadaan mereka di dalam Kristus, maka bagian ini akan membahas mengenai aspek-aspek keselamatan yang telah Allah berikan kepada orang percaya. Untuk itu pelajaran-pelajaran ini akan menyoroti aspek-aspek berikut ini: Kepastian mengenai Keselamatan, Kepastian mengenai Jaminan Kekal, Kepastian mengenai Pemeliharaan Allah Setiap Hari, Kepastian mengenai Jalan Kelepasan dari Dosa, Kepastian mengenai Pimpinan Allah, Kepastian mengenai Mahkota Kekal.
Kepastian Versus Jaminan
• Jaminan (security)
Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, terlepas dari apakah kita memahaminya atau tidak, jaminan kekal bagi mereka yang berada di dalam Kristus sudah merupakan suatu realita rohani yang pasti. Kepercayaan seseorang terhadap jaminan di dalam Kristus ini tidak dapat mengubah atau membatalkannya. Apabila kita telah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus dan telah mengakui serta menerima karya-Nya untuk keselamatan kita, apapun dan bagaimanapun perasaan dan pikiran kita, jaminan itu sudah merupakan realita yang pasti.
• Kepastian (assurance)
Kepastian adalah realisasi dari jaminan tersebut. Ini merupakan wujud dari apa yang kita telah terima dan miliki di dalam Kristus, seperti kehidupan kekal, pengampunan dosa, pemeliharaan Allah bagi kita sebagai anak-anak-Nya. Kepastian ini terkait erat dengan pemahaman kita terhadap fakta-fakta dan pemberian keselamatan yang diterima melalui iman kepada Kristus. Ini merupakan doktrin yang amat sangat penting karena apabila dipahami secara benar akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan orang percaya. Ini tidak hanya memberikan kepastian mengenai keselamatan melainkan juga memberikan kepastian mengenai pemeliharaan Allah bagi kehidupan orang percaya.
Roma 8:32 : “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia _________________ segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
Apabila seseorang belum memiliki kepastian keselamatan, itu berarti kita harus mulai dengan terlebih dahulu menyampaikan Injil untuk memastikan bahwa mereka telah benar-benar percaya kepada Kristus. Sesudah itu barulah kita beralih kepada aspek-aspek kehidupan lainnya yang membutuhkan kepastian.
Alasan Mengapa Orang Tidak Memiliki Kepastian?
(1) Sering seseorang tidak memiliki kepastian karena ia tidak dapat mengingat atau menunjukkan kapan ia menerima Kristus. Akibatnya ia meragukan keselamatannya. Keselamatan memang memiliki waktu hal itu terjadi – saat peristiwa kelahiran baru terjadi. Untuk membantu orang yang dilanda keraguan ini, kita perlu menunjukkan kepadanya apakah ia sekarang benar-benar telah percaya kepada Kristus dan mengakui karya-Nya yang telah dikerjakan-Nya baginya.
(2) Sering seseorang tidak memiliki kepastian karena meragukan prosedur yang ia jalani ketika menerima Kristus. Bila ia telah menerima Kristus secara pribadi, ia ingin tahu apakah prosedurnya telah benar yakni dengan mengadakan pengakuan atau kesaksian di hadapan orang lain tentang imannya atau dengan mengucapkan sesuatu doa.
(3) Sering seseorang tak memiliki kepastian karena ia masih diperhadapkan dengan dosa-dosa tertentu yang terus menghantui kehidupannya. Ia ingin tahu apakah seorang yang telah benar-benar percaya masih harus menghadapi permasalahan ini. Problema sebenarnya yang dihadapinya adalah kurangnya pemahaman tentang sifat dosa, peperangan rohani, jalan kelepasan yang telah disediakan Allah, dan pentingnya bertumbuh menjadi dewasa di dalam Kristus.
(4) Alasan utama dibalik ketidakpastian ini adalah kekeliruan pengertian doktrin dan ketidak percayaan terhadap karya Kristus bagi kita. Hal ini juga terkait dengan kekurangpahamannya akan Firman dan ajaran Kitab Suci tentang manusia, dosa, ketidakmampuan manusia untuk memperoleh dan memelihara keselamatan, kekudusan Allah yang sempurna, dan kesempurnaan karya Kristus yang telah selesai dikerjakan-Nya di atas salib.
(5) Seseorang sering tak memiliki kepastian karena ia telah menerima pengajaran yang keliru bahwa seseorang melihat dan menyelidiki dirinya sendiri dan perbuatan-perbuatannya sebagai bukti utama mengenai keselamatan. Inilah permasalahan yang hangat dibicarakan pada masa kini.
Robert Lightner menulis: “Mereka yang berpendapat bahwa seorang berdosa harus menjadikan Kristus sebagai Tuhan atas kehidupannya, atau paling tidak, berjanji mau melakukan hal ini untuk dapat diselamatkan, menjadikan kepastian keselamatan itu bergantung kepada penyerahan hidup. MacArthur menyatakan hal ini sebagai satu-satunya jalan bagi seorang percaya untuk mendapatkan kepastian keselamatan. ‘Kepastian yang sejati dengan sendirinya muncul dengan melihat kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam kehidupan seseorang, bukannya karena mendasarkannya kepada sesuatu pengalaman khusus.’
Dasar-Dasar Kepastian
Firman Allah
Firman Allah adalah kesaksian dari Allah kepada orang percaya (1 Yoh 5:11-13). Dalam teks Yunani menambahkan article di depan kata “kehidupan”. Ini menunjukkan bahwa keselamatan dalam Kristus bukan sekedar pemberian kehidupan belaka melainkan merupakan “kehidupan” itu sendiri yang dikaruniakan kepada seseorang yang beriman kepada Kristus.
Pernyataan yang jelas dalam Kitab Suci adalah bahwa seseorang yang percaya kepada Kristus dan mengakui karya-Nya di kayu salib sebagai jalan kelepasan dosa menerima :
(1) Kehidupan kekal.
Yohanes 3:36 : “Barangsiapa _____________ kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”
1 Yohanes 5:11-13 : “Dan inilah ____________ itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa ______________ Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, ____________ bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.”

(2) Pengampunan dosa.
Kisah 10:43 : “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat ______________________ oleh karena nama-Nya.”
Kolose 2:13 : ”Kamu juga, meskipun dahulu _______ oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala _________________ kita.”
(3) Kelepasan dari hukuman.
Yohanes 5:24 : “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa _________________ perkataan-Ku dan ________________ kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah ____________ dari dalam maut ke dalam hidup.”
Roma 8:1 : “Demikianlah sekarang _________________ penghukuman bagi mereka yang ada ___________ Kristus Yesus.”
(4) Pembenaran Allah.
Roma 5:1 : “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena ______________, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”
Roma 4:4-6 : “Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai _____________. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi ______________. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya.”
Roma 4:25 : “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena ___________________ kita.”
(5) Keselamatan.
Efesus 2:8-9 : “Sebab karena kasih karunia kamu _________________ oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
(6) Kedudukan sebagai Anak Allah melalui Iman.
Yohanes 1:12 : “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya ___________ supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
Roma 8:14-17 : “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ____________, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
John Calvin memperingatkan akan bahayanya memandang kepada diri kita sendiri, yaitu kepada perbuatan-perbuatan kita bahkan kepada buah Roh untuk mendapatkan kepastian keselamatan kita. Memandang kepada diri sendiri hanya akan membawa keraguan dan akan mengalihkan fokus perhatian kita dari karya penyelamatan yang telah dikerjakan Kristus bagi kita. Karena itu Calvin tak setuju dengan ajakan untuk menyelidiki diri sendiri dan menganggapnya sebagai dogma yang berbahaya.
Berbeda dengan kutipan komentar MacArthur, kepastian keselamatan ini tidak diperoleh dengan berpegang kepada sesuatu pengalaman tertentu, melainkan dengan mendasarkannya kepada kesaksian Firman Allah itu sendiri. Earl Radmacher menulis:
Banyak pendeta sering mengemukakan bahwa dasar untuk mengetahui bahwa saya adalah seorang Kristen bukanlah pada apa yang saya kerjakan atau perbuat melainkan pada apa yang dikatakan oleh Firman Allah mengenai apa yang Kristus telah kerjakan dan terus kerjakan bagi orang percaya (Yohanes 1:12; 1 Yohanes 5:13). Saya tahu pasti bahwa saya telah menjadi milik Kristus karena saya telah percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat pribadi saya dan Penebus saya dari kebinasaan kekal. Bukanlah bukti-bukti dalam kehidupan saya yang menjadi dasar saya mengetahui hal ini, melainkan Firman Allah. Allah telah mengatakannya dan itu cukup bagi saya. Saya sungguh kuatir terhadap banyak orang masa kini, yang karena melihat minimnya pertumbuhan dan ketiadaan sifat-sifat Kristen dalam kehidupan sehingga berusaha mengubah Injil dengan menambahkan sesuatu kepada Injil itu.
Karya Kristus
Memahami karya Kristus secara benar sangatlah penting dalam memperoleh kepastian. Tentu saja hal ini harus didasarkan pada pernyataan atau kesaksian Kitab Suci, namun tekanan harus diberikan kepada pemahaman tentang kesempurnaan karya Kristus yang telah selesai dan apa yang dicapai melalui kematian-Nya. Ada dua aspek penting yang terlihat jelas di sini:
• Keselamatan itu diperoleh bukan melalui hasil pekerjaan atau usaha kita (bnd. Rm 4:1-7).
Efesus 2:8-9: “Sebab karena kasih karunia kamu _________________ oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Titus 3:5-7 : “Pada waktu itu Dia telah ________________ kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, __________________ hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.”
• Keselamatan adalah pemberian Allah yang diperoleh hanya melalui pribadi dan karya Kristus.
1 Yohanes 5:5-12 : “Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi ____________ Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.”
Kisah 4:12 : “Dan _______________ tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang oleh-Nya kita dapat diselamatkan.”
Filipi 3:8-9 : “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah ________________ semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena ____________ kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”
Kesaksian Roh Kudus
(1) Roh Kudus disebut Roh Kebenaran.
Yohanes 14:17 : “...yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu __________________ Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”
Yohanes 15:26 : “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan _________________ tentang Aku.”
Yohanes 16:8-13 : “Dan kalau Ia datang, Ia akan _________________ dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan ______________ kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”
1 Yohanes 4:6 : “Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia __________________ kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.”
(2) Roh Kudus disebut urapan.
Ini menggambarkan pelayanan Roh Kudus dalam mengajar Firman Allah atas orang-orang percaya.
1 Yohanes 2:20, 27: “Tetapi kamu telah beroleh ______________ dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.… Sebab di dalam diri kamu tetap ada ____________ yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu ___________________ di dalam Dia.”
(3) Roh Kudus menerangkan Firman ke dalam hati kita.
Kisah 16:14 : “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan ____________ hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.”
(4) Roh Kudus memberikan pengertian tentang hal-hal rohani dari Kristus.
1 Korintus 2:12-16: “Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang ________________ Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.”
Efesus 3:15-19 : ”...yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima nama-Nya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh _____________ Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat _________________, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu _________________ di dalam seluruh kepenuhan Allah.”
(5) Roh Kudus bersaksi dalam hati kita melalui Firman bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Kesaksian mengenai kehidupan sebagai anak Allah yang diterima melalui percaya kepada Anak Allah, sebagaimana dijanjikan dalam 1 Yohanes 5:11 merupakan berita yang disaksikan oleh Roh Kudus melalui Fiman-Nya.
Roma 8:15-16 : “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang _______________ kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”
1 Yohanes 5:7-11 : “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai ______________ itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.”
Ingat: bukan manifestasi Roh Kudus yang dapat dilihat orang lain yang mendasari kepastian keselamatan kita (Luk 10:20), tetapi bagaimana kita mempercayai Roh Kudus yang memimpin kita pada seluruh kebenaran dan memberikan jaminan pemeliharaan-Nya atas kita.
Prinsip-prinsip Untuk Beroleh Kepastian
Prinsip 1: Kita harus mendasarkan kepastian kita kepada fakta-fakta yang dinyatakan dalam Kitab Suci, bukan kepada perasaan-perasaan kita. Iman kita dan kepastian kita harus diletakkan di atas janji-janji yang pasti dalam Alkitab, bukan pada perasaan-perasaan kita. Urutan yang diajarkan dalam Alkitab adalah: FAKTA-FAKTA ——>IMAN ——>PERASAAN. Perasaan adalah penanggap jiwa atau hati. Perasaan ini merupakan akibat dari pemahaman kita terhadap Kitab Suci, namun tak dapat dijadikan patokan kepercayaan kita maupun status keselamatan kita. Ini mengantar kita kepada point berikutnya.
Prinsip 2: Kita harus mendasarkan kepastian kita kepada fakta-fakta yang dinyatakan dalam Kitab Suci, bukan kepada usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan kita. Perbuatan-perbuatan atau perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita karena kasih karunia Allah ini dapat mengkonfirmasikan tentang realita kehidupan kita dengan Allah. Namun kita harus berhati-hati agar tindak menjadikan landasan subjektif sebagai dasar kepastian, karena bila persekutuan orang percaya dengan Tuhan menjadi terganggu akibat sesuatu dosa yang diperbuatnya, ia bisa saja kelihatan atau bertingkah seperti orang yang tidak percaya, terlebih bila keadaan ini berlangsung agak lama.
1 Korintus 3:1-4 : “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”
Apabila kita menjadikan perbuatan atau ketaatan sebagai bukti atau dasar keselamatan maka kita akan diperhadapkan pada dilema ini: Apabila kita hidup dalam ketaatan sekarang (andaikata ini menjadi bukti atau dasar keselamatan), bisa saja keadaan ini berubah. Karena andaikata kita kemudian hidup dalam ketidaktaatan, maka ini akan membuktikan (berdasarkan dasar pemikiran tadi) bahwa kita sekarang tidak lagi sebagai orang Kristen yang sejati meskipun bisa saja kita akan kembali hidup dalam ketaatan. Ketaatan sekarang ini tak dapat dijadikan sebagai bukti kesejatian iman kekristenan kita, karena bila itu yang dijadikan pegangan atau landasan maka kita tidak akan pernah memiliki kepastian mengenai keselamatan kita.
Perbuatan seseorang pasca-keselamatan tak bisa dijadikan dasar untuk kepastian keselamatan. Kitab Suci memperingatkan kita tentang bahayanya mendasarkan kepastian atau hubungan seseorang dengan Allah kepada perbuatan orang itu. Sebagai contoh, perhatikan Matius 7:13-23. Nabi-nabi palsu biasanya datang dengan berbulu domba. Pasti mereka akan kelihatan orang baik, bukan? Mereka akan tampak sebagai ‘orang-orang Kristen yang patut diteladani’ atau tiang-tiang jemaat. Buah di sini menunjukkan perilaku mereka bukan ajaran mereka —lihat Mat. 12:31-37. Namun Kitab Suci menegaskan bahwa mereka tidak pernah percaya kepada Kristus; mereka tidak memiliki hubungan yang sejati dengan Dia (ay. 23). Sebaliknya ternyata mereka hanya mempercayai diri mereka sendiri (ay. 22). Perbuatan mereka tampak baik. Bahkan mereka pun menganggap diri mereka memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Namun mereka pun telah tertipu. Mereka tidak memahami bahwa kepastian keselamatan itu tak dapat didasarkan kepada perbuatan.
Perilaku Kristen tak boleh dijadikan dasar bagi kepastian keselamatan, melainkan kepastian keselamatan itu harus didasarkan kepada karya dan kesempurnaan Kristus Sang Juruselamat dan kehidupan baru yang telah diperolehnya di dalam Kristus itu harus menjadi dasar dari perilaku kehidupan Kristen sehari-hari.
Kolose 3:1-4 : “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”
Sebagaimana ditunjukkan dalam 1 Yohanes 1:6-7, perilaku dan kehidupan seperti Kristus adalah sebagai bukti persekutuan sejati dan juga membuktikan bahwa orang itu benar-benar berjalan dengan Tuhan dalam terang.
1 Yohanes 1:6-7: “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”
Namun perilaku kehidupan Kristen tak membuktikan adanya hubungan yang sejati dengan Tuhan karena ketika seorang percaya hidup dalam dosa untuk suatu jangka waktu tertentu, akan tampak perbuatan-perbuatan daging, sehingga orang percaya itu akan kelihatan seperti orang yang tidak percaya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Rasul Paulus membicarakan tentang keadaan ini ketika ia menyebut orang-orang Kristen karnal (dikuasai sifat kedagingan) sebagai “manusia duniawi” dalam 1 Korintus 3:3-4. “Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”
Berjalan atau hidup seperti manusia duniawi sama dengan berjalan atau hidup seperti orang yang tidak mengenal Kristus. Rasul Paulus tidak mempersoalkan atau meragukan keselamatan mereka. Ia mengakui akan keselamatan mereka namun mereka ternyata hidup menurut daging dan bukan menurut Roh. Keadaan ini yang membuat mereka terlihat seperti orang-orang duniawi, yang belum mengalami kuasa penyelamatan Kristus meskipun sebenarnya mereka telah berada di dalam Kristus dan Roh Allah telah berdiam di dalam mereka.
1 Korintus 1:2-9 : “Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang ______________ dalam Kristus Yesus dan yang _________________ menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.”
1 Korintus 3:1 : “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.”
1 Korintus 6:19-20: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan _____________!”
Terkadang ayat-ayat seperti 2 Korintus 13:5 digunakan untuk mendukung perlunya menyelidiki perbuatan-perbuatan kita untuk membuktikan keselamatan kita. Hal ini sungguh disesalkan karena cara seperti ini hanya menjadikan ayat ini sekedar ayat pembukti tanpa memperhatikan konteks, arti sebenarnya dan tujuan penulisan ayat ini sebagaimana dikemukakan Paulus dalam 2 Korintus.
2 Korintus 13:5 : “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.”
MacArthur menjadi contoh tentang kasus ini. Ia menulis: “Keraguan terhadap keselamatan seseorang tidaklah salah sepanjang keraguan itu tidak dibiarkan terus menerus bercokol. Kitab Suci mengajak untuk menyelidiki diri kita. Keraguan harus dihadapi dan diselesaikan secara jujur dan secara alkitabiah.” Kemudian, setelah mengutip 2 Korintus 13:5, ia mengakhirinya dengan perkataan ini, “Nasihat ini banyak kali diabaikan —bahkan tak pernah digubris—dalam gereja masa kini.”
Namun pertanyaannya adalah apakah hal ini merupakan penafsiran yang tepat dari ayat ini? Apakah Paulus menyuruh orang-orang percaya menyelidiki diri mereka untuk mendapatkan kepastian keselamatan? Konteksnya tidak demikian! Coba simak alasannya berikut ini:
(1) Sekali lagi, seperti halnya dalam 1 Korintus, Paulus tidak meragukan keselamatan mereka. Ia sama sekali yakin bahwa mereka telah diselamatkan dan hal ini nyata dalam ayat-ayat yang telah disebutkan di atas tadi.
(2) Kalaupun Paulus menyuruh mereka menyelidiki diri untuk mendapatkan kepastian, ia tidak menyuruh mereka agar menyelidiki perbuatan-perbuatan untuk mendapatkan kepastian keselamatan. Menurut Kitab Suci, apabila ada sesuatu yang perlu diselidiki, maka hal itu adalah mengenai objek dari iman mereka. Apakah mereka telah benar-benar percaya kepada Kristus dan bukan kepada sesuatu sistim perbuatan?
(3) Paulus tidak menyuruh mereka menyelidiki diri mereka sendiri melainkan menurut konteksnya dalam ayat 3-7, Paulus mempunyai tujuan lain. Tampaknya sebagian orang mempermasalahkan keabsahan pelayanan Paulus akibat pengaruh guru-guru palsu. Bandingkan dengan 2 Korintus 11:1-12:21 yang berisi pembelaan Paulus terhadap berbagai tuduhan tak berdasar tentang pelayanannya. Dalam ayat 3, mereka menuntut bukti bahwa Kristus berbicara melalui Paulus. Dalam ayat 5 Paulus menunjukkan bahwa bukti yang mereka cari itu ada di dalam diri mereka sendiri karena ia telah menjadi bapa iman mereka. “Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.” (1 Korintus 4:15).
Cara terbaik untuk membuktikan pelayanan Paulus ialah dengan menyelidiki iman mereka sendiri karena kesejatian iman mereka juga membuktikan kesejatian pelayanan Paulus sebagai jurubicara Kristus. Apakah mereka mengenal Sang Juruselamat? Ya. Bagaimana cara mereka mengenal Juruselamat itu? Melalui pelayanan Paulus. Ia tidak menganggap iman mereka palsu. Karena itu, kesejatian iman mereka membuktikan bahwa Paulus dan pelayanannya juga lulus dari ujian ini. Inilah maksud dari perkataannya dalam 2 Korintus 13:6 yang mengatakan, “Tetapi aku harap, bahwa kamu tahu, bahwa bukan kami yang tidak tahan uji.”
Ingatlah bahwa dasar untuk mendapatkan kepastian keselamatan adalah kesaksian Firman-Nya sebagaimana dinyatakan dalam 1 Yohanes 5:11-13:
“Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.”
Bema (Takhta Pengadilan Kristus)
Apakah kepastian keselamatan yang kita peroleh berdasarkan karya Kristus yang telah selesai Ia kerjakan untuk kita berarti kita bisa berbuat apa saja dan tidak perlu risau dengan perbuatan-perbuatan kita? Apakah kepastian keselamatan itu membolehkan kita berbuat apa saja yang kita inginkan dalam kehidupan kita? Tidak, sama sekali tidak, apabila kita memahami Firman Allah secara menyeluruh.
Setiap orang percaya atau setiap anak Allah adalah abdi (pelayan) yang baik terhadap waktu, talenta (termasuk karunia rohani), kebenaran Allah, dan harta yang telah Allah percayakan kepada kita. Seorang abdi atau pelayan adalah seorang yang dipercayakan untuk mengelola milik atau kepunyaan orang lain. Apakah artinya? Rasul Paulus mengajarkan bahwa “yang dituntut dari setiap pelayan adalah agar didapati setia.” Allah akan menuntut pertanggungjawaban kita terhadap apa yang Ia telah percayakan kepada kita. Saatnya akan datang di mana kita akan mempertanggungjawabkan kehidupan yang Ia telah karuniakan kepada kita. Inilah maksud atau arti firman dalam 1 Korintus 3:12-15:
“Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
Perhatikan perbedaan di sini. Orang percaya berada di sorga berdasarkan apa yang telah dikerjakan oleh Kristus, namun untuk setiap pekerjaan yang kita lakukan dan kesetiaan kita dalam mengelola karunia-karunia-Nya kepada kita, Ia akan membalasnya dengan pemberian pahala. Sekali lagi, coba simak dengan baik komentar Radmacher tentang ini:
“Ketika saya menulis perkataan-perkataan ini, saya ada di hadapan Allah dalam keadaan tanpa cacat-cela dan sempurna karena Allah melihat saya melalui Yesus Kristus. Fakta ini tak dapat diganggu gugat. Tak seorangpun yang telah mengenal Yesus Kristus akan menghadap pengadilan Takhta Putih dalam Wahyu 20. Namun setiap orang percaya akan menghadap Takhta Pengadilan Kristus (Bema) dan seluruh pekerjaan (perbuatan) kita akan diadili (2 Kor. 5:10). Penting diperhatikan bahwa baik orang yang tidak bertobat maupun yang sudah bertobat akan diadili menurut pekerjaan-pekerjaan mereka. Orang yang tidak bertobat akan dihukum menurut perbuatan mereka pada Pengadilan Takhta Putih dan dalam pengadilan itu akan ditentukan tingkat hukuman kekal yang menimpanya di neraka. Demikian pula Orang yang bertobat akan dihakimi menurut pekerjaannya (perbuatannya) pada pengadilan Bema dan hasil dari pengadilan itu akan menentukan pahala yang akan diberikan kepadanya.”
Meskipun kita terjamin aman di dalam Kristus Juruselamat kita dan sorga telah menjadi bagian kita yang pasti, kita masih diberikan kesempatan untuk mengabdi dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab. Yang dituntut dari kita sekarang adalah sikap kedisiplinan berdasarkan kasih karunia Allah dalam mengejar kesalehan yang mengandung janji bagi kehidupan sekarang maupun hidup yang akan datang.
“Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” (1 Timotius 4:7-8)



Pelajaran 3:
Kepastian Mengenai Jaminan Kekal
Pendahuluan
Meskipun orang percaya sudah memperoleh kepastian mengenai keselamatannya dan tak meragukannya lagi, pertanyaan yang masih muncul adalah mengenai ketetapan atau keabadian keselamatannya. Setelah orang percaya itu beroleh keselamatan karena percaya Kristus dan kematian-Nya di salib untuk menebus dosa-dosanya, dapatkah orang percaya itu kehilangan keselamatannya? Adakah sesuatu yang kita lakukan yang berakibat hilangnya keselamatan kita? Jawabannya adalah TIDAK! Mengapa? Karena Kitab Suci menegaskan bahwa dengan iman kita dilindungi oleh kuasa Allah. Dengan iman kita telah dibawa masuk ke dalam suatu hubungan kasih karunia dengan Allah, sebagai pemberian Allah melalui Anak-Nya. Kita selamat berdasarkan kesaksian-Nya bukan kesaksian kita.
1 Petrus 1:5 : “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam ______________ Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”
Efesus 1:6 : “Supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Efesus 2:8-9 : “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Ketujuh pendekatan berikut ini membahas mengenai jaminan kekal orang percaya. Keselamatan itu tak akan hilang karena terjamin oleh kuasa Allah yang melindunginya dan kesempurnaan Pribadi dan karya Kristus bagi kita.
1. Pendekatan Trinitas
Argumentasi pertama mengenai jaminan kekal keselamatan orang percaya berlandaskan peran ketiga pribadi dalam Trinitas yang melindungi sehingga kita tetap aman di dalam Kristus.
• Peran Anak
Roma 8:31-39 : “...Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Pernyataan dalam Roma 8:34, “Kristus Yesus, yang telah mati” diberikan sebagai jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan dalam ayat 31-33, dan juga mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan serta pernyataan-pernyataan dalam ayat 35-39. Namun tujuan dari ayat 34 adalah untuk menunjukkan terjaminnya keselamatan kekal orang percaya. Ada dua alasan yang dikemukakan yang berkaitan dengan Kristus, Allah Anak:
Kristus Mati sebagai Penebus dan Pengganti kita
Melalui kematian Kristus, tirai yang memisahkan manusia dari Allah dihilangkan. Dosa manusia dan kesucian Allah yang telah memisahkannya dari Allah telah dibereskan di atas salib sehingga Allah menyatakan kita benar melalui iman kepada Yesus Kristus. Kebenaran yang sama ini juga ditegaskan dalam beberapa ayat berikut.
Roma 3:23-28 : “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”
Roma 5:1,8 : “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. … Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Kitab Ibrani mengemukakan bahwa kematian Kristus merupakan satu-satunya pengorbanan yang berkenan yang dilaksanakan hanya sekali untuk selama-lamanya.
Ibrani 9:11-14 : “Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”
Ibrani 9:26-28 : “Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya ______________ saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi __________________ menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Ibrani 10:12-14 : “Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh __________________ saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.”
Kristus Bangkit dan Duduk di sebelah Kanan Allah
Argumentasi kedua dalam Roma 8:34 adalah mengenai kebangkitan dan kedudukan Kristus di sebelah kanan Allah Bapa. Ia duduk di sebelah kanan Allah sebagai perantara dan pembela kita ketika kita berbuat dosa atau dituduh berbuat dosa, dan Ia mendoakan kita. Semunya ini dilakukan-Nya bagi kita berdasarkan karya-Nya di atas salib untuk mendamaikan kita dengan Allah.
Wahyu 12:10 : “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”
Roma 5:10-11 : “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan ________________ oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.”
Ibrani 7:25 : “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan ______________ semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.”
Yohanes 17:11 : “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”
• Peran Bapa
Karena tuntutan kesucian-Nya telah terpenuhi lewat kematian Anak-Nya, maka perlindungan Allah terhadap keselamatan kita terjamin berdasarkan:
Tujuan dan rencana-Nya yang kekal
Keselamatan itu adalah pekerjaan Allah semata. Tak ada sesuatu, termasuk dosa kita, yang dapat menggagalkan tujuan dan rencana Allah yang kekal yang telah merancang penyelamatan kita berdasarkan kasih karunia-Nya melalui iman kepada Kristus, Anak-Nya. Oleh karena tuntutan kesucian-Nya telah terpenuhi melalui kematian Kristus maka Ia membenarkan setiap orang yang telah menerima dan berimankan Kristus, Anak-Nya itu.
Efesus 1:3-6 : “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah ___________ kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan ________________ di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Kasih-Nya terhadap Anak-Nya
Keselamatan kita juga terjamin dan aman melalui Pribadi Anak-Nya dan karya-Nya yang sempurna untuk penebusan dosa-dosa kita. Setiap orang yang telah percaya kepada-Nya berada “di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” suatu tempat di mana kasih Allah berdiam, sehingga tak ada sesuatupun yang dapat memisahkan kita lagi dari kasih Allah itu (lih. Ef 1:3-6).
Roma 8:39 : “... kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Yohanes 17:11 : “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”
Pekerjaan-Nya dalam Mendisiplin Kita
Peran Allah dalam mendisiplin kita ketika kita berbuat dosa membuktikan bahwa kita tetap menjadi anak-Nya. Ketika kita jatuh ke dalam dosa Ia tidak membuang kita melainkan Ia akan mendisplin kita.
Ibrani 12:5-11 : “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”
1 Korintus 5:1-5 : “Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu? Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku--sama seperti aku hadir--telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu. Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”
1 Korintus 11:30-32 : “Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita _______________, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”
Dosa tidak dapat mengubah atau membatalkan hubungan kita dengan Allah sebagai anak-anak-Nya. Namun perbuatan dosa itu pasti akan berpengaruh terhadap persekutuan kita dengan Dia, keakraban kita dengan Dia, pelayanan kita kepada-Nya dan mahkota yang kita akan terima dalam kerajaan-Nya di masa yang akan datang.
1 Korintus 3:12-15 : “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
Kuasa-Nya
Tak ada sesuatu atau seorangpun yang lebih besar dan lebih berkuasa dari Allah Bapa. Ini pula berarti tak ada sesuatu dan seorangpun yang dapat menggagalkan tujuan Allah dalam menyelamatkan kita atau dapat mengeluarkan kita dari lingkup kasih dan pemeliharaan-Nya (lih. Rm 8:31-39).
1 Petrus 1:5: ”Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”
Yudas 24: “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.”
2 Korintus 5:17-19: “Jadi siapa yang ada ________________ Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”
• Peran Roh Kudus
Pekerjaan-Nya dalam Membaptiskan Kita dengan Roh
Baptisan Roh Kudus adalah pekerjaan Roh Kudus yang bertujuan mempersatukan kita ke dalam tubuh Kristus dan pekerjaan Kristus. Ini juga berarti, apabila orang percaya kehilangan keselamatan berarti tubuh Kristus itu menjadi cacat. Tentu saja ini tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Kepada jemaat Korintus yang karnal (duniawi), karena diwarnai dengan berbagai perselisihan, dengki, percabulan, dan mabuk, Paulus menyatakan, “bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1 Kor. 3:3). Namun Paulus tak meragukan keselamatan mereka dan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan mereka.
1 Korintus 12:12-13 : “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.”
1 Korintus 3:1 : “Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.”
1 Korintus 1:2 : “Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi ____________________________, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”
1 Korintus 6:19-20 : “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Pekerjaan-Nya dalam Kelahiran Baru
Peristiwa kelahiran baru merupakan pemberian kehidupan kekal, yang menjadikan orang percaya sebagai ciptaan baru dalam Kristus. Ini tak pernah akan berubah atau menjadi batal. Pertama, karena ini didasarkan pada pekerjaan Kristus, Anak Allah, bukan pada usaha atau pekerjaan kita. Dan kedua, sebagaimana kelahiran jasmani menjadikan kita anak dari orang tua kita sekali untuk selama-lamanya, demikian pula dengan kelahiran rohani.
2 Korintus 5:17 : “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Titus 3:5-7 : “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.”
Yohanes 3:3-8 : “Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak ____________________ ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
Yohanes 3:16-18 : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Allah tidak membuang anak-anak-Nya yang tidak taat melainkan Ia mendisiplin anak-anak-Nya yang berbuat dosa. Bisa saja disiplin-Nya itu berbentuk kematian jasmani, namun orang percaya yang dikenai disiplin itu tetap sebagai anak-Nya (lihl. Ibr 12:5-12).
Pekerjaan-Nya dalam Mendiami Orang Percaya
Pekerjaan Roh Kudus yang mendiami orang percaya sebagaimana telah dijanjikan Kristus itu bersifat permanen. Roh Kudus diberikan kepada kita untuk selama-lamanya dan diberikan tanpa syarat lain kecuali percaya kepada Kristus.
Yohanes 7:37-39 : “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”
Yohanes 14:16 : “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.”
1 Korintus 6:19 : “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Yakobus 4:5 : “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!"
Roh Kudus sebagai Meterai
Meterai merupakan gambaran mengenai peran Roh Kudus yang datang untuk mendiami orang percaya. Fungsi meterai pada masa itu merupakan lambang atau bukti: (a) pengesahan sesuatu transaksi, yakni keselamatan kita, (b) kepemilikan sah, bahwa kita telah menjadi milik Allah, dan (c) jaminan sah, bahwa hanya yang memiliki kewenangan yang dapat membatalkan sesuatu yang telah dimeteraikan. Dalam hal ini yang memiliki kewenangan itu tak lain adalah Allah. Namun Ia telah berjanji untuk tidak akan melakukan-Nya.
Efesus 4:30 : “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah ___________________ kamu menjelang hari penyelamatan.”
2 Korintus 1:22 : “...memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai ________________ dari semua yang telah disediakan untuk kita.”
Karena itu Paulus menyatakan bahwa orang-orang percaya di Korintus yang karnal (duniawi) sekalipun telah menjadi milik Allah berdasarkan transaksi keselamatan yang telah dikerjakan-Nya di dalam Kristus untuk mereka.
1 Korintus 6:19-20 : “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Roh Kudus sebagai Jaminan
Seperti halnya uang muka / uang jaminan yang dibayarkan oleh pembeli dalam sebuah transaksi pembelian rumah. Uang muka ini menjadi jaminan akan diadakannya pembayaran penuh oleh sang pembeli pada waktu yang telah ditetapkan. Demikian pula dengan pemberian Roh Kudus kepada orang percaya oleh Allah. Pemberian Roh Kudus-Nya itu menjadi jaminan dari Allah tentang pemenuhan janji-janji-Nya di masa yang akan datang. Yakni bahwa kita pada akhirnya akan menerima segala berkat yang terkait dengan keselamatan itu. Istilah “jaminan” dalam ayat-ayat berikut ini menunjuk kepada kepastian pemenuhan janji dalam sesuatu transaksi.
Efesus 1:14 : “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
2 Korintus 1:22 : “...memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.”
2. Pendekatan Posisional
Baptisan Roh Kudus berfungsi mempersatukan orang percaya dengan Kristus. Hal ini merupakan posisi rohani baru yang diterima oleh setiap orang percaya. Perkataan seperti “di dalam Kristus”, “di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” digunakan berulang kali dalam surat-surat Paulus, menunjuk kepada konsep pemikiran bahwa kita telah diselamatkan dan diterima oleh Allah berdasarkan posisi kita atau persatuan kita dengan Kristus.
Efesus 1:3 : “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.”
Efesus 1:6: “...supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Efesus 2:5-6: “...telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.”
Kolose 2:10: “...dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.”
2 Timotius 2:11-13: “Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."
Perkataan dalam ayat berikut ini bukan sekedar jaminan saja, melainkan jaminan ganda! Persatuan kita dengan Kristus sekaligus merupakan jaminan terhadap kemuliaan yang pasti akan menjadi bagian kita.
Kolose 3:3-4: “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”
3. Pendekatan Logika
Apabila sebelum kita bertobat, Allah telah melakukan hal yang sedemikian besar bagi kita ketika kita masih sebagai orang-orang berdosa yang terpisah dari Dia, ketika kita masih sebagai musuh Allah, apalagi sekarang ini ketika kita telah diperdamaikan dan dipersatukan dengan Dia, yang telah dibenarkan di dalam Kristus pasti Ia akan melakukan hal-hal yang lebih besar dan lebih banyak lagi bagi kita yang telah menjadi anak-anak-Nya.
Roma 5:8-10: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!”
Roma 8:32: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
4. Pendekatan Tangan Allah
Ada janji khusus yang amat indah dari Tuhan yakni bahwa tidak seorangpun dapat merebut atau merampas kita dari tangan Allah. Kitab Suci menyatakan bahwa kita sekarang berada dalam genggaman tangan Allah yang penuh kuasa. Di dalam tangan Allah merupakan tempat yang paling aman karena Ia lebih besar dan lebih berkuasa dari siapapun di dunia ini.
Yohanes 10:28-29: “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”
5. Pendekatan Tata Bahasa
Penggunaan bentuk waktu lampau (perfect tense) dalam beberapa ayat dalam Perjanjian Baru juga menunjukkan terjaminnya dan amannya keselamatan orang percaya. Makna dari bentuk waktu lampau (perfect tense) dalam bahasa Yunani ditambah dengan konteks dan analogi yang digunakan dalam Kitab Suci juga merupakan argumentasi mengenai terjaminnya keselamatan orang percaya. Bentuk lampau dari kata kerja (perfect tense) menunjukkan suatu tindakan atau peristiwa yang telah selesai dikerjakan pada masa lampau, namun efek dari tindakan-Nya itu berpengaruh pada masa sekarang, yakni pada saat pembicara mengucapkannya. Jadi hal ini ada kaitannya dengan keadaan sekarang. Kata kerja dalam ayat-ayat berikut yang menggunakan bentuk lampau (perfect tense) menegaskan terjaminnya keselamatan orang percaya.
Yohanes 5:24: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa _________________ perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah ______________ dari dalam maut ke dalam hidup.”
Roma 5:2: “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.”
1 Korintus 1:2: “Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”
Efesus 2:8: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”
6. Pendekatan Kasih Karunia
Perjanjian Baru jelas menyatakan bahwa kita diselamatkan karena kasih karunia melalui iman, dan keselamatan bukanlah hasil pekerjaan atau perbuatan amal kita. Namun andaikata setelah kita percaya kepada Kristus dan menerima karya-Nya, lalu kita kehilangan keselamatan akibat sesuatu perbuatan yang kita lakukan atau tidak lakukan, maka itu sama dengan mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan kita. Tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Perjanjian Baru (lih. Rm 4:1-5; 11:6).
Efesus 2:8-9 : “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Titus 3:5 : “...pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”
7. Pendekatan Mengenai Dosa Apa?
Pendekatan yang dimaksudkan di sini adalah mengenai pertanyaan, dosa apa yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan keselamatannya? Setiap dosa pasti tidak mencapai sasaran kekudusan Allah yang sempurna yang telah ditetapkan-Nya. Terlepas dari tingkat kedewasaan rohani atau hubungan seseorang dengan Tuhan, tak ada yang sempurna menurut ukuran Allah. Kita semua, tanpa kecuali, sadar atau tidak, pasti ada kekurangan dan kelemahan (istilah-istilah yang digunakan manusia untuk memperhalus dosa). Dan setiap dosa, besar atau kecil, menurut definisi Kitab Suci, tidak mencapai sasaran kemuliaan Allah. “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” (1 Yohanes 1:8-10)
Jika demikian, di mana kita harus menarik garisnya? Dengan kata lain, dosa apa yang menghilangkan keselamatan dan dosa apa yang tidak menghilangkan keselamatan? Mereka yang berpendapat bahwa orang percaya dapat kehilangan keselamatan cenderung memilah-milah dosa, seolah-olah Allah membiarkan dosa-dosa yang satu dan menghukum dosa-dosa yang lain. Akhirnya yang dipermasalahkan adalah mengenai tingkat dosa, sehingga pertanyaan yang muncul adalah dosa yang bagaimana yang menyebabkan seseorang kehilangan keselamatan? Manusia sering membeda-bedakan dosa menurut tingkatannya, namun pembedaan itu sama sekali tidak sesuai dengan cara pandang Allah mengenai dosa. Bagi Allah dosa, besar atau kecil, tetap dosa.
Amsal 6:16-19 : “Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.”
Ayat-ayat Problematik
Bagaimana dengan ayat-ayat yang sering dianggap mengajarkan mengenai kehilangan keselamatan? Pelajaran ini tak bermaksud membahas semua ayat-ayat itu. Namun bila dicermati dengan saksama, dengan memperhatikan konteks dekat maupun konteks seluruh Perjanjian Baru, dan memperhatikan analogi iman, sesungguhnya tak ada dari ayat-ayat itu yang mengajarkan bahwa orang percaya dapat kehilangan keselamatan.
Analogi Iman
Analogi iman merupakan prinsip hermeneutika (ilmu penafsiran) yang mengajarkan bahwa ayat-ayat yang kurang jelas harus diartikan berdasarkan ayat-ayat yang jelas, bukan sebaliknya. Mereka yang mempercayai keselamatan bisa hilang, atau yang mengajarkan keselamatan ke-Tuhanan (Lordsship salvation), telah mengabaikan prinsip ini.
Ada dua cara mereka mengabaikan prinsip ini :
(1) Mereka mendasarkan pemahaman akan Injil pada ayat-ayat yang kurang jelas, bukannya kepada ayat-ayat jelas yang jumlahnya sangat banyak.
(2) Mereka tidak mau menggunakan prinsip-prinsip penafsiran yang benar terhadap ayat-ayat yang jelas dengan mengartikannya menurut pandangan keliru tentang ayat-ayat yang tak jelas atau sulit.
Kategori-kategori Ayat-Ayat Sulit
Ayat-ayat problematik (ayat-ayat yang dianggap mengajarkan bahwa orang-orang percaya bisa kehilangan keselamatan, atau yang dianggap mengajarkan bahwa orang-orang seperti itu sama sekali belum selamat atau dianggap mengajarkan bahwa orang percaya tak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu) sebenarnya dapat dikategorikan pada salah satu kategori di bawah ini. Juga sebenarnya ayat-ayat itu sama sekali tidak bersangkut paut dengan keselamatan kekal:
(1) Ayat-ayat yang berkaitan dengan Bema (Takhta Pengadilan Kristus) yang memperingatkan orang percaya mengenai kemungkinan kehilangan pahala, bukan kehilangan keselamatan.
1 Korintus 3:12-15 : “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
1 Korintus 9:25-27 : “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”
(2) Ayat-ayat yang memperingatkan tentang dahsyatnya disiplin dari Allah terhadap orang-orang yang melalaikan kasih karunia Allah.
1 Korintus 3:16-17 : “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”
Ibrani 6:1-6 : “Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal. Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya. Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.”
Ibrani 10:23-31 : “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya." Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.”
(3) Ayat-ayat yang menggambarkan perilaku anak-anak Allah, yang seharusnya mewarnai kehidupan anak-anak Allah. Termasuk di dalamnya adalah ayat-ayat yang menggambarkan sifat dan kondisi orang-orang yang tidak percaya sebagai pendorong untuk mengejar kesalehan atau kekudusan dan menjalani kehidupan sesuai dengan posisi kita di dalam Kristus. Ayat-ayat ini tidak mengancam hilangnya keselamatan dan juga tidak mengajak kita untuk meragukan atau mempertanyakan keselamatan kita, melainkan mengajak kita untuk hidup sebagaimana layaknya orang-orang yang berada di dalam Kristus. Misalnya, bandingkan dengan Efesus 5:1-12.
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono--karena hal-hal ini tidak pantas--tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka. Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan.”
Argumentasi 1 Yohanes 3:6-10
“Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.”
Konteks I Yohanes 3:6 berbicara tentang alasan mengapa orang-orang percaya tidak boleh berbuat dosa. Yohanes mengemukakan beberapa alasan namun tidak mempersoalkan keselamatan orang percaya melainkan memotivasi atau mendorong orang-orang percaya agar berjalan dalam terang. Namun pertanyaan yang muncul adalah apakah 1 Yohanes 3:6b mengindikasikan bahwa orang yang di dalam Dia, orang beriman kepada Kristus, tak pernah akan berbuat dosa lagi? Pemikiran ini seperti ini tentu saja bertentangan dengan 1 Yohanes 1:8 dan 10 dan 5:16. Sebagai manusia yang lemah dan tidak sempurna tentu saja orang percaya pun tak lepas dari perbuatan dosa. Jika demikian apa maksud Yohanes dalam ayat ini?
Sebagai ilustrasi, andaikata seorang anak mencuri permen di sebuah supermarket. Kemudian ibunya mendapatinya berbuat hal itu, lalu ia mengatakan kepada anaknya, “anggota keluarga kita tidak biasa mencuri, ngerti?” Masuk akalkah ucapan ibu itu? Namun ternyata anaknya sebagai salah satu anggota keluarga telah melakukan perbuatan itu. Apa sebenarnya maksud ibu itu? Maksudnya ialah bahwa mencuri adalah perbuatan yang bertentangan dengan standard moral yang berlaku dalam keluarga, karena itu anak itu harus menyadarinya dan tidak boleh melakukan perbuatan seperti itu. Ibu itu tidak mengatakan bahwa ia telah berkeliling dan menanyakan satu per satu anggota keluarganya dan mendapati bahwa tak seorangpun dari mereka yang pernah mencuri. Tidak! Namun yang ia ingin tunjukkan dalam kasus ini adalah mengenai standard moral yang berlaku dalam keluarga mereka sebagai dorongan atau motivasi bagi anaknya.
Yohanes mengemukakan hal yang sama. Inilah standardnya, sebagai anggota keluarga Allah, kita tidak berbuat dosa, dan kita harus ingat akan standard ini. Ia tidak menyangkal fakta bahwa orang-orang percaya masih berbuat dosa atau bisa jatuh ke dalam dosa. Untuk lebih memperjelas kebenaran ini maka ayat ini diikuti dengan beberapa alasan dan ilustrasi mengenai dosa yang terjadi di dalam kehidupan orang-orang percaya.
Motivasi atau dorongan lain yang dikemukakan Yohanes terdapat dalam ayat 9: “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.” Ayat ini tidak berarti bahwa orang-orang percaya tidak dapat berbuat dosa lagi. Pemikiran ini sekali lagi bertentangan dengan ayat-ayat di atas tadi.
Ada yang mengartikan ayat ini bahwa Yohanes bermaksud mengatakan bahwa orang-orang Kristen tak dapat berbuat dosa atau tidak biasa berbuat dosa. Apakah ini yang dimaksudkan Yohanes? Pengertian “berbuat” sebagai kebiasaan (present tense) merupakan pengertian yang keliru. Apabila ini yang dimaksudkan Yohanes, maka bagaimana istilah Yunani prass, yang digunakan Yohanes dalam ayat-ayat berikut ini.
Yohanes 3:20: “Sebab barangsiapa berbuat jahat (prasso), membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak.”
Yohanes 5:29: “...dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat (prasso) akan bangkit untuk dihukum.”
Kalau begitu apa yang dimaksud Yohanes dalam ayat ini? Istilah “tidak dapat berbuat dosa” tidak berarti tak mampu berbuat (melakukan). Perkataan ini dapat juga berarti tidak mau. Ayat-ayat lain dalam Perjanjian Baru berikut ini menjelaskannya:
Lukas 11:5-7: “Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara.”
Lukas 14:20: “Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.”
Markus 1:45: “Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.”
Markus 6:3-5 : “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.”
1 Korintus 10:21: “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.”
I Yohanes 3 bermaksud menyatakan bahwa kita tidak mau berbuat dosa lagi karena kita telah lahir dari Allah dan memiliki sifat Allah. Ini pulalah arti yang terdapat dalam Roma 6:1-10 yang ditulis setelah Paulus menulis 5:20-21.
Sebagai contoh, andaikata dokter memberitahu seorang perokok yang telah terkena gangguan tenggorokan, “Anda tidak dapat merokok lagi.” Ini bukan berarti orang itu tak dapat merokok lagi melainkan ia tidak mau merokok lagi karena merokok itu akan mengakibatkan gangguan yang lebih parah terhadap kesehatannya.
Jelas terlihat dalam kehidupan Raja Daud, yang dijuluki orang yang sangat dekat dengan Allah, bahwa orang percaya masih dapat jatuh atau terjerumus ke dalam dosa untuk jangka waktu yang lama. Demikian pula orang-orang percaya di dalam Kristus pun (dengan segala hal yang mereka telah miliki di dalam Kristus), yang hidup dalam dosa sehingga perilaku hidupnya menyerupai orang-orang yang tidak percaya, perilaku seperti ini merupakan hal yang aneh dan tidak masuk akal lagi karena bertentangan dengan posisinya yang sebenarnya di dalam Kristus. Hidup dalam dosa bagi orang percaya akan membawa konsekuensi yang dahsyat, bahkan bisa membawanya kepada perbuatan dosa yang mendatangkan maut, sebagai bentuk disiplin Allah untuk menghentikannya dari berbuat dosa terus menerus.
1 Korintus 11:27-32: “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”
1 Yohanes 5:16-17: “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.”
Konsekuensi Hidup dalam Dosa
Ayat-ayat kunci:
Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”
Mazmur 32:3-4: “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.”
1 Yohanes 1:6: “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.”
(1) Kehilangan persekutuan dengan Tuhan plus kehilangan kontrol Roh Kudus dan buah Roh dalam kehidupannya (lihat 1 Yoh. 1:5-7).
Dosa selalu mendukakan dan memadamkan Roh (Ef 4:30; 1 Tes 5:19). Dosa juga akan mempengaruhi kehidupan doa kita (Mzm 66:18), kesaksian kita (Kisah 1:8), semangat mempelajari Firman Allah (1 Kor 2:10-16; Ef 3:16 dst.). Semua hal ini merupakan pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Jika orang percaya berbuat dosa terus maka pelayanan Roh Kudus pada akhirnya akan berubah dari pelayanan yang memberdayakan menjadi pelayanan menginsafkan.
1 Yohanes 1:5-7: “Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”
Efesus 4:30: “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”
1 Tesalonika 5:19: “Janganlah padamkan Roh.”
Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”
Kisah 1:8: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
1 Korintus 2:10-16: “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.
Efesus 3:16-19: “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”
(2) Kekecewaan, kehilangan sukacita, karena kita dikendalikan oleh sifat lama (dosa).
Mazmur 32:3-4: “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.”
(3) Menyia-nyiakan sumber-sumber spiritual, mental, dan fisikal.
Efesus 5:18: “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh.”
(4) Munculnya dan meningkatnya perbuatan-perbuatan daging dengan segala akibatnya yang dahsyat.
Galatia 5:19-21: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Galatia 5:26: “dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.”

(5) Disiplin ilahi, ganjaran Allah ditimpakan untuk menyadarkan kita.
Ibrani 12:5-10: “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.”
1 Korintus 11:29-32: “Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”
Mazmur 32:4: “Sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.”
(6) Hubungan-hubungan yang rusak dengan segala efek negatifnya terhadap orang-orang di sekitar kita, khususnya keluarga kita.
Galatia 5:15: “Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.”
Ibrani 12:15: “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”
(7) Pudarnya kesaksian kepada dunia dan perbuatan-perbuatan yang mempermalukan Tuhan.
1 Petrus 2:12-15: “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka. Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.”
1 Petrus 3:15-17: “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.”
1 Petrus 4:15-16: “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.”
(8) Kehilangan pahala ketika menghadap Bema (Takhta Pengadilan Kristus).
1 Korintus 3:12-15: “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
2 Korintus 5:10: “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Konsekuensi-konsekuensi Lain
Selain akibat-akibat yang telah disebutkan di atas adalah:
(1) Penimpaan disiplin Allah yang menjadi semakin dahsyat.
Mazmur 32:4: “Sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.”
Ibrani 12:6: “...karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
(2) Terus hidup dalam dosa dapat menyebabkan gereja mengambil tindakan pemecatan dari persekutuan jemaat (1 Kor. 5).
2 Tesalonika 3:6-15: “Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.”
Matius 18:17: “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”
(3) Displin yang ditimpakan Allah pada akhirnya bisa berbentuk kematian jasmani.
1 Korintus 11:30: “Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.”
1 Yohanes 5:16: “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.”
Memang keselamatan orang-orang percaya aman dan terjamin dalam Kristus dan orang percaya tak akan kehilangan keselamatan, yang telah dikerjakan oleh Kristus, Juruselamat kita, yang sekarang duduk dalam kemuliaan di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Pembela kita. Namun realita kehidupan dan Kitab Suci menyatakan dengan jelas bahwa apabila orang percaya tidak tinggal dalam persekutuan dan tidak menyelesaikan dosa dalam kehidupannya, ia dapat saja terjerumus ke dalam keadaan berdosa yang semakin dalam dan dahsyat sebagaimana dialami Daud. Keadaan seperti ini dapat terjadi mungkin saja karena ia sebenarnya belum benar-benar diselamatkan, namun penyebab utama yang sering terjadi adalah karena kegagalan orang percaya untuk tinggal dalam lingkup kehidupan dan kuasa Roh Allah.
Harapan kami kiranya pelajaran mengenai terjaminnya keselamatan orang percaya ini akan menolong orang percaya yang sedang berada dalam permasalahan ini. Tujuan pelajaran tentang jaminan keselamatan ini adalah agar setiap orang percaya beroleh kepastian keselamatan. Dan berbekal kepastian ini akan memotivasinya kepada suatu kehidupan yang saleh, menjauhi dosa, dan terhindar dari sikap menyia-nyiakan keselamatan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Ingatlah, tujuan Allah Bapa kita dalam mendisiplin anak-ana-kNya dengan penuh kasih adalah untuk memperbaiki kita dan mengembalikan kita kepada-Nya.
Rasul Paulus telah mempertaruhkan imannya di atas anugerah Allah yang pasti dan dapat dipercaya (2 Tim. 1:12b). Meskipun sebagian orang mengartikan ini sebagai karunia-karunia rohani yang telah dipercayakan Allah kepada Rasul Paulus, namun sebenarnya “apa yang dipercayakan Allah” ini adalah mengenai iman kepada Pribadi dan Karya Kristus sebagai dasar keselamatan. Paulus meyakini bahwa iman ini akan tetap terpelihara sampai segala ancaman, tantangan, bahaya dan kegagalan mewarnai kehidupan di dunia ini berlalu, yaitu pada saat kedatangan Kristus kedua kali.

“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.”
(Filipi 1:6)


Pelajaran 4:
Kepastian Mengenai Pemeliharaan Allah Setiap Hari
Pendahuluan
Pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat kita, kita dilahirkan kembali dan menjadi anak dalam keluarga Allah. Sejak saat itu pemeliharaan Allah, sebagai Bapa kita yang mengasihi, menjadi bagian kita.
Yohanes 1:12-13: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi _____________, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”
Roma 8:15-16: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu _____________. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”
Galatia 3:26: “Sebab kamu semua adalah _____________________ karena iman di dalam Yesus Kristus.”
Matius 7:7-11: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Karena Allah kita adalah sempurna maka demikian pula pemeliharaan-Nya terhadap kita adalah sempurna dan lengkap. Pelajaran berikut ini akan menyoroti aspek pemeliharaan Allah terhadap orang-orang percaya, yang telah menjadi anak-anak-Nya yang dikasihi. Kebenaran-kebenaran yang kita akan selidiki berikut ini sangat penting dipahami oleh setiap orang yang percaya.
Janji Pemeliharaan Allah
Sebagai anak Allah, setiap orang percaya berada dalam tanggung jawab pemeliharaan Allah yang penuh hikmat dan kuasa. Janji dalam 1 Petrus 5:7 merupakan akibat dari nasihat atau perintah dalam ayat 6. 1 Petrus 5:6-7: “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Janji ini harus dipahami dan diterapkan berdasarkan konteks ini. Marilah kita memperhatikan tiga aspek yang terkandung dalam janji ini: tanggung jawab, akarnya, dan alasannya.
• Tanggung jawab atau Nasihat
Janji tentang pemeliharaan Allah muncul sebagai akibat dari ayat sebelumnya yang berisikan perintah ini, “Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” Kita diperintahkan untuk merendahkan diri di bawah kekuasaan Allah yang penuh hikmat. Sebenarnya dalam bahasa Yunani, kata kerjanya berbentuk perintah pasif. Artinya, kita tidak disuruh agar “merendahkan diri kita,” melainkan “membiarkan diri kita menjadi rendah”. Konteks dalam 1 Petrus ini adalah mengenai penganiayaan dan penderitaan karena nama Kristus.
Penderitaan merupakan proses yang digunakan Allah untuk melatih kita, seperti halnya api yang digunakan untuk memurnikan logam. Dalam hal ini penderitaan digunakan Allah untuk memurnikan dan menumbuhkan iman kita. Tentu saja hal ini merupakan proses perendahan karena proses ini akan menjadikan kita semakin bergantung kepada Allah. Mengenai konsep pemurnian ini, perhatikan pula 1 Petrus 1:6-9, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.”
Kesombongan seseorang akan nyata melalui berbagai usaha yang dilakukannya menurut pemikirannya sendiri tanpa mau bergantung atau berserah kepada Allah. Sebagai ilustrasi, ketika seseorang mengalami penganiayaan atau penderitaan, biasanya ia cenderung membalas atau mencari jalan sendiri dalam mengatasinya, tanpa mau berserah kepada pertolongan Tuhan. Petrus menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai teladan kerendahan dan ketaatan sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 2:21-25. Perintah dalam ayat 6 ini mengajak kita untuk membiarkan Allah mengajar kita tentang kerendahan melalui penderitaan-penderitaan yang dialami dalam kehidupan ini:
1 Petrus 2:21-25 : “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan _______________ bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.”
• Akar atau Landasannya
Akar atau landasan dari ketaatan dan kerendahan di bawah tangan Allah yang berkuasa tersirat dalam perkataan, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya”. Dengan kata lain ayat ini mengajak kita, “jadilah rendah hati ......dengan menyerahkan segala kekuatiranmu kepada Tuhan”. Pengertian ini tampak lebih jelas dalam susunan kalimat bahasa Yunaninya. Menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan merupakan landasan dan sarana bagi proses perendahan.
Selain itu dalam teks bahasa Yunani, “segala kekuatiranmu” menunjuk kepada “kekuatiran atau kesusahan secara menyeluruh dan utuh”. Maksudnya kita tidak disuruh untuk menyerahkan setiap kekuatiran kepada Tuhan, melainkan kita harus datang kepada suatu titik di mana kita harus meletakkan seluruh kehidupan dengan segala beban, permasalahan, ketakutan, kesusahannya di bawah tangan Allah yang penuh kasih dan kuasa. Kita diajak bukan menyelesaikan permasalahan kita sendiri, dengan berusaha memanipulasi atau menaklukkan orang-orang lain dan berusaha mengatasi keadaan di sekitar kita dengan kemampuan kita sendiri, melainkan kita diperintahkan agar menyerahkan seluruh kehidupan kita dengan segala permasalahannya di bawah pemeliharaan, tujuan-tujuan dan waktu Allah. Pada saat kita melakukannya, kita akan dimampukan untuk merendahkan diri di bawah tangan Allah yang berkuasa sehingga tujuan-Nya akan dapat terlaksana di dalam dan melalui kehidupan kita. Sebaliknya apabila kita tidak mau merendahkan diri, kita akan menjadi sombong dan angkuh, karena kita selalu berusaha mengatasi setiap keadaan dengan cara dan kemampuan kita sendiri, khususnya ketika mengalami penderitaan atau penganiayaan.
Allah mengangkat Daud menjadi raja menggantikan Saul karena ketidaktaatan Saul (1 Sam 15-16). Saul tidak rela menyerahkan kehidupannya di bawah kekuasaan tangan Allah melainkan selalu berupaya menyelesaikan permasalahannya sendiri. Ia cenderung senang menaklukkan atau mengatasi sendiri. Kita patut mengakui bahwa sering sifat seperti ini ada di dalam kita. Namun Allah tidak ingin Daud menjadi seperti Saul, karena itu Allah menggunakan Saul dan penganiayaannya terhadap Daud untuk memberantas sifat-sifat Saul ini yang ada di dalam diri Daud. Dalam dua peristiwa yang berbeda, Saul pernah melemparkan tombak kepada Daud dengan maksud mau membunuhnya. Apa sebenarnya maksud Saul ini? Ia berusaha mau mengatasinya sendiri. Ia tak rela berserah kepada kehendak Allah. Lalu apa yang Daud lakukan? Apakah ia memungut kembali tombak itu dan menusukkannya kepada Saul? Tidak. Ia menyerahkan semua permasalahannya itu kepada Tuhan. Dengan berbuat demikian ia merendahkan dirinya di bawah tangan Allah yang berkuasa.
1 Samuel 18:10-20 : “Keesokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya. Saul melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding." Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali. Saul menjadi takut kepada Daud, karena TUHAN menyertai Daud, sedang dari pada Saul Ia telah undur. Sebab itu Saul menjauhkan Daud dari dekatnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu, sehingga ia berada di depan dalam segala gerakan tentara. Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia. Ketika dilihat Saul, bahwa Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya; tetapi seluruh orang Israel dan orang Yehuda mengasihi Daud, karena ia memimpin segala gerakan mereka. Berkatalah Saul kepada Daud: "Ini dia anakku perempuan yang tertua, Merab; dia akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN." Sebab pikir Saul: "Janganlah tanganku memukul dia, tetapi biarlah ia dipukul oleh tangan orang Filistin." Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Siapakah aku dan siapakah sanak saudaraku, kaum ayahku, di antara orang Israel, sehingga aku menjadi menantu raja?" Tetapi ketika tiba waktunya untuk memberikan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak perempuan itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya. Tetapi Mikhal, anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada Daud; ketika hal itu diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya.”
• Alasan atau Penjelasan
Alasan kita harus merendahkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan segala kekuatiran kita kepadaNya tampak dalam perkataan, “sebab Ia yang memelihara kamu”. Arti literalnya dalam bahasa Yunani adalah, “sebab Ia menaruh perhatian kepadamu”. Ini berarti kita menjadi objek perhatian-Nya. Dengan kata lain kita sangat berharga bagi Allah karena kita menjadi pusat perhatian-Nya. Apabila Allah memperhatikan kita, mengapa kita harus kuatir? Sikap tidak mempercayai pemeliharaan Allah pada dasarnya merupakan keangkuhan. Ini sama dengan bertindak seolah-olah kita lebih tahu dari pada Allah dan kita berusaha melakukan apa yang kita anggap Allah tak dapat lakukan. Atau sama dengan mengatakan, kita kuatir dengan apa yang Allah akan lakukan sehingga kita tak mau mempercayakan kehidupan kita kepada-Nya. Mungkin kita berpikir Ia akan mengambil sesuatu yang kita sangat butuhkan. Namun apabila Allah sendiri telah berbuat hal yang terbesar bagi kita, sehingga Ia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita, masakan Ia tidak akan memelihara kita sebagai anak-anak-Nya?
Roma 8:32 : “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
Roma 5:8-11 : “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.”
Janji Pemenuhan Segala kebutuhan Kita
Oleh karena Allah sangat menaruh perhatian kepada kita sebagai anak-anak-Nya yang telah mengalami penebusan-Nya, Rasul Paulus mengajak kita untuk melihat bahwa perhatian-Nya itu juga mencakup kebutuhan-kebutuhan kita sehari-hari. Paulus menulis, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Flp 4:19). Janji ini disampaikan dalam dalam konteks bantuan keuangan yang telah diberikan oleh jemaat Filipi kepada Paulus untuk pelayanan penginjilan. Paulus ingin meyakinkan mereka bahwa pemberian mereka itu tidak akan membuat mereka berkekurangan. Allah berjanji akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, dan dasar pemenuhan-Nya itu adalah “menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus”. Pemenuhan kebutuhan oleh Allah ini adalah berdasarkan kekayaan Allah yang telah diberikan-Nya kepada kita dalam Kristus. Hal ini mengingatkan kita tentang Roma 8:32.
Tuhan Yesus memperingatkan kita tentang kekuatiran akan kebutuhan kita sehari-hari. Untuk itu Ia ingatkan kita akan pemeliharaan Allah, dan janji pemenuhan setiap kebutuhan pokok kita dalam Matius 6:25-34. Tiga kali Ia menasihatkan kita agar “Jangan kuatir” (Mat 6:25, 31 dan 34). Agar hal ini menjadi lebih jelas maka ada lima pertanyaan yang diajukan dalam ayat-ayat ini yang menunjukkan bahwa kuatir itu tidak ada gunanya dan sia-sia
Mengapa kuatir itu adalah sikap yang bodoh? Kuatir itu adalah sikap yang bodoh dan tak ada gunanya, bila kita menyadari akan pemeliharaan Allah dan perhatian-Nya terhadap setiap kebutuhan kita (lih. Mat 6:25-27, 28, 30). Allah menyatakan bahwa kekuatiran merupakan sifat yang mewarnai orang-orang yang “kurang percaya”. Kekuatiran adalah akibat kegagalan memahami pemeliharaan Allah terhadap kita sebagai umat kepunyaan-Nya. Yesus juga menunjukkan bahwa apabila burung di udara dan bunga di padang dipelihara Allah, masakan kita sebagai anak-anak-Nya tidak dipelihara-Nya. Akhirnya, Ia menunjukkan bahwa berdasarkan pemeliharaan Allah yang penuh kasih dan keadaan dunia yang jahat dan bersifat sementara ini maka prioritas dan perhatian utama kita haruslah kepada hal-hal rohani yang menyangkut kerajaan Allah (Mat 6:33-34).
Janji Pemenuhan Melalui Doa
Sebagai anggota-anggota keluarga Allah, kita bisa langsung berhubungan dengan Allah sebagai Bapa sorgawi kita melalui Imam Besar kita, Tuhan Yesus Kristus. Meskipun Allah telah mengetahui setiap kebutuhan kita sebelum kita memintanya (Mat 6:32), dan Ia menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kita, namun kita diajak untuk menyampaikan setiap kebutuhan kita dan orang-orang lain kepada Allah dalam doa kita.
Ibrani 4:16: “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”
1 Petrus 5:7: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Matius 7:7-11: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
1 Yohanes 5:14-15: “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”
Filipi 4:6-8: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Apabila Allah telah mengetahui setiap kebutuhan kita dan memperhatikan kita, mengapa berdoa? Jawabannya ialah karena Allah bekerja dalam kehidupan kita melalui doa. Yakobus 5:16 menyatakan bahwa doa orang benar itu besar kuasanya. Doa adalah sarana persekutuan dan merupakan bukti iman dan penyerahan kita. Juga doa merupakan sarana untuk memfokuskan hati kita kepada Tuhan dan kepada tujuan-tujuan serta pemeliharaan-Nya terhadap kita.
Kebanyakan fasal dalam kitab Mazmur merupakan ratapan atau permohonan. Biasanya dalam fasal-fasal itu menyoroti sesuatu kesulitan atau kekecewaan terhadap permasalahan yang menerpa pemazmur. Namun dalam doa pemazmur, ketika ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan, ia menatap kepada Pribadi Allah, ajaran-ajaran-Nya, dan janji-janji-Nya. Hasilnya, ia mendapatkan pandangan yang segar dan baru. Kemudian dalam mazmur-mazmur itu berakhir dengan ungkapan keyakinan dan pengharapan serta sukacita dalam Tuhan. Allah memang tidak pernah berubah, namun yang berubah adalah pribadi dan sikap pemazmur itu setelah melalui proses (lih. Mzm 3:1-8; 5:1-12; 6:1-10; 7:10, 13). Bila kita sungguh-sungguh ingin mencari wajah Allah, doa merupakan tempatnya dan melalui doa Allah menempa, mengubah dan membentuk kita menurut kehendak-Nya.
Doa juga merupakan sarana kita mengakui dosa-dosa, menyampaikan ucapan syukur kita kepada Allah, dan menyampaikan setiap kebutuhan kita. Namun kebutuhan terbesar kita adalah pembentukan untuk menjadi serupa dengan gambar Yesus Kristus, Anak-Nya. Tuhan berjanji bahwa Allah sebagai Bapa kita, tidak akan memberikan batu apabila kita meminta roti, atau memberikan ular bila kita meminta ikan. Berdasarkan kasih dan hikmat-Nya yang sempurna, Ia hanya akan memberikan apa yang terbaik bagi kita. Namun kita harus sadar pula bahwa apa yang sering kita anggap sebagai roti atau ikan, mungkin itu sebenarnya akan menjadi batu atau ular bagi kita. Itulah sebabnya Allah sering tidak menjawab permintaan kita. Itulah sebabnya juga doa kita harus sesuai dengan kehendak-Nya.
Matius 7:9-11: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Yakobus 4:3: “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”
Dalam doa sering butuh waktu menanti jawabannya. Mungkin itulah sebabnya Allah memberikan tiga gambaran tentang doa, meminta, mencari dan mengetuk, dalam Matius 7:7-8. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”
Doa bukan sekedar meminta-minta saja, melainkan memohon pimpinan dan kehendak Allah. Cara berdoa kita digambarkan seperti seorang yang mengetuk pintu dan menanti seseorang mendengar ketukan kita dan membukakan pintu. Karena itu kita dinasihatkan untuk teruslah meminta, dan bersabar, serta pastikan bahwa apa yang anda minta itu sesuai dengan kehendak-Nya. Jadi persoalan penting dalam doa ini adalah apakah hal yang saya mintakan itu adalah yang terbaik dan sesuai dengan maksud dan kehendak Allah yang mengetahui segala-galanya?
Halangan-Halangan Terhadap Doa
Berikut ini beberapa hal yang menghalangi kehidupan doa kita:
(1) Tidak Sesuai dengan pimpinan Roh Kudus.
Yohanes 4:22-23: “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.”
Yudas 20: “Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.”
Efesus 6:18: “...dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.”
Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”
Efesus 4:30: “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”
1 Yohanes 1:9: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
(2) Tidak sesuai dengan Firman Allah (lihat Mzm 119)
Amsal 28:9: “Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.”
Yohanes 15:7: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”
(3) Tidak berdoa dengan iman.
Matius 21:22: “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.”
1 Yohanes 5:14-15: “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”
Yakobus 1:5-7: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit-,maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.”
Ibrani 11:6: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
(4) Kegagalan doa karena sikap kita yang tak mau berserah (angkuh).
Yakobus 4:2: “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.”
(5) Tidak berdoa dengan motif yang benar, dan tak sesuai dengan kehendak Allah.
Yakobus 4:3: “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”
Yakobus 4:15: “Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
1 Korintus 4:19: “Tetapi aku akan segera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Maka aku akan tahu, bukan tentang perkataan orang-orang yang sombong itu, tetapi tentang kekuatan mereka.”
Matius 6:10: “...datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
Matius 26:42: “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
(6) Tidak tekun, cepat kecewa, putus asa.
Lukas 18:1: “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”
1 Samuel 27:1-3: “Tetapi Daud berpikir dalam hatinya: "Bagaimanapun juga pada suatu hari aku akan binasa oleh tangan Saul. Jadi tidak ada yang lebih baik bagiku selain meluputkan diri dengan segera ke negeri orang Filistin; maka tidak ada harapan bagi Saul untuk mencari aku lagi di seluruh daerah Israel dan aku akan terluput dari tangannya." Bersiaplah Daud, lalu berjalan ke sana, ia dan keenam ratus orang yang bersama-sama dengan dia itu, kepada Akhis bin Maokh, raja kota Gat. Daud dan semua orangnya menetap pada Akhis di Gat, masing-masing dengan rumah tangganya; Daud dengan kedua orang isterinya, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, perempuan Karmel.”
Yesaya 40:31: “...tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
(7) Menyimpan dendam, tak mau mengampuni.
Markus 11:25-26: “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)
(8) Kemunafikan, berpura-pura, untuk mencari pujian orang lain.
Matius 6:5-8: "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.”
(9) Doa yang hanya diulang-ulang, memperbagus kata-kata, sekedar memenuhi tuntutan upacara keagamaan.
Matius 6:7: “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.”
1 Raj 18:26-29: “Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga." Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.”
Roma 10:2-3: “Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.”
(10) Ketidakharmonisan dalam keluarga.
1 Petrus 3:7: “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.”
Kesimpulan
Di akhir kehidupan George McCluskey, ia sangat terbeban untuk anak-anaknya. Karena itu setiap hari ia meluangkan sejam berdoa dari jam 11 sampai 12 mendoakan mereka satu demi satu. Ia berdoa bukan hanya untuk anak-anaknya, tetapi juga untuk cucu-cucunya, dan buyut-buyutnya yang belum lahir pada saat itu. Ia berdoa agar mereka akan mengenal Allah yang benar di dalam Yesus, dan sungguh-sungguh menyerahkan hidup mereka bagi pelayanan-Nya. Dari keempat generasi keturunannya, ternyata setiap anaknya menjadi pendeta atau kawin dengan seorang pendeta, terkecuali satu. Orang itu adalah Dr. James Dobson, yang terkenal dan mungkin tak asing lagi bagi kita. Tak banyak yang mengenal George McCluskey, namun karena doanya ribuan bahkan jutaan orang dalam generasi sekarang ini mendapat berkat yang besar.

Catatan:
Pelajaran 5:
Kepastian Mengenai Jalan Kelepasan dari Dosa
Pendahuluan
Banyak pertanyaan muncul mengenai permasalahan dosa dalam kehidupan orang percaya. Mengapa saya sebagai orang percaya masih berbuat dosa? Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana saya bisa memperoleh pengampunan atas dosa saya? Bagaimana saya dapat mengatasi dan menaklukkan sifat-sifat lama saya? Orang percaya akan diperhadapkan dengan dilemma (permasalahan) seperti yang dinyatakan dalam Roma 7:15-18 dan Galatia 5:17. Itulah sebabnya orang-orang Kristen masa kini perlu arahan dan petunjuk Kitab Suci dalam menghadapi permasalahan ini.
Roma 7:15-18: “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena __________ apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku ___________, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.”
Galatia 5:17: “Sebab keinginan daging ______________ dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -karena keduanya bertentangan- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”
Definisi Dosa
Dosa adalah segala sesuatu yang tidak sesuai atau mencapai standart (sasaran) yang telah ditetapkan Allah. Segala hal yang tidak sesuai dengan hukum moral Allah dalam bentuk tindakan, perbuatan atau keadaan adalah dosa. Singkatnya, setiap hal yang bertentangan dengan karakter Allah yang kudus adalah dosa.
• Kategori-Kategori Dosa
Amsal 6:16-19: “Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.”
Untuk dapat lebih mendalami sifat dosa itu, kita dapat mengelompokkan dosa itu ke dalam empat kategori:
1. Tidak Menghargai Kasih Karunia Allah
Tidak menghargai kasih karunia Allah berarti sengaja melalaikan atau menyia-nyiakan kasih karunia Allah dengan selalu berusaha mengandalkan kekuatan diri sendiri dalam menghadapi setiap hal. Termasuk dalamnya adalah melalaikan Firman Allah, tak mau bersekutu untuk mendapatkan kekuatan rohani, dan tak mau berdoa atau membawa setiap kebutuhan kita kepada-Nya.
Ibrani 12:15: “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”
Yesaya 50:11: “Sesungguhnya, kamu semua yang menyalakan api dan yang memasang panah-panah api, masuklah ke dalam nyala apimu, dan ke tengah panah-panah api yang telah kamu pasang! Oleh tangan-Kulah hal itu akan terjadi atasmu; kamu akan berbaring di tempat siksaan.”
Yeremia 2:13: “Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.”
Yeremia 17:5: “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!”
Pada hakekatnya sikap tak menghargai atau menyia-nyiakan kasih karunia Allah adalah berusaha menjalani kehidupan ini dengan mengandalkan kemampuan, kekuatan dan kepintaran sendiri tanpa mau berserah kepada kekuatan dan kuasa Allah.
Ibrani 4:16: “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”
Ibrani 10:25: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
Galatia 5:5: “Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.”
Galatia 5:16: “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”
Efesus 6:10-18: “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.”
2. Dosa-Dosa Pikiran atau yang berkenaan dengan Sikap
Dosa-dosa ini termasuk kepahitan, kebencian, kekuatiran, iri, tamak, dengki, selalu tak merasa puas dan kebencian.
Galatia 5:19-21: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Matius 15:19: “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.”
3. Dosa-Dosa yang berkenaan dengan Lidah
Dosa-dosa lidah termasuk berbohong, bersaksi dusta, fitnah, berkata kotor, gosip, menyebar permusuhan (provokator) dan luapan amarah.
Amsal 6:17-19: “...mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.”
Matius 15:19: “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.”
Efesus 5:4: “Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono--karena hal-hal ini tidak pantas--tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.”
Efesus 4:29: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
4. Dosa-Dosa yang berkenaan dengan Perbuatan
Termasuk dalam kategori ini adalah perbuatan amoral (zinah, percabulan), mencuri, menipu, membunuh, dan merampok.
Matius 15:19: “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.”
Galatia 5:19-21: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Dalam upaya memahami keempat kategori dosa ini, penting sekali kita menyorotinya dari perspektif hubungan sebab akibat atau akar/buah busuk. Setiap perbuatan dosa pasti ada akar permasalahannya. Tuhan Yesus berbicara tentang hal ini dalam ayat-ayat:
Matius 12:34-37: “Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.”
Matius 15:18-19: “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.”
Apa yang keluar dari mulut kita mencerminkan atau menggambarkan apa yang ada dalam hati. Dalam Alkitab, hati (kardia) menggambarkan keadaan batiniah seseorang, termasuk di dalamnya adalah pikiran, perasaan dan kehendak orang itu. Apabila kita memikirkan atau merancang-rancang hal-hal yang jahat, yang tidak sesuai dengan pikiran Kristus, pasti itulah yang akan keluar dari mulut kita. Dosa-dosa lidah merupakan produk dosa-dosa dalam hati atau dosa-dosa mental seseorang. Apabila kita menyimpan pikiran-pikiran jahat seperti dengki, iri, amarah ataupun ketakutan, ini akan membuahkan fitnah kepada orang lain, menyombongkan diri, berupaya menjatuhkan orang lain dengan berbagai cara licik, seperti melancarkan kritik-kritik negatif dan menyebar gosip atau mengeluarkan kata-kata yang tidak mencerminkan iman, kasih dan pengharapan.
Namun pikiran-pikiran jahat inipun memiliki akar atau sumbernya. Dalam Matius 15:19 “pikiran jahat” didaftarkan bersama dengan membunuh, berzinah, percabulan, mencuri, berdusta, dan fitnah. Memang dosa-dosa tersebut bersumber dari pikiran jahat, tetapi dari manakah pikiran jahat itu bersumber? Perhatikan dalam Matius 12:34-35, Tuhan Yesus melukiskan apa yang ada dalam hati seseorang ibarat perbendaharaan harta. Perbendaharaan harta itu bisa baik atau jahat. Harta tentu saja adalah sesuatu yang kita sangat hargai, mengapa? Karena dengan harta kita dapat membeli apa saja yang kita inginkan atau yang kita anggap menjadi kebutuhan kita.
Pikiran jahat itu bersumber pada kepercayaan-kepercayaan yang keliru atau kebohongan-kebohongan yang kita percayai. Misalnya, apabila kita iri atau menginginkan milik orang lain, sebenarnya kita menaruh pemikiran atau kepercayaan yang keliru bahwa dengan mendapatkan milik orang lain itu, kita akan menjadi senang atau bahagia. Bila kita menaruh pemikiran semacam itu berarti kita telah mempercayai kebohongan yang disodorkan oleh Setan dan dunia ini, bahwa kebahagiaan itu dengan sendirinya akan datang bila kita memiliki harta atau kekayaan yang banyak, apakah itu dalam bentuk popularitas, plesir, jabatan, kepintaran atau hal-hal material.
Aplikasi sederhana dari pelajaran ini adalah bahwa dalam menghadapi dosa dalam kehidupan kita, kita harus belajar melihat apa yang ada dibalik sesuatu perbuatan dosa, yakni langsung kepada akar permasalahannya. Jika tidak, maka kita tak akan pernah mengalami perubahan yang sejati dan abadi, yang sebenarnya harus terjadi atau terbentuk di dalam bagian yang paling dalam, yakni dalam batin atau hati seseorang. Ini tentu saja hanya bisa terjadi melalui iman. Kita akan membahasnya lebih lanjut dan lebih mendalam, dalam pelajaran-pelajaran berikut.
Jalan Keampunan Dosa
Keselamatan dalam Kristus memberikan dan menjamin jalan kemenangan atas dosa, namun hal itu tidak membebaskan kita dari godaan berbuat dosa. Setiap orang percaya harus berusaha (a) agar tidak berbuat dosa (1 Yoh 2:1), dan (b) menjauhkan pemikiran boleh terus hidup dalam dosa agar kasih karunia semakin nyata dalam kehidupannya (Rm 6:1 dab). Namun sebagai manusia biasa, kita tak lepas dari dosa selama kita masih dalam dunia ini. Lihat penjelasan dalam 1 Yohanes 1:8-2:2; Roma 8:31-34; Yohanes 13:1-10; Mazmur 32:1-5; 51:1-13.
Jika demikian, apakah jalan kelepasan yang telah disediakan Allah ketika kita berbuat dosa? Untuk mendapatkan jawabannya, coba simak ayat-ayat di bawah ini:
1 Yohanes 1:8-2:2: “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita. Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.”
Roma 6:1-8: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.”
Janji Keampunan Melalui Pengakuan
1 Yohanes 1:8-10 mengajak kita untuk memperhatikan tiga aspek dalam pengakuan dosa: (a) Pengakuan akan adanya prinsip dosa; (b) pengakuan dosa-dosa khusus atau dosa-dosa tertentu; dan (c) pengakuan akan adanya perbuatan dosa. Ketiga aspek ini akan dibahas di bawah ini.
Karena kata kunci di sini adalah pengakuan, pertanyaan yang muncul adalah apakah arti mengakui dosa? Istilah Yunani untuk mengaku dalam 1 Yohanes 1:9 adalah homologeo yang berarti “berbicara bahasa yang sama,” “mengakui, setuju dengan”. Kata ini berasal dari homologos, yang berarti “berpikir sama”. Jadi mengaku dosa dalam ayat ini berarti kita setuju dengan pikiran Allah dan Firman-Nya mengenai dosa itu. Mari kita simak dua hal mengenai maknanya:
(1) Pengakuan merupakan keharusan memandang dosa itu menurut keadaannya yang sebenarnya. Dosa itu selalu mencelakakan kita dan orang-orang lain. Dosa itu selalu mempermalukan Allah. Dosa itu selalu jelek dan buruk. Dosa itu bukan hanya membutuhkan pengampunan Allah untuk pemulihan persekutuan orang percaya melainkan juga perlu dibuang jauh-jauh dari kehidupan kita dengan pertolongan-Nya. Kita tidak boleh bersikap meringankan atau memandang enteng terhadap dosa. Kita harus membenci dosa sebagaimana Allah memandangnya sebagai sesuatu yang keji dan jijik.
Amsal 28:13-14: “Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan.”
(2) Pengakuan menuntut kejujuran dari pihak kita terhadap dosa itu. Kita sering cenderung mau menghindar dari realita dosa yang kita perbuat. Kita selalu berusaha berdalih, menyangkalinya, atau menyalahkan orang lain seperti yang diperbuat Adam dan Hawa ketika diperhadapkan dengan pelanggaran mereka dalam Kejadian 3:7-13.
Kecenderungan manusia sejak mulanya untuk berdalih atau melemparkan kesalahannya diperjelas dalam 1Yohanes 1:6-10 dengan kata “jika” yang disebutkan lima kali. Perhatikan ketiga hal dalam 1 Yohanes 1:8-10 yang perlu diakui. Dua dari antaranya dikemukakan sebagai pernyataan palsu melalui perkataan “Jika kita mengatakan” (ayat 8 dan 10). Namun ingat bahwa lawan atau kebalikan dari pernyataan palsu adalah pengakuan yang jujur mengenai dosa kita. Inilah yang dituntut Allah dari pihak kita.
Pengakuan akan adanya prinsip dosa (1 Yohanes 1:8)
Yohanes mengalamatkan tulisannya kepada orang-orang percaya dengan maksud menasihatkan mengenai persekutuan mereka dengan Tuhan. Istilah Yunani koinonia, berarti “partisipasi, keikutsertaan”, dan yang kemudian diartikan “persekutuan, hubungan dekat atau akrab”. Dengan iman, orang-orang percaya mengambil bagian dalam kehidupan-Nya dan sifat-Nya untuk menjadi seperti Kristus. Dalam 1 Yohanes 2:1, 7 dan 12, Yohanes menyapa para pembacanya dengan sebutan, “anak-anakku,” dan “saudara-saudara yang kekasih.” Ia yakin mereka telah mengenal Tuhan dan dosa-dosa mereka telah diampuni, namun ia prihatin dengan persekutuan dan perjalanan hidup mereka sehari-hari dengan Tuhan.
Orang-orang percaya mungkin saja mengatakan memiliki persekutuan dengan Tuhan (1 Yoh 1:6), namun kenyataannya mereka berjalan dalam kegelapan karena mereka tidak mau mengakui dan membereskan dosa mereka. Karena itu Yohanes ingin menunjukkan prinsip penting dalam memelihara persekutuan dan mengemukakan bukti-bukti adanya persekutuan yang sejati dengan Tuhan.
Mazmur 51:5: “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”
Mazmur 58:3: “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.”
Namun kita perlu memahami adanya perbedaan antara hubungan, yakni perihal menjadi anak Allah oleh kelahiran baru melalui iman kepada Kristus, dan persekutuan, kedekatan dengan Tuhan melalui iman. Dengan munculnya berbagai angin pengajaran menyesatkan yang memutarbalikkan Firman Tuhan, muncul pula orang-orang yang mengajarkan bahwa sebagai orang percaya, mereka tidak memiliki dosa lagi. Mereka bahkan mengatakan tidak memiliki lagi kecenderungan berbuat dosa dan sifat (kapasitas) berbuat dosa di dalam diri mereka. Dosa di sini berbentuk tunggal (singular) yang menunjukkan prinsip dosa warisan yang selalu cenderung terpusat kepada diri sendiri. Yohanes berkata bahwa orang-orang seperti itu hanya menipu diri mereka sendiri, namun pasti mereka tak dapat menipu Dia yang benar-benar mengenal keadaan mereka yang sebenarnya.
Kebalikan dari pandangan seperti ini adalah mengakui bahwa kita masih memiliki sifat dosa atau prinsip dosa di dalam diri kita. Memang kelahiran baru memberikan kita sifat baru, namun tidak membasmi sifat lama atau prinsip dosa yang masih bercokol di dalam kita. Kuasa dosa di dalam kita memang telah lumpuh sehingga kita tak harus diperhamba lagi olehnya, namun sifat dosa itu masih tetap ada. Memahami kebenaran ini dan mengakui kenyataan ini akan menolong kita untuk tetap waspada dan siuman sehingga kita akan termotivasi secara aktif untuk berupaya mengatasinya melalui iman kepada Kristus dan kasih karunia-Nya. Mustahil kita dapat menaklukkan musuh kita apabila kita tidak mengetahui bahwa musuh itu ada.
Roma 6:4-11: “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.”
Roma 7:14-21: “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.”
Galatia 5:17-21: “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Pengakuan dosa-dosa khusus atau dosa-dosa tertentu (1 Yohanes 1:9)
Dengan menyadari keberadaan sifat dosa ini dalam diri kita, akan mendorong kita untuk lebih siap dan waspada terhadap perbuatan dosa khusus atau tertentu yang kita harus akui kepada Allah dan berupaya membereskannya. Yohanes mengatakan, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh 1:9).
“Dosa” dalam ayat 9 ini berbentuk jamak (plural) – “dosa-dosa” dengan dibubuhi kata penunjuk artikel dalam bahasa Yunani, sedangkan dosa dalam ayat 8 berbentuk tunggal (singular) tanpa penunjuk artikel. Yohanes di sini menulis tentang perbuatan-perbuatan dosa tertentu. Karena itu kita tak boleh hanya sekedar meminta agar Tuhan mengampuni segala dosa kita. Mengucapkan doa pengakuan yang sangat umum seperti ini akan mengakibatkan tiga hal:
(1) Hal ini akan menggabungkan dosa-dosa secara umum sehingga kita tak perlu lagi menggubris dosa-dosa khusus dalam kehidupan kita.
(2) Hal ini merupakan cara menyembunyikan atau membiarkan dosa-dosa kita.
(3) Hal ini akan menghambat upaya penyelesaian dosa-dosa khusus dan akar penyebabnya berdasarkan ajaran-ajaran Kitab Suci.
Dalam bahasa Yunani istilah “mengakui” adalah kata kerja berbentuk sekarang yang berlangsung terus (present continuous tense) yang dikenal dengan sebutan “iterative present”. Mengaku merupakan suatu tindakan yang harus terjadi terus-menerus dan berulang kali. Setiap kali kita menyadari akan sesuatu perbuatan dosa, pada saat itulah kita langsung mengakuinya sambil berserah kepada Roh Allah dan Firman-Nya untuk memperoleh kuasa dalam menyelesaikan dosa itu dan berpegang teguh kepada pengampunan Allah.
Firman Tuhan berjanji bahwa Allah itu setia dan adil sehingga mau mengampuni dan menyucikan kita. Apabila kita dengan jujur mengakui dosa-dosa kita, Allah selalu setia mengampuni kita. Ia akan memulihkan persekutuan kita. Dosa memang selalu mendukakan Roh (Ef 4:30) dan memadamkan kuasa-Nya (1 Tes 5:19). Dosa itu mencerminkan ketidakrelaan kita untuk hidup di bawah kontrol Allah, merusak persekutuan dan menghambat perjalanan kita dengan Tuhan (bnd. Yes 59:1-2).
Efesus 4:30: “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”
1 Tesalonika 5:19: “Janganlah padamkan Roh.”
Yesaya 59:1-2: “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”
Meskipun Allah memiliki kesucian yang sempurna, namun Ia adalah adil dan selalu rela mengampuni dan memulihkan persekutuan berdasarkan Karya Kristus, Pembela kita, di atas salib, apabila kita mau mengakui dosa-dosa kita.
1 Yohanes 2:1-2: “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.”
Kita tentu saja hanya dapat mengakui dosa-dosa yang kita ketahui atau sadari, namun seperti dinyatakan dalam 1 Yohanes 1:8 dan 10 bahwa selama kita berada dalam kehidupan di dunia ini, kita tak pernah akan mencapai kesempurnaan atau hidup tanpa dosa. Selalu akan ada bidang dalam kehidupan kita yang memerlukan perubahan atau perbaikan. Dengan kata lain, akan selalu ada dosa-dosa yang tidak disadari. Namun janji Tuhan menyatakan bahwa sepanjang kita mau mengakui dosa-dosa yang kita ketahui atau sadari dan benar-benar bertekad untuk mau berjalan bersama Tuhan, Ia tidak hanya mengampuni dosa-dosa yang kita akui melainkan juga Ia akan menyucikan kita dari segala dosa (termasuk dosa-dosa yang tidak disadari) sehingga persekutuan kita dengan Dia menjadi pulih.
Menyucikan dalam ayat ini menunjuk kepada proses transformasi (perubahan) yang terjadi melalui pengakuan itu karena melalui pengakuan itu menandakan kita mau mengupayakan penyelesaian dosa dan pemulihan.
Mazmur 32:5: “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela.”
Pengakuan akan adanya dosa (1 Yohanes 1:10)
Berjalan dalam persekutuan dengan Allah sama dengan berjalan dalam terang (1 Yoh 1:7) dan hal ini juga berarti berjalan dalam terang Firman Allah. Alkitab diibaratkan seperti pedang dan pelita yang menerangi perjalanan kita (lih Ibr 4:12; Mzm 119:105, 130). Kedua gambaran ini (pedang dan pelita) menunjuk kepada kemampuan (kuasa) Kitab Suci dalam menyatakan dan mengekspos dosa dan perilaku kita yang telah mengecewakan Tuhan dan orang lain.
Ibrani 4:12: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”
Mazmur 119:105: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”
Mazmur 119:130: “Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh.”
2 Timotius 3:16: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Efesus 5:8-17: “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
Namun ternyata sebagian orang menganggap diri mereka tidak pernah berbuat dosa lagi. Pertanyaan yang muncul adalah apakah ayat ini berarti mereka tidak pernah berbuat dosa lagi ataukah mereka telah berhenti dari kebiasaan berbuat dosa dan tidak lagi menjadikan perbuatan dosa sebagai perilaku kehidupan mereka. Menurut bentuk waktu (tense) 1 Yohanes 1:10 dalam bahasa Yunani (menunjukkan tindakan lampau -perfect tense- yang berakibat sekarang bagi pembicara) tampaknya mendukung pandangan kedua. Efek dari pandangan pertama hanya akan menjadikan peran Firman dan Roh Kudus dalam proses pengudusan orang percaya menjadi sesuatu yang tidak berguna.
Tujuan Pengakuan
Ayat-ayat Kunci:
1 Yohanes 2:1: “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.”
Amsal 28:13-14: “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.”
Surat 1 Yohanes 2:1 memperjelas tujuan ini, sebagaimana telah disebutkan pengakuan itu bertujuan untuk menghentikan proses berbuat dosa. Pengakuan bermaksud agar kita membereskan dosa sehingga persekutuan kita dengan Tuhan menjadi pulih. Kesempatan untuk mengadakan pengakuan ini tak boleh dijadikan dalih untuk terus dapat berbuat dosa, misalnya dengan mengatakan, “Saya dapat berbuat dosa semau saya karena saya selalu dapat mengakui dosa itu.” Sikap seperti ini akan membawa beberapa akibat buruk bagi kita:
(1) Membuat kita memandang ringan dosa. Akibatnya kita sulit melihat konsekuensi-konsekuensinya yang jelek dan dahsyat terhadap kemuliaan Allah, terhadap kesaksian kita kepada orang-orang lain, terhadap pribadi kita sendiri, dan terhadap pahala-pahala kekal yang telah disediakan Allah bagi kita.
(2) Membuat kita tak melihat alasan perlunya pengakuan. Kita mengakui dosa untuk menghentikan perilaku berdosa dan untuk memulihkan kembali persekutuan dan kuasa Allah dalam diri kita. Dosa selalu mendukacitakan dan memadamkan kuasa Roh; namun pengakuan akan memulihkan persekutuan sehingga kita dapat berjalan dengan iman dalam kuasaNya.
(3) Membuat kita melalaikan tujuan Allah dalam merubah kita untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya. Kebahagiaan dan damai sejati tidak diperoleh melalui perilaku hidup berdosa, melainkan diperoleh melalui mengenal Kristus dan persekutuan yang akrab dengan Dia.
(4) Membuat kita melalaikan dan melupakan disiplin Allah.
Ibrani 12:5-11: “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya.”
Mazmur 32:1-5: “Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela. Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela.”
Jalan Pendamaian bagi Dosa Kita
Ayat-ayat Kunci:
1 Yohanes 2:1-2: “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.”
Roma 8:31-34: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita.”
Kendati tujuan pengajaran dalam 1 Yohanes ini adalah agar kita tidak berbuat dosa, namun pada kenyataannya kita masih berbuat dosa. Namun ketika kita berbuat dosa kita memiliki Yesus Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang menjadi solusi sempurna bagi dosa kita. Perihal Kristus sebagai solusi sempurna kita dijelaskan melalui tiga gambaran berikut.
1. Kristus adalah Pembela kita
Istilah parakletos dalam bahasa Yunani berarti “seseorang yang berdiri di sisi kita sebagai penolong, atau pendoa”. Meskipun ide “pembela” seperti halnya dalam sebuah pengadilan agak jarang digunakan, namun inilah makna yang terkandung dalam istilah ini, khususnya bila melihat ajaran Paulus dalam Roma 8:34. Sebagai pembela kita, apabila kita dituduh seseorang atau Setan (Why 12:10), Kristus akan membela kita dengan mempertegas pengampunan dan kedudukan kita sebagai orang yang telah dibenarkan di hadapan Allah berdasarkan kematian-Nya yang menggantikan kita dan menebus dosa kita (Rm 8:34). Lukas 22:31-32 juga menggambarkan bagaimana kepembelaan Kristus ini berfungsi.
Roma 8:34: “Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”
Wahyu 12:10: “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”
Lukas 22:31-32: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”
2. Kristus adalah Benar dan Adil
Ini menegaskan tentang kualifikasi Kristus sebagai Penyelamat. Bahwa Kristus adalah Allah-Manusia (Allah sejati dan manusia sejati tanpa dosa) yang menggantikan kita, pembela kita, pendoa dan penolong kita.
3. Kristus adalah Jalan Pendamaian bagi Dosa-Dosa Kita
Apabila orang percaya yang telah berbuat dosa ingin mengetahui dasar pengampunan Allah atau berpikir dosanya sudah terlalu besar dan terlalu buruk untuk mendapatkan pengampunan dari Allah, coba simak dengan baik pernyataan di bawah ini:
Sebegitu cukup pengorbanan Yesus Kristus bagi penebusan dosa kita sehingga khasiat karya-Nya di atas salib itu menjangkau bukan hanya dosa-dosa orang-orang percaya, melainkan juga dosa-dosa seluruh dunia. Maksudnya Yohanes ingin menegaskan bahwa Kristus telah mati bagi semua manusia (lihat 2 Kor. 5:14-15, 19; Ibr. 2:9). Tentu saja ini tidak berarti bahwa setiap orang pada akhirnya akan selamat, melainkan bahwa setiap orang yang mendengar Injil itu berkesempatan untuk menerima keselamatan bila ia menginginkannya (Wah. 22:17). Namun menurut konteksnya, tujuan Yohanes di sini ingin mengingatkan para pembacanya tentang jangkauan “korban penebusan” Kristus agar mereka tahu bahwa kepembelaan-Nya sebagai Pribadi yang Benar itu, konsisten dan telah menggenapi kekudusan Allah.
Jalan Kelepasan atas Dosa
Ayat-ayat Kunci:
1 Korintus 10:13: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
Mazmur 32:6-7: “Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela”
Roma 6:1-14: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia..”
(Lihat juga Galatia 5:16-26; Efesus 5:15-20; Kolose 3:1-16)
Apabila kerinduan dan tujuan Allah dalam hal ini adalah agar orang percaya tidak berbuat dosa, bagaimanakah kita, sebagai orang-orang percaya, bisa menang atas dosa? Di sini kita akan menyimak perihal mengalami kemenangan Allah atas godaan, atas perilaku berdosa atau kebiasaan-kebiasaan berbuat dosa yang mendominasi yang sering menerpa kehidupan Kekristenan kita. Dengan munculnya berbagai godaan berbuat dosa, tentu kita ingin tahu bagaimana kita dapat menghadapi godaan-godaan dan menang atasnya. Dengan melihat banyaknya kegagalan yang dialami orang-orang percaya dalam menghadapi dosa, muncul pertanyaan apakah kita benar-benar dapat mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang sering mencengkeram kehidupan kita? Berdasarkan kasih dan anugerah Allah, persatuan kita dengan Kristus, dan kuasa Roh Kudus, kita bisa mengatakan YA, kita bisa menang!
1 Korintus 10:13 adalah ayat yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menghantui ini. Di dalamnya berisi janji yang amat indah bagi kita. Ayat ini mengajarkan tiga unsur penting mengenai pencobaan (godaan) dan jalan dari Allah untuk beroleh kemenangan.
Pencobaan Yang Biasa
Perkataan Paulus, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia”, tidak boleh diartikan bahwa karena kita hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari pencobaan, maka sebaiknya kita menyerah saja. Terkadang orang berdalih dengan mengatakan, “ya, itulah keadaan saya yang sebenarnya” sehingga ia tidak bisa menghindar dari pencobaan itu lalu jatuh ke dalam dosa. Ingat, Allah sedang bekerja untuk merubah kita dan perubahan itu adalah demi kebaikan kita. Allah sungguh sangat memperhatikan kita dan sedang bekerja demi kesejahteraan kita.
Rasul Paulus menegaskan bahwa bukan hanya kita yang menghadapi pencobaan. Kita tidak sendirian dalam peperangan melawan godaan dan dosa. Orang-orang lain juga mengalami hal yang sama dan telah berhasil dalam peperangan. Pencobaan merupakan hal yang biasa bagi semua manusia sehingga kita tidak berdalih dengan berkata bahwa problema atau pergumulan kita berbeda dengan orang lain. Kita akan terhibur bila kita sadar bahwa orang-orang lain juga menghadapi ujian dan pencobaan yang sama bahkan mungkin lebih berat dari kita dan mereka ternyata berhasil melewatinya dengan pertolongan kuasa Allah.
Ibrani 11:2-12: “Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.”
Jadi di sini Paulus memperingatkan kita bahwa menghadapi pencobaan merupakan hal yang biasa. Kemudian Paulus menunjukkan dua hal lagi mengenai kesetiaan dan kemurahan-Nya bagi kita dalam menghadapi setiap pencobaan.
1. Allah Mengendalikan Suasana Pencobaan
Allah tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui batas kemampuan kita (1 Kor 10:13-14). Ia mengetahui kelemahan, tingkat kedewasaan dan seluk beluk kehidupan kita setiap saat. Ia berjanji akan menolong kita dalam pencobaan yang melampaui kesanggupan kita. Di saat pencobaan menerpa, mungkin kita merasa tak sanggup menanggungnya lalu kita jatuh. Namun ingatlah, bila itu yang terjadi, penyebabnya bukan karena kita tidak dapat menanggungnya melainkan karena kita tidak mau. Ini terjadi mungkin karena kita meragukan pertolongan-Nya dan kuasa-Nya atau karena kita tak waspada atau tak berhati-hati dalam perjalanan kita dengan Allah setiap hari.
1 Korintus 10:13-14: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!”
Ayat ini juga mengajarkan bahwa ketika pencobaan atau ujian datang, asalkan kita tidak meragukan pertolongan dan kuasa Tuhan, (a) kita akan dapat menanggungnya oleh kasih karunia Allah, dan (b) Allah, meskipun Ia tidak pernah mencobai kita dengan dosa, mungkin mengizinkan itu terjadi menurut maksud-Nya sendiri. Dengan kata lain bahwa Allah mengendalikan pencobaan-pencobaan yang datang ke dalam kehidupan kita atas izin-Nya.
Yakobus 1:13: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.”
Ini tidak bermaksud agar kita menyerah saja dan melalaikan tanggung jawab kita dalam menghadapi pencobaan itu. Kitab Suci menunjukkan apa tugas kita ketika menghadapi pencobaan :
• Menjauhkan diri dari pencobaan. Perhatikan sikap Yusuf ketika digoda oleh istri Potifar sebagaimana dikisahkan dalam Kejadian 39:1-12.
1 Timotius 6:11: “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.”
2 Timotius 2:22: “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”
• Berdoa ketika dicobai.
Matius 6:13: “...dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
• Kita tak boleh mencobai Tuhan. Kita mencobai Tuhan melalui ketidak percayaan kita, yaitu dengan tidak mempercayai kuasa dan pertolongan-Nya, dan dengan bersikap tidak berjaga-jaga, tidak waspada, atau tidak mengindahkan nasihat dan peringatan Tuhan.
Ulangan 6:16: “Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa.”
Matius 4:6: “...lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
• Jangan coba bermain-main dengan pencobaan. Kita tak boleh mencobai Tuhan dengan nyerempet-nyerempet bahaya atau bermain-main dengan api. Kita bisa terbakar.
Amsal 5:8: “Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya...”
Amsal 7:6-20: “Karena ketika suatu waktu aku melihat-lihat, dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku, kulihat di antara yang tak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi, yang menyeberang dekat sudut jalan, lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu, pada waktu senja, pada petang hari, di malam yang gelap. Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik; cerewet dan liat perempuan ini, kakinya tak dapat tenang di rumah, sebentar ia di jalan dan sebentar di lapangan, dekat setiap tikungan ia menghadang. Lalu dipegangnyalah orang teruna itu dan diciumnya, dengan muka tanpa malu berkatalah ia kepadanya: "Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau. Telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir. Pembaringanku telah kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis. Marilah kita memuaskan berahi hingga pagi hari, dan bersama-sama menikmati asmara. Karena suamiku tidak di rumah, ia sedang dalam perjalanan jauh, sekantong uang dibawanya, ia baru pulang menjelang bulan purnama."
2. Allah Menyediakan Jalan Keluar Dari Pencobaan
1 Korintus 10:13: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
Ayat ini mengajarkan bahwa ketika kita berjalan dengan Tuhan dan mempercayai jalan keluar yang telah disediakan-Nya bagi kita, dan tidak mencobai-Nya, Ia akan menyediakan jalan kelepasan bagi kita. Setiap pencobaan pasti ada jalan keluarnya. Tidak ada pencobaan yang tidak dapat di atasi, kecuali bila kita sengaja menjerumuskan diri ke dalamnya atau tidak mau menjauhinya.
Perhatikan pula bahwa ayat ini menegaskan tentang adanya “jalan keluar” (kelepasan). Hal ini merupakan peringatan tentang kecenderungan mencari solusi yang tidak alkitabiah dalam menghadapi pencobaan. Jalan keluar yang dimaksud di sini adalah melalui petunjuk-petunjuk Allah dalam Firman-Nya dalam menghadapi setiap permasalahan hidup.
Mazmur 119:45: “Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu.”
Mazmur 119:133: “Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.”
Mazmur 119:165: “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.”
Amsal 3:5-6: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
Amsal 14:12: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”
Istilah Yunani untuk “kelepasan” dalam ayat ini adalah ekbasis yang berarti “jalan keluar.” Istilah ini digunakan dua kali dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam ayat ini dan Ibrani 13:5-7. Dalam surat Ibrani (khususnya ay. 7), istilah ini lebih terfokus kepada “hasil atau akibatnya”. Penggunaan atau makna ini juga ditemukan dalam tulisan-tulisan ekstra biblikal (di luar Alkitab). Hasilnya adalah perilaku yang saleh – keakraban persekutuan dengan Allah. Hal ini akan dialami seseorang yang mengutamakan Firman dan berjalan dengan iman bersama dengan Tuhan.
Sedangkan istilah ekbasis dalam 1 Korintus 10:13 agak lain maknanya. Dalam ayat ini, jalan kelepasan atau jalan keluar dari pencobaan bukan kelepasan tiba-tiba yang diperbuat Tuhan bagi kita, ibarat seseorang yang ditarik atau disentak keluar dari nyala api yang sedang membakarnya. Meskipun cara seperti ini bisa saja terjadi namun ini bukan arti utamanya. Pengertiannya tampak dalam perkataan “menanggung.” Yang dijanjikan Tuhan di sini bukan kelepasan tiba-tiba dari sesuatu pencobaan melainkan kemampuan dalam menanggungnya. Maksudnya, kemampuan menghadapi pencobaan itu tanpa berbuat dosa.
Sebagai kesimpulan, ada dua hal yang dikemukakan mengenai pencobaan yang menimpa kita:
(1) “Jalan keluar” menunjukkan sesuatu akibat atau hasil dari sesuatu tindakan. Yaitu akibat dari menerapkan prinsip-prinsip Firman Allah setiap hari. Tentu saja semakin kita bertumbuh dan lebih dekat dengan Tuhan, kemampuan kita dalam menghadapi ujian atau pencobaan akan semakin besar.
(2) “Jalan keluar” berarti kemampuan menghadapi atau menanggung pencobaan. Ini tidak harus diartikan sebagai kelepasan total, meskipun kemampuan menghadapi pencobaan dapat berarti kemampuan untuk menghindari pencobaan secara bijaksana. Dan bila kita tidak mampu menghadapinya maka sebaiknya kita menjauh dari pencobaan itu.
Pengertian ini dikuatkan oleh kata-kata terakhir dalam ayat ini yang menjelaskan arti dari ekbasis “jalan keluar” itu. Ayat ini diakhiri dengan perkataan “sehingga kamu dapat menanggungnya”. Kata-kata ini menunjukkan tujuan atau akibat. Jalan keluar disediakan Allah bagi kita akan memampukan kita menanggung pencobaan atau ujian tanpa berbuat dosa. Mungkin lebih tepat kata-kata ini menunjukkan pengertian jalan keluar itu, yaitu “kemampuan untuk menanggungnya”.
Kita dapat mengartikannya sebagai “jalan menuju kelepasan, kemampuan untuk menanggungnya.” Pada akhirnya “jalan keluar” itu merupakan hasil atau akibat dari tindakan berjalan dengan Allah yang juga berarti kemampuan untuk menanggung atau mengatasi ujian atau pencobaan.
Allah, berdasarkan kasih karunia-Nya yang telah memungkinkan kita masuk ke dalam persekutuan dengan-Nya, memberikan kita kemampuan dalam menghadapi pencobaan. Tugas kita adalah memanfaatkannya atau menerapkannya ke dalam kehidupan kita.
Kesimpulan Mengenai Jalan Keluar dari Allah
(1) Hidup berserah kepada kuasa Roh Kudus.
Galatia 5:16: “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”
Roma 8:2-10: “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tidak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.”
(2) Hidup dalam Firman-Nya.
Mazmur 119:9: “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.”
2 Timotius 2:16-17: “Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus...”
Ibrani 3:7-12: “Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka tidak akan masuk ke tempat perhentian-Ku." Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.”
Ibrani 4:12: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”
(3) Memahami dan menerapkan kedudukan kita dalam Kristus.
Roma 6:1-14: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.”
Roma 6:14: “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia...”
(4) Menjauhi pencobaan.
1 Korintus 10:14: “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!”
1 Timotius 6:11: “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.”
2 Timotius 2:22: “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”
Amsal 7:6-15: “Karena ketika suatu waktu aku melihat-lihat, dari kisi-kisiku, dari jendela rumahku, kulihat di antara yang tidak berpengalaman, kudapati di antara anak-anak muda seorang teruna yang tidak berakal budi, yang menyeberang dekat sudut jalan, lalu melangkah menuju rumah perempuan semacam itu, pada waktu senja, pada petang hari, di malam yang gelap. Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik; cerewet dan liat perempuan ini, kakinya tak dapat tenang di rumah, sebentar ia di jalan dan sebentar di lapangan, dekat setiap tikungan ia menghadang. Lalu dipegangnyalah orang teruna itu dan diciumnya, dengan muka tanpa malu berkatalah ia kepadanya: "Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau.”
(5) Tekun berdoa dengan iman.
Matius 6:13: “ dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)”
Efesus 6:18: “...dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.”
Mazmur 119:33-38: “Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba. Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan! Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu.”
(6) Mengendalikan pikiran — memperhatikan dan mengendalikan sikap dan cara berpikir kita berdasarkan terang Kitab Suci.
2 Korintus 10:3: “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi...”
Filipi 4:8: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
(7) Berjalan dengan siuman, sadar dan waspada.
1 Petrus 1:13: “Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.”
1 Petrus 4:7: “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.”
1 Petrus 5:8: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”
(8) Hidup oleh iman.
2 Korintus 5:7: “...sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat...”
Galatia 5:5: “Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan...”
Ibrani 4:1-2: “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya.”
Ibrani 11:1-6: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia...”
(9) Mengutamakan pergaulan yang benar.
Ibrani 10:24-25: “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat...”
1 Korintus 15:33-34: “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.”
Mazmur 1:1: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh!”
Mazmur 119:63: “Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu.”
(10) Menaruh pikiran Kristus: Pandangan, penilaian, prioritas dan upaya yang benar.
Matius 6:21-33: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon...”
2 Korintus 10:5: “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.”
1 Timotius 6:6-12: “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi...”
(11) Senantiasa mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi: dosa selalu ada akibatnya – kita menuai apa yang kita tabur.
Galatia 6:6-7: “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya..”
Beberapa akibat dosa adalah: hilangnya persekutuan, mengakibatkan displin Allah, hilangnya pelayanan yang efektif, rusaknya hubungan, hilangnya pahala, dan yang terutama adalah mempermalukan nama Tuhan.

Catatan:
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Pelajaran 6:
Kepastian Mengenai Pimpinan Allah
Pendahuluan
Tujuan pelajaran ini adalah untuk meletakkan dasar-dasar Alkitabiah mengenai pimpinan Allah bagi orang-orang percaya. Ini tentu saja bukanlah kupasan atau uraian selengkap-lengkapnya mengenai kehendak Allah.
Problema Yang Dihadapi Manusia
Amsal 14:12 memperingatkan mengenai jalan yang disangka orang benar namun berakhir pada kebinasaan. Yeremia dengan jelas menyatakan tentang ketidakmampuan manusia menentukan jalan kehidupannya. Yeremia 10:23, mengatakan, “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” Oleh karena ketidakmampuan dan keterbatasan hikmat dan pemahaman manusia karena keberdosaannya sehingga manusia tak dapat menetapkan langkah kehidupannya. Apa yang mungkin kelihatan benar baginya pada akhirnya membawa kebinasaan dan maut. Karena pikiran manusia bukanlah pikiran Allah sehingga rencana-rencananya tidak mencapai sasaran atau tak sesuai dengan rencana Allah yang sempurna.
Yesaya 55:8-9 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
1 Korintus 1:25 “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.”
Ilustrasi:
(1) Pada tahun 1940-an, manusia merancang bom atom karena berpikir bahwa bom atom akan mengakhiri seluruh perang dan akan menciptakan perdamaian dunia. Namun ternyata perkiraan itu meleset. (2) Ketika muncul masaalah dalam perkawinan, sering orang berpikir perceraian sebagai solusinya, bukannya berusaha mengatasi permasalahannya. Menurut Kitab Suci, berupaya mengatasi problema dalam perkawinan adalah kehendak Allah. Hal ini merupakan jalan terbaik bagi keluarga itu maupun masyarakat secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa ajaran Kitab Suci dalam hal ini adalah benar. Karena pada akhirnya perceraian menimbulkan lebih banyak penderitaan dan kesulitan, bukan hanya bagi mereka yang terlibat dalam perceraian melainkan juga dalam kehidupan bermasyarakat secara umum.
Hanyalah Allah, Alfa dan Omega, yang memiliki hikmat dan kuasa, serta kasih dan kemurahan yang tak terbatas yang dapat membereskan permasalahan kehidupan manusia. Siapakah yang lebih mengetahui keadaan kita, kemampuan kita, kelemahan kita dan seluk beluk kehidupan kita, melebihi Allah Pencipta, yang telah membentuk kita sejak dalam kandungan?
Mazmur 139:13-14 “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”
Janji dari Allah
Kitab Suci menyatakan bahwa Allah peduli akan kita dan Ia ingin memimpin kehidupan kita kepada tujuan yang terbaik menurut rencana-Nya. Betapa mulia rencana-Nya bagi kehidupan kita karena Ia memiliki hikmat serta pengetahuan yang sempurna atas kehidupan kita masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Ia memiliki segala kuasa atas dunia dan makhluk ciptaan-Nya. Bukti terbesar tentang kerinduan Allah untuk menuntun kehidupan kita jelas terlihat dalam ayat-ayat Kitab Suci. Ia telah memberikan Kitab Suci agar melaluinya kita dapat mengetahui kehendak dan tujuan-Nya dalam kehidupan kita. Karena itu penting sekali kita mengenal petunjuk-petunjuk-Nya dalam menjalani kehidupan ini. Tugas kita sekarang adalah mempercayakan kehidupan kita kepada-Nya dan biarkanlah Ia yang menuntun atau membimbing kehidupan kita.
Amsal 3:5-6 “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
Amsal 16:1-4 “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka..”
Amsal 16:9 “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”
Yakobus 1:5 “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
1 Petrus 5:6-7 “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu..”
Ayat-Ayat Mengenai Kehendak Allah
Bila berbicara tentang kehendak Allah itu, apa yang muncul dalam pikiran kita? Kebanyakan orang lebih terfokus kepada hal-hal lain tetapi melalaikan hal-hal utama yang mendasar dalam kehidupan ini. Misalnya, bagi kebanyakan orang mencari pimpinan atau kehendak Allah sering hanya terbatas pada hal-hal seperti berikut ini:
• Siapa yang akan menjadi pasangan hidup saya? (seseorang yang akan membuat saya bahagia dan tentu saja sempurna).
• Di mana saya akan bekerja? (tempat yang enak, cukup menantang dan gaji yang besar).
• Apa mobil yang harus saya beli? (yang bagus dan tak mudah rusak).
• Rumah yang bagaimana yang harus saya beli? (yang bertetangga dengan orang-orang Kristen supaya saya tak perlu bersaksi lagi).
• Haruskah saya menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan di mana? (sekolah di mana saya dapat beroleh pendidikan dan nilai terbaik, teman-teman yang menyenangkan, sekolah yang jauh sehingga saya terlepas dari campur tangan orang tua).
• Pendeta yang bagaimana baik bagi gereja kami ? (seseorang yang serba bisa dalam segala bidang pekerjaan).
Jelas terlihat bahwa hal-hal di atas ini merupakan fokus perhatian utama manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Manusia berharap kehidupannya akan berjalan mulus, ibarat jalan raya bebas hambatan. Padahal mereka lupa bahwa nasihat Firman Tuhan tentang pentingnya mencari pimpinan dan kehendak Tuhan dan perlunya membawa semua persoalan hidup kita dalam doa, sebagaimana nasihat Yakobus yang mengatakan, “Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yakobus 4:15). Demikian pula Paulus menasihatkan hal serupa, “Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu” (Rom. 1:10), dan Amsal 16:3, “Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.”
Bila kita menyimak dengan baik ayat-ayat di atas, menunjukkan bahwa kebahagiaan kita dan segala hal yang menjadi fokus perhatian utama kita itu sebenarnya merupakan hal-hal sekunder, bukan yang terutama. Sikap dan obsesi sedemikian menggambarkan cara berpikir manusiawi yang sangat dangkal yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan Allah dan cara Ia bekerja. Manusia masa kini cenderung sangat terobsesi kepada pola pikir konsumtif yang hanya mengejar kesenangan hidup dan sikap berfoya-foya, sedangkan Allah merancang tujuan-tujuan yang lebih besar dan mulia untuk kehidupan manusia.
Pengamatan sekilas ayat-ayat yang berbicara tentang mencari “kehendak Allah” ini menunjukkan bahwa perhatian utama Allah adalah hal-hal moral dan spiritual yang sesuai dengan kehendak-Nya dan perubahan perilaku kita agar menjadi seperti gambar Kristus.
1 Korintus 1:1-2 “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”
2 Korintus 1:1 “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya.”
Efesus 6:6 “Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah.”
Kolose 4:12 “Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah.”
1 Tesalonika 4:3 “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan.”
1 Petrus 2:15 “Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.”
1 Petrus 4:2 “supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”
1 Petrus 5:2 “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.”
Prinsip-Prinsip Yang Kita Harus Terapkan
Kesetiaan dan Tekad
Fondasi utama dalam mencari dan melaksanakan kehendak Allah adalah kesetiaan kepada Allah dan tekad untuk melaksanakan kehendak-Nya – atau menjadi berkenan dan memuliakan-Nya.
Mazmur 25:12 “Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.”
2 Korintus 5:9 “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.”
Mazmur 37:4-5 “dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertinda...”
1 Tesalonika 4:1 “Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.”
Yakobus 4:3-4 “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”
Efesus 6:6 “jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah...”
2 Timotius 2:4 “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”

Data Dari Firman Allah
Ajaran atau perintah: Ini menunjuk kepada perintah-perintah mendetil dari Firman-Nya yang diberikan untuk menuntun perilaku kehidupan kita. Tuhan menghendaki agar kita berdoa, membaca Firman-Nya, bersekutu secara teratur, untuk para suami agar mengasihi istri mereka dll. Kita dinasihatkan agar tidak mencuri, berbuat zinah, berdusta, membunuh, menyebarkan gosip, bersungut dan mengkritik. Seluruh perintah ini mengekspresikan kehendak Allah.
Mazmur 119:9 “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.”
Roma 12:2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Ilustrasi: Apabila di jalan raya tampak rambu-rambu batas kecepatan “30 km per jam,” maka rambu-rambu itu merupakan petunjuk atau perintah untuk ditaati. Salah satu contoh petunjuk atau perintah dalam Alkitab adalah “saling mengampuni satu dengan yang lain.” Ini harus ditaati.
Prinsip-Prinsip atau Petunjuk-Petunjuk: Petunjuk yang sangat umum memiliki banyak penerapan. Ini dapat dijadikan pedoman, khususnya apabila Kitab Suci tidak jelas memberikan perintah-perintah langsung.
Ilustrasi: Apabila rambu lalu lintas mengatakan, “berhati-hati” itu berarti kita harus memperhatikan situasi dan kondisi. Dalam Alkitab ada nasihat yang mengatakan “Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (1 Kor. 10:23). Ayat ini mengajarkan bahwa di dalam Kristus kita bebas melakukan hal-hal yang tidak dilarang Kitab Suci, namun pertanyaannya adalah apakah hal-hal itu bermanfaat untuk saya dan kesaksian saya kepada orang-orang lain atau tidak?
Data Dari Dunia
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam memproses atau mengolah data dari dunia:
(1) Orang-orang percaya tidak berasal dari dunia namun berada di dalamnya sehingga perlu menggunakan data-data dari dunia ini secara bijaksana bukan hanya untuk menunjang kehidupan dan keluarga melainkan juga untuk pelayanan atau pekerjaan kita.
Yohanes 17:14-18 “Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.”
1 Korintus 7:31 “pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.”
Efesus 4:28 “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” (lih Ef 5:10-18)
(2) Allah itu bersifat transenden, berdaulat dan imanen. Ia aktif bekerja di dunia dan dalam kehidupan kita. Karena itu kita memiliki sumber data atau fakta mengenai cara Allah bekerja dalam melaksanakan maksud-maksud-Nya yang kita akan jadikan sebagai pedoman dalam melakukan kehendak-Nya di dunia ini.
Roma 1:10 “Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu.”
Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Roma 11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! “
Roma 15:32 “agar aku yang dengan sukacita datang kepadamu oleh kehendak Allah, beroleh kesegaran bersama-sama dengan kamu.”
Pengkhotbah 7:13-14 “Perhatikanlah pekerjaan Allah! Siapakah dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkan-Nya? Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.. “
(3) Namun Setan juga aktif bekerja sehingga kita harus waspada dalam menggunakan data-data yang ada. Untuk dapat membedakan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, kita perlu menggunakan Firman Allah sebagai filternya.
2 Timotius 2:26 “dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”
Efesus 5:15-16 “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”
Mazmur 119:9 “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.”
Data Pribadi
Prinsip-prinsip yang dapat kita gunakan dalam mengolah data mengenai diri kita sendiri:
(1) Allah telah membentuk kita dan mengangkat kita sesuai dengan tujuan-tujuanNya. Tujuan Allah ini mencakup setiap aspek kehidupan dan keberadaan kita – termasuk aspek seksualitas, talenta, IQ, fisik, orang tua, latar belakang, waktu dan usia, dll., terkecuali dosa.
Mazmur 139:13-16 “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”
Yeremia 1:5 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Yesaya 43:7 “semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!”
Yesaya 54:16 “Sesungguhnya, Akulah yang menciptakan tukang besi yang menghembus api dan menghasilkan senjata menurut kecakapannya, tetapi Akulah juga yang menciptakan pemusnah untuk merusakkannya.”
Keluaran 9:16 “akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.”
(2) Sebagai orang-orang orang percaya, Allah juga mengaruniakan kita karunia-karunia rohani agar kita mampu melaksanakan pelayanan membangun tubuh Kristus dan tugas kita di dalam dunia (lihat juga 1 Kor. 12:3-12).
Roma 12:3-8 “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
1 Petrus 4:10 “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.”
(3) Setiap orang adalah penting dan unik karena Allah mempunyai rencana dan tujuan khusus bagi kehidupannya sesuai panggilan dan pimpinan Allah.
Mazmur 119:73 “Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu.”
Mazmur 139:14 “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”
Roma 12:3 “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.”
Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
Data Lain Yang Harus Dipertimbangkan
a) Situasi-situasi, pintu-pintu yang terbuka dan tertutup (bc 1 Kor 7:20-21; Flp 1:12-18; Rm 15:32).
b) Fakta-fakta atau data-data ekonomi, politik, geografi dan sosial.
c) Minat seseorang dalam menyenangi maupun tidak menyenangi sesuatu, karakter dan kepribadian seseorang.
d) Karunia-karunia, talenta-talenta, keahlian, kemampuan, ketrampilan, pengalaman dan kesiapan seseorang.
e) Kondisi fisik atau kesehatan, usia seseorang.
f) Jenis kelamin (pria atau wanita).
Ilustrasi: Misalnya, ada lowongan yang terbuka untuk menjadi pemain dalam tim basket nasional, namun saya tahu pasti hal ini bukanlah kehendak Allah bagi saya. Alasannya karena mempertimbangkan faktor usia saya yang sudah tua, kelambanan saya, dan fisik saya yang terlampau pendek. Kita harus belajar melihat bahwa Allah bekerja melalui situasi atau keadaan dalam menyatakan kehendak atau pimpinanNya bagi kita. Segala sesuatu dan setiap keadaan tidak terjadi secara kebetulan atau di luar rencana. Setiap faktor harus dipertimbangkan dalam mencari pimpian Tuhan.
Kesimpulan Prinsip-Prinsip
(1) Kita harus belajar mempertimbangkan data dan fakta apa saja yang kita peroleh dari dunia kita (kesehatan, kemampuan, pendidikan, keuangan, sakit-penyakit dan kondisi-kondisi lainnya).
(2) Kita harus mempelajari fakta-fakta ini dan belajar menerima keadaan kita dan meyakini bahwa Allah memegang kendali dan menggunakan setiap keadaan sesuai rencana-Nya . Ia aktif bekerja dalam setiap hal dan kondisi.
(3) Dalam mempertimbangkan data-data dan fakta-fakta ini, kita harus mengingat peran Firman Allah sebagai pedoman dalam menentukan apa yang benar dan salah.
Ibrani 5:14 “Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”
Yesaya 55:7-9 “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
Amsal 2:9 “Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik.”
Allah tidak pernah akan mengizinkan kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Firman-Nya. Setan selalu melakukannya, demikian pula dunia ini melakukannya, namun tidak demikian dengan Tuhan kita. Sebagai contoh, seorang gadis Kristen ingin kawin dengan pria yang bernama Charlie, namun apabila Charlie bukan seorang yang percaya kepada Tuhan, ia harus menyadari bahwa Allah pasti tidak berkenan atau merestui keinginannya itu berdasarkan Firman Allah yang mengungkapkan kehendak-Nya.
1 Korintus 7:39 “Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.”
2 Korintus 6:14 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
(4) Mengenal kehendak Allah bukan sekedar hal mengenal apa yang benar dan salah melainkan mengenai apa yang terbaik dan sesuai dengan ajaran Firman-Nya bagi kita.
Filipi 1:10 “sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus.”
Filipi 1:20-21 “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
Matius 6:19-20 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya..”
(5) Juga sebagai pedoman. Kita harus ingat bahwa Allah juga tidak memberikan kita keinginan-keinginan yang bertentangan dengan akal sehat. Seorang gadis mungkin saja ingin langsung kawin dengan seorang lelaki ganteng yang baru saja dikenalnya. Ini tentu saja tidak masuk akal. Karena ia mustahil dapat mengenal seseorang dengan baik hanya dalam waktu yang sangat singkat. Atau misalnya, seseorang yang telah berkeluarga ingin berhenti dari sesuatu pekerjaan dan beralih ke suatu usaha atau pekerjaan baru. Namun apabila ada bayi yang baru lahir di dalam keluarganya, tanpa punya uang tabungan, dan punya setumpuk hutang, pastilah keputusan untuk pindah pekerjaan merupakan hal yang tidak masuk akal untuk dilakukan.
(6) Demikian pula perlu diingat bahwa Allah tidak memberikan keinginan-keinginan dalam hati kita yang bertentangan dengan data–data atau fakta-fakta lain yang masuk akal yang bersumber dari dunia ini. Misalnya, seseorang mungkin punya ambisi menjadi seorang seniman atau arsitek. Namun pertanyaannya, apakah orang itu memiliki talenta sebagai seniman atau keterampilan menggambar? Jika tidak, pasti keinginan itu bukan berasal dari Allah.
(7) Sebagaimana telah dinyatakan, bahwa setiap keinginan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Kitab Suci pasti bukan berasal dari Allah. Firman Allah adalah kuncinya. Karena itu pertimbangkan dan ujilah setiap keinginan anda berdasarkan ajaran dan prinsip Firman. Apabila cocok dengan Firman, itu pasti dari Allah. Namun kalaupun cocok, kita masih harus mengujinya dengan waktu dan dengan data-data lainnya. Untuk itu kita harus membawa setiap hal dalam doa sambil memohon hikmat daripada-Nya.
Yakobus 1:5 “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
(8) Kunci terutama di sini adalah persekutuan pribadi dengan Tuhan. Lukas 16:10 mencatat prinsip yang dapat digunakan. Ayat ini mengatakan, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Prinsip yang diajarkan dalam ayat ini harus melandasi keputusan-keputusan besar– misalnya, sekolah, perkawinan, pekerjaan, membeli mobil, rumah, dsb. – adalah kesetiaan kita dalam pelaksanaan dan komitmen kita kepada Tuhan dalam melaksanakan rutinitas kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak hanya diberikan kemampuan membedakan apa yang benar dan apa yang salah melainkan juga kemampuan menentukan pilihan dengan memprioritaskan kehendak Allah di atas kehendak kita. (lihat juga Ef. 5:9-18; Lukas 14:25-27).
Mazmur 119:133 “Teguhkanlah langkahku oleh janji-Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.”
Roma 12:1-2 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Matius 16:23-24 “Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”
Meskipun pimpinan Allah pada akhirnya akan menghindarkan kita dari kebuntuan dan memberikan kita ketenangan dan kebahagiaan, namun tujuan utamanya bukan menjadikan hidup ini ibarat jalan raya yang bebas hambatan, mulus tanpa lobang dan hambatan yang membahayakan. Pimpinan Allah dalam hal ini bertujuan memampukan kita dalam memuliakan Allah dan melaksanakan kehendak-Nya dalam keadaan dan situasi apapun.

Catatan:
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________





Pelajaran 7:
Kepastian Mengenai Pahala Kekal

Pengajaran tentang Bema
Pelajaran berikut ini yang akan membahas mengenai pahala dan takhta pengadilan Kristus sebagai doktrin utama dalam Perjanjian Baru. Ajaran ini sering diabaikan, atau kalaupun diajarkan sering disalahartikan karena menyebut tentang “pengadilan” yang merupakan terjemahan dari bahasa Yunaninya. Mengenai hal ini, Samuel Hoyt berkomentar:
Di kalangan gereja masa kini tampak adanya silang pendapat mengenai sifat pengadilan atau pemeriksaan yang dilakukan ketika seseorang menghadap takhta pengadilan Kristus. Perkataan “takhta pengadilan Kristus” bisa mengakibatkan kesimpulan keliru mengenai sifat dan tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Kekeliruan yang biasa muncul adalah bahwa Allah akan menjatuhkan ganjaran yang setimpal dengan dosa-dosa yang dilakukan oleh orang-orang percaya, yang berakibat penjatuhan hukuman sebagai pembalasan atas dosa-dosa mereka.
Meskipun akan membawa akibat-akibat serius, namun takhta pengadilan Kristus itu bukanlah tempat untuk menjatuhkan hukuman terhadap dosa-dosa orang percaya, melainkan pemberian pahala bagi orang-orang percaya yang ditentukan berdasarkan kesetiaan dan amal baktinya.
Dalam 1 Tesalonika 2:19-20, Paulus mengakui bahwa ia termotivasi oleh fakta tentang pemberian pahala-pahala pada kedatangan Kristus keduakali bagi orang-orang percaya. Hal ini selalu disinggung dalam setiap fasal suratnya ini dan juga menjadi pokok bahasan utama dalam 2 Tesalonika. Memang peristiwa kedatangan Kristus kedua kali dan maknanya bagi dunia dan diri kita secara pribadi merupakan pokok penting dalam Perjanjian Baru.
1 Tesalonika 2:19-20 “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.”
Juga penting diperhatikan dalam ayat-ayat terakhir Kitab Wahyu, kita menemukan perkataan “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Why. 22:12).
Kendati keselamatan merupakan pemberian Allah, namun tersedia pula pahala-pahala yang akan diberikan karena kesetiaan kita kepada Tuhan atau hilang karena ketidaksetiaan kita. Pemberian pahala merupakan faktor pendorong bagi kehidupan Kristen. Namun kita perlu memahami sifat pahala-pahala dengan benar agar kita pun termotivasi secara benar. Sebagian orang menjadi agak risih bila membicarakan tentang pahala-pahala karena pokok ini seakan lebih menekankan “jasa” kita manusia dari pada “kasih karunia” Allah, dan juga mereka berpendapat bahwa melayani Tuhan itu harus dilakukan berdasarkan kasih dan untuk kemuliaan Allah.
Memang kita harus melayani Tuhan berdasarkan kasih kepada-Nya dan untuk kemuliaan Allah. Pemahaman mengenai sifat pahala-pahala itu akan membantu kita ke arah itu. Namun demikian kita tidak bisa menghindar dari kenyataan bahwa Alkitab menjanjikan pahala bagi kita. Allah mengaruniakan keselamatan untuk kita. Itu merupakan pemberian Allah melalui iman, namun juga Ia memberikan pahala untuk setiap perbuatan baik kita. Allah, berdasarkan kemurahan-Nya, telah memberikan sarana bagi kita untuk melayani Dia. Allah jugalah yang mengerjakan di dalam kita kemauan maupun pekerjaan berdasarkan kasih karunia-Nya, namun keputusan untuk mau melayani, dan ketekunan kita dalam melakukannya merupakan tanggung jawab dan peran kita. Allah melihat hal-hal ini sebagai perbuatan yang patut diberi pahala. Coba simak ayat-ayat berikut ini:
Filipi 2:12-13 “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”
1 Korintus 3:11-15 “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
1 Korintus 15:10 “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”
Kolose 1:29 “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.”
Roma 14:10-11 “Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah.”
2 Korintus 5:9-10 “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
1 Yohanes 2:28 “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.”
Wahyu 3:11-12 “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu. Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru.”
Pengertian Tentang Pengadilan Bema
Roma 14:10 dan 2 Korintus 5:10 berbicara tentang takhta pengadilan. Ini adalah terjemahan dari istilah Yunani, Bema. Meskipun istilah Bema digunakan dan Injil-Injil dan Kisah Para Rasul tentang sebuah panggung tempat penguasa Romawi duduk untuk menjatuhkan vonis, namun penggunaannya dalam surat-surat Paulus lebih tepat menggambarkan penggunaan aslinya. Orang-orang Yunani menggunakan Bema sebagai tempat pemberian medali (piala) dalam sebuah perlombaan atau pertandingan olah raga.
Roma 14:10 “Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.”
2 Korintus 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Istilah Bema diambil dari pertandingan-pertandingan Isthmian di mana para kontestan olah raga bertanding untuk mendapatkan piala. Piala atau medali diberikan menurut penilaian atau pengawasan para hakim yang mengamati apakah setiap peraturan pertandingan telah dipatuhi dengan baik. Pemenang yang telah bertanding sesuai aturan akan dipanggil naik ke atas panggung yang disebut Bema. Di atas panggung itu, hakim akan mengenakan kalung yang terbuat dari dedaunan ke atas kepala sang juara sebagai tanda kemenangan.
2 Timotius 2:5 “Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.”
1 Korintus 9:24-25 “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”
Dalam ayat-ayat ini Paulus menggambarkan orang percaya sebagai atlit yang bertanding dalam sebuah perlombaan rohani. Seorang atlit Yunani yang menang akan menghadap Bema untuk menerima piala atau medali yang akan layu. Demikian pula orang Kristen akan menghadap Bema Kristus untuk menerima pahala yang tidak akan layu. Hakim yang berdiri di Bema itu akan memberikan mahkota kepada para pemenang. Namun Hakim itu tidak mencambuk mereka yang kalah. Juga ia tidak akan menghukum mereka, misalnya, dengan kerja paksa.
Dengan kata lain, Bema merupakan tempat pemberian mahkota atau pahala. Di tempat itu akan ditetapkan apakah pelomba itu akan menerima mahkota atau akan kehilangan mahkota lewat proses penilaian. Bema bukan tempat penghukuman atas dosa-dosa yang dilakukan orang-orang percaya. Pandangan ini tidak konsisten dengan karya Kristus di salib yang telah selesai dikerjakan-Nya untuk membayar hukuman atas dosa. Chafer dan Walvoord mengomentari hal ini dengan sangat jelas:
Mengenai dosa, Kitab Suci mengajarkan bahwa seorang anak Tuhan, berdasarkan kasih karunia-Nya, telah terlepas dari hukuman (Yoh.3:18; 5:24; 6:37; Rom. 5:1; 8:1; 1 Kor. 11:32); juga karena kedudukannya di hadapan Allah, dan karena hukuman atas seluruh dosa-dosanya – masa lampau, sekarang, dan yang akan datang (Kol. 2:13) telah ditanggung oleh Kristus, Pengganti kta yang sempurna, maka orang percaya tidak hanya terlepas dari hukuman melainkan juga diterima dalam kesempurnaan Kristus berdasarkan keberadaannya di dalam Kristus (1 Kor. 1:30; Ef. 1:6; Kol. 2:10; Ibr. 10:14) serta dikasihi oleh Allah sebagaimana Kristus dikasihi (Yohanes 17:23).
Selain itu, mengenai Bema, Chafer menulis, “Dapat dikatakan bahwa pengadilan itu sama sekali tak berkaitan dengan permasalahan dosa, melainkan lebih berkaitan dengan pemberian pahala (mahkota) dari pada penolakan karena kegagalan.”
Kapan Pengadilan Bema Dilaksanakan?
Pelaksanaan Bema terjadi segera setelah rapture (pengangkatan orang percaya) atau kebangkitan orang percaya, sebagaimana dinyatakan dalam 1 Tesalonika 4:13-18 “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”
Argumentasi atau Alasan-Alasan Yang Mendukung Pandangan Ini:
(1) Dalam Lukas 14:12-14, pahala itu dikaitkan dengan kebangkitan dan pengangkatan orang percaya. Lukas 14:12-14 “Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
(2) Dalam Wahyu 19:8, ketika Tuhan datang kembali bersama dengan mempelai-Nya di akhir masa tribulasi, tampak mempelai wanita telah diberi pahala atau mahkota. Pahalanya digambarkan sebagai kain lenan halus, perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus. Perkataan ini menunjukkan akibat dari pemberian pahala.
Wahyu 19:8 “Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih! (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)” .
(3) Dalam 2 Timotius 4:8 dan 1 Korintus 4:5, pahala itu berkaitan dengan “hari-Nya” atau hari kedatangan Tuhan. Sekali lagi hal ini menunjuk kepada peristiwa yang disebutkan dalam 1 Tesalonika 4:13-18.
2 Timotius 4:8 “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”
1 Korintus 4:5 “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.”
Jadi urutan peristiwanya adalah (a) pengangkatan, termasuk pemuliaan atau kebangkitan tubuh kita, (b) pengangkatan ke angkasa untuk pergi bersama-sama dengan Tuhan, (c) menghadap pengadilan Bema dan (d) pemberian kompensasi atau pahala.
Dimana Pengadilan Bema Dilaksanakan?
Bema itu akan terjadi di angkasa di hadapan hadirat Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:
1 Tesalonika 4:17 “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan”
Wahyu 4:2 “Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.”
Wahyu 19:8 “Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih! (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)”.
Siapa Yang Akan Menghadap Pengadilan Bema?
Setiap ayat yang berbicara tentang Bema selalu terkait dengan orang-orang percaya atau jemaat Tuhan. Perhatikan penekanan tentang perbuatan-perbuatan baik.
Roma 14:10-12 “Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah." Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah...”
1 Korintus 3:12-15 “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
2 Korintus 5:9-10 “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
1 Yohanes 2:28 “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.”
1 Tesalonika 2:19-20 “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.”
1 Timotius 6:18-19 “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.”
Titus 2:12-14 “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.”
Peristiwa kebangkitan yang berkaitan dengan pemberian pahala kepada orang-orang kudus masa Perjanjian Lama akan terjadi setelah masa tribulasi, yakni setelah orang-orang kudus masa gereja berada di sorga, kemudian diberikan pahala, dan kembali bersama dengan Tuhan untuk menghakimi isi bumi ini (lihat juga Mat 24).
Daniel 12:1-2 “Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu. Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.”
Semua orang percaya, tanpa melihat tingkat kerohanian mereka, akan diangkat dan menghadap pengadilan Bema untuk mempertanggung-jawabkan kehidupan mereka. Pada saat itu akan ditentukan apakah mereka akan menerima pahala atau kehilangan pahala. Sebagian menganut pandangan partial rapture (pengangkatan parsial) mengajarkan bahwa hanyalah mereka yang memiliki tingkat kerohanian tertentu yang berlayak mengalami pengangkatan. Ini terjadi sebagai hukuman bagi orang-orang percaya yang berbuat dosa. Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, pandangan ini tidak hanya bertentangan dengan karya Kristus yang telah selesai dikerjakan-Nya untuk membayar hukuman bagi dosa-dosa, melainkan juga bertentangan dengan ajaran dalam 1 Tesalonika 5:8-17:
“Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain. Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang. Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.”
Perhatikan ayat 9 dan 10. Konteksnya berbicara tentang kembalinya Kristus bagi jemaat-Nya —peristiwa pengangkatan (1 Tes 4:13-18). Pengangkatan merupakan sarana kelepasan kita dari murka yang dinyatakan dalam fasal 5:1-3. Selain itu, perkataan “berjaga-jaga atau tidur” dalam ayat 10 menunjuk kepada kondisi spiritual atau moral, bukan apakah orang itu hidup atau mati pada saat Kristus datang, seperti dijelaskan dalam 4:13-14. Ini jelas terlihat dalam konteks 5:4-8 dan perubahan istilah dalam bahasa Yunani yang digunakan Paulus untuk istilah tidur. Dalam 5:10, Paulus menggunakan istilah Yunani katheudo, bukan koimao, yang bermakna metaforis dalam 4:13-14 mengenai kematian jasmani. Meskipun istilah katheudo digunakan untuk tidur secara jasmani atau kematian, istilah ini juga biasa digunakan untuk menggambarkan sikap apathi spiritual atau kelalaian terhadap perkara-perkara rohani. Ini jelas terlihat dalam konteks fasal 5. Jadi kesimpulannya adalah ini: Berdasarkan karya Kristus yang telah selesai dikerjakan-Nya secara sempurna di atas salib (perhatikan perkataan “yang sudah mati untuk kita” dalam ayat 10), entah kita berjaga-jaga secara rohani atau tidak, kita akan hidup bersama-sama dengan Dia melalui pengangkatan untuk menghadap pengadilan Bema.
Siapa Hakim Dalam Pengadilan Bema?
Hakimnya tak lain adalah Tuhan Yesus Kristus yang pada masa sekarang pun sedang mengamati kehidupan kita. Ia jugalah yang akan mengadakan penilaian terhadap setiap perbuatan kita dan kehidupan kita secara keseluruhan ketika kita menghadap pengadilan Bema. Dalam Roma 14:10, Rasul Paulus menyebut penilaian ini sebagai saat Bema Allah, sedangkan dalam 2 Korintus 5:10, Paulus menyebutnya sebagai Bema Kristus. Kesimpulannya adalah Yesus yang adalah Allah akan menjadi hakim kita dan pemberi pahala bagi kita.
1 Korintus 4:5 “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”
2 Korintus 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
1 Yohanes 2:28 “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.”
Roma 14:10 “Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.”
Tujuan dan Alasan Pengadilan Bema
Tujuan dan alasan pengadilan Bema ini merupakan pokok yang paling santer dibicarakan, khususnya karena pembahasannya akan mengarah kepada aspek-aspek praktis pengadilan Bema ini. Pertanyaan-pertanyaan penting yang biasanya muncul adalah: Mengapa kita harus menghadap Bema? Apakah hanya untuk penerimaan pahala atau kehilangan pahala? Apakah ada hukuman yang dijatuhkan? Akan adakah dukacita yang dialami? Apakah dasar pelaksanaan Bema itu? Apakah karena dosa, perbuatan-perbuatan baik atau apa?
Di kalangan gereja masa kini, muncul silang pendapat mengenai sifat dari pengadilan Bema itu. Penggunaan istilah “takhta pengadilan” dan kurangnya pemahaman latar belakang historis dan kulturis mengenai Bema dan teologia yang kabur mengenai karya Kristus di salib merupakan faktor-faktor penyebab perbedaan-perbedaan pendapat ini. Dalam hal ini Allah hanya dipandang sebagai pemberi pembalasan terhadap dosa-dosa orang percaya atau dosa yang tidak diakui.
Tiga Pandangan Mengenai Bema
Sebagai tinjauan singkat ketiga pandangan ini, Samuel L. Hoyt dalam Bibliotheca Sacra menjelaskan:
(1) Sebagian sarjana Alkitab melihat takhta pengadilan ini sebagai tempat yang diwarnai dukacita mendalam, ketakutan, dan tempat Kristus akan membeberkan seluruh dosa-dosa orang percaya (dosa-dosa yang tidak diakui) di hadapan orang-orang kudus yang telah dibangkitkan dan mengalami pengangkatan. Sebagian lagi malah mengemukakan bahwa orang-orang Kristen harus mengalami semacam penderitaan karena dosa-dosa mereka pada saat menghadapi pengadilan ini.
(2) Di pihak lain, sebagian lagi yang menganut kronologi eskatologis yang sama berpendapat bahwa peristiwa ini merupakan semacam upacara pemberian penghargaan. Mahkota akan diberikan kepada setiap orang percaya. Akibatnya setiap orang Kristen akan dipenuhi rasa syukur untuk mahkota yang diterimanya, sehingga ia tidak akan berasa malu.
(3) Para sarjana Alkitab lainnya mengemukakan pandangan tengah. Mereka mengakui adanya pengadilan atau pemeriksaan namun hal yang lebih ditekankan adalah aspek penghargaan dalam pengadilan tersebut. Mereka menekankan pentingnya kesetiaan dan ketekunan dalam kehidupan Kristen sekarang ini namun menolak konsep adanya penjatuhan hukuman jasmaniah dalam pengadilan Bema. Yang ditekankan adalah bahwa setiap orang Kristen harus mempertanggung-jawabkan kehidupannya di hadapan Kristus yang mahatahu dan kudus. Segala perbuatan yang dilakukan menurut kekuatan daging ini tidak akan mendapatkan pahala, namun segala perbuatan yang dilakukan dalam kuasa Roh Kudus akan mendapatkan pahala. Mereka yang menganut pandangan ini percaya bahwa orang-orang Kristen akan dimuliakan di hadapan Kristus tanpa sifat berdosa. Demikian pula setiap orang percaya akan berdiri tanpa rasa bersalah karena ia telah dibenarkan dalam Kristus. Tak perlu ada lagi hukuman jasmani karena Kristus telah menanggung seluruh murka Allah terhadap dosa-dosa orang-orang percaya selama-lamanya.
Agar kita tidak menarik kesimpulan yang keliru, maka kita perlu selalu ingat bahwa Firman Allah mengajarkan adanya konsekuensi-konsekuensi temporal (sekarang) dan futural (akan datang) terhadap dosa atau ketidaktaatan kita. Meskipun dosa kita tidak akan dihukum ketika menghadap Bema karena Kristus telah menanggungnya bagi kita, namun kita tidak boleh meremehkan dosa, mengingat konsekuensi-konsekuensinya yang serius.
Konsekuensi-Konsekuensi Dosa Sekarang
Uraian berikut ini tidaklah mendalam, karena hanya bertujuan untuk menunjukkan bahwa dosa dalam kehidupan orang percaya bukanlah hal yang kecil.
1. Hilangnya Persekutuan Dengan Tuhan
Dosa yang diperbuat orang percaya akan mengakibatkan hilangnya persekutuan yang akrab dengan Tuhan dan hilangnya sukacita dan damai.
Mazmur 32:3-4 “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela.”
2. Disiplin Dari Tuhan
Kita tidak boleh memandang disiplin dari Tuhan sebagai hukuman. Disiplin dari Allah sebagai Bapa kita bertujuan mendidik dan memperbaiki anak-anak-Nya. Terkadang disiplin ini datang dalam bentuk ujian, pencobaan, kegagalan, dan kesusahan, yang Ia gunakan untuk memperbaiki dan melatih kita. Namun apabila kita tetap terus berbuat dosa, itu akan menambah kemalangan kita. Namun tujuan disiplin-Nya selalu untuk mengembalikan kita kepada-Nya. Apabila orang percaya tidak mau bertobat, ini dapat saja meningkat menjadi dosa yang membawa maut (kematian) seperti yang dialami Ananias dan Safira (Kisah 5), dan beberapa orang percaya di Korintus yang tidak mau mengakui dosa mereka dan membereskannya dengan Tuhan.
Ibrani 12:5-11 “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”
1 Korintus 11:28-30 “Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.”
1 Yohanes 5:16-17 “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.”
3. Hilangnya Kuasa dan Keberbuahan
Bila kita tak mau menyelesaikan dosa kita melalui pengakuan yang jujur, kita mendukakan Roh Kudus dan memadamkan kuasa-Nya di dalam kehidupan kita. Selain itu, akibatnya kita akan menjalani kehidupan ini dalam kekuatan dan keinginan daging, bukannya dengan iman kepada Allah. Kita akan mengandalkan cara kita sendiri dalam mengahadapi setiap permasalahan hidup. Tentu saja sikap dan cara seperti ini hanya akan menghasilkan perbuatan-perbuatan daging dengan segala akibatnya yang dahsyat dan sia-sia. Firman Tuhan mengajarkan bahwa apabila kita tidak tinggal di dalam Dia, yakni hidup dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan, kita tak akan dapat berbuat apa-apa dan hidup kita akan hampa.
Galatia 3:1-5 “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?”
Galatia 5:1-5 “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.”
Galatia 5:19-21, 26 “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.… . dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.”
Yeremia 2:12-13 “Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman TUHAN. Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.”
Yohanes 15:1-7 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.”
4. Hilangnya Kesempatan-Kesempatan
Bila keinginan kita sendiri yang mengendalikan kehidupan kita, bukannya Tuhan, kita akan menjadi tidak sensitif terhadap orang lain sehingga hilang kesempatan untuk melayani. Dengan kata lain, kita kehilangan visi. Orang-orang Kristen duniawi tidak memiliki visi selain hanya mengejar ambisi atau urusan pribadi mereka sendiri.
Yohanes 4:34-38 “Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.”
5. Hilangnya Keinginan dan Motivasi Pelayanan
Orang-orang percaya yang duniawi dan dikuasai keinginan daging (karnal) biasanya hanya dikendalikan oleh keinginan-keinginan diri mereka sendiri. Mungkin tepat dan cocok sekali topik tentang hal mementingkan diri sendiri dan pahala-pahala dibahas di sini karena sebagian orang memandang pahala sebagai hal yang mengarah kepada kepentingan diri sendiri dan bersifat karnal.
Galatia 5:16-17 “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”
Zane Hodges memiliki pemikiran yang baik mengenai konsep ini: “Kitab Suci tidak mengajar kita untuk tidak tertarik kepada kebahagiaan atau kesenangan diri kita. Keinginan untuk melepaskan diri dari hukuman kekal itu sendiri merupakan minat pribadi yang sah dan penting. Naluri untuk menjaga dan memelihara kehidupan kita pun demikian. Juga kesenangan dan penikmatan bukanlah pengalaman-pengalaman yang haram. Ketika Allah menempatkan Adam dan Hawa di taman Eden, Ia menyediakan bagi mereka “berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya” (Kej. 2:9). “Mereka dapat menikmatinya dengan leluasa asalakan mereka tidak memakan buah dari pohon yang dilarang. Demikian pula, Paulus meberkata kepada orang-orang kaya bahwa “Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” (1 Tim. 6:17). Mementingkan atau mengasihi diri sendiri tak boleh diartikan hanya sebagai pengejaran kepentingan diri kita sendiri. Hal ini harus diartikan sebagai pengejaran kepentingan diri sendiri menurut cara kita sendiri, bukannya menurut cara Allah. Oleh karena “kasih” merupakan sifat yang baik yang merupakan bagian dari iman Kristen, sering kali hal mementingkan diri sendiri diartikan sebagai pengejaran kepentingan diri sendiri yang melanggar hukum kasih.
Mengejar kepentingan (keinginan) diri sendiri menurut cara atau petunjuk Allah adalah hal yang sah. Namun orang yang hanya bersikap mementingkan diri sendiri biasanya terlalu dikuasai oleh keinginan dirinya sendiri dengan mengorbankan orang-orang lain dan kehendak Allah. Pada saat Adam dan Hawa makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, tindakan mereka itu mencerminkan keterpusatan kepada keinginan diri sendiri. Sikap tersebut adalah dosa dan dapat disamakan dengan penyembahan berhala. Ketika mereka ditempatkan di taman yang indah itu dan menikmati buah pohon-pohon dengan segala keindahan dan kenyamanan taman itu, mereka bertindak menuruti keinginan (selera) diri mereka sendiri namun mereka melakukannya dengan bergantung kepada Tuhan dan dalam ketaatan kepadaNya.
6. Hubungan-Hubungan Yang Rusak dan Ketidakharmonisan
Perilaku duniawi akan berakibat rusaknya hubungan-hubungan dan membawa penderitaan terhadap orang-orang di sekitar kita – keluarga kita, sahabat-sahabat kita, teman-teman sekerja kita, dan teman-teman seiman kita dalam tubuh Kristus.
Galatia 5:15 “Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.”
Ibrani 12:15-17 “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”
7. Hilangnya Kesehatan Jasmani dan Vitalitas
Tentu saja tidak semua sakit penyakit, kelemahan, atau penderitaan selalu disebabkan oleh perbuatan dosa, namun hal itu bisa saja terjadi dan bahkan sering kali terjadi.
1 Korintus 11:29-30 “Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.”
1 Yohanes 5:16-17 “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut.”
Amsal 17:22 “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”
Amsal 14:30 “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”
8. Hilangnya Mahkota Ketika Menghadap Bema
Akan ada orang percaya yang kehilangan pahala sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:
1 Korintus 3:13-15 “sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
Tujuan Bema
Pengadilan Bema itu tidak bersifat menghukum. Bema bukan penghakiman orang percaya karena sesuatu perbuatan dosa yang dilakukannya.
Kitab Suci mengajar bahwa bagi orang percaya, keadilan Allah terhadap dosa orang percaya, telah digenapi Kristus secara sempurna untuk selama-lamanya di atas salib. Apabila Allah harus menghukum lagi orang percaya untuk dosa-dosanya yang telah dibayar oleh Kristus, berarti Allah menuntut dua pembayaran untuk dosa sehingga hal ini akan bertentangan dengan keadilan-Nya. Konsep tentang penghukuman dosa orang percaya mengaburkan kecukupan dan khasiat kematian Kristus di atas salib.
Kristus telah membayar hukuman bagi dosa-dosa orang percaya pra dan pasca pertobatan. Orang percaya dapat kehilangan pahala yang seharusnya ia terima, namun ia tidak tidak harus menjalani hukuman lagi untuik “membayar” dosa-dosanya.
Kitab Suci mengajar bahwa setiap dosa telah diampuni dan dibereskan melalui karya Kristus di salib, sehingga orang percaya tidak perlu diperhadapkan lagi dengan dosa-dosanya pada pengadilan Bema. Ayat-ayat berikut menjelaskan prinsip mendasar mengenai sifat dari karya Kristus yang sempurna dan lengkap itu.
Ibrani 10:14 “Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.”
Roma 5:19 “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.”
Kolose 2:10 “...dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.”
Ibrani 8:12 “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Ibrani 10:17-18 “...dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.”
Yesaya 38:17 “Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu.”
Yesaya 44:22 “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!”
Mazmur 103:12 “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”
Kita tidak akan mengalami hukuman lagi. Mengapa? Karena Kristus telah menanggung hukuman kita dengan menanggung kutuk karena kita.
Roma 5:1 “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”
Yohanes 3:18 “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Yohanes 5:24 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.”
Jika demikian mengapa kita harus mengakui dosa kita? Dan mengapa Allah harus menghukum orang-orang percaya karena dosa yang tidak diakui seperti halnya Ananias dan Safira dalam Kisah 5 dan beberapa orang percaya di Korintus dalam 1 Korintus 11:28? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan permasalahan yang sama sekali lain atau berbeda.
Dosa yang tidak diakui ada kaitannya dengan persekutuan kita dengan Tuhan selama kita berada dalam kehidupan di dunia ini, tidak berkaitan dengan keselamatan kita di hadapan Allah. Dosa yang tidak diakui akan menghambat persekutuan dan pengendalian-Nya atas kehidupan kita. Sebagaimana Amos 3:3 mengatakan, “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” Jelas jawabannya adalah tidak.
Pengakuan berarti kita setuju dengan Allah mengenai dosa kita dan dalam pengakuan ini kita mau menunjukkan keinginan kita untuk kembali berada di bawah kontrol Allah. “Pengampunan sehari-hari bagi mereka yang termasuk dalam keluarga Allah harus dibedakan dengan pengampunan yudisial dam posisional terhadap dosa-dosa seseorang yang terjadi pada saat ia percaya kepada Tuhan Yesus Kristus” (Hoyt, hal.38). Kita perlu membedakan antara pengampunan horisontal dan pengampunan vertikal ketika Allah membenarkan kita dan memberikan kita kedudukan karena Kristus.
Ayat-ayat Kunci:
Ibrani 12:5-11 “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”
1 Korintus 11:28-32 “Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”
Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai sifat hukuman atas orang-orang percaya selama dalam kehidupan ini. Ini berupa pengenaan disiplin yang bertujuan memperbaiki dan mengembalikan kita kepada persekutuan yang akrab dengan Allah. Ayat-ayat ini juga penyebab utama pengenaan disiplin itu yakni karena kegagalan kita dalam membereskan dan mengakui dosa. Dosa selalu menghalangi persekutuan kita dengan Allah.
Perkataan dalam 1 Korintus 11:32, “dihukum bersama-sama dengan dunia” kemungkinan besar menunjuk kepada penghukuman yang disebut dalam Roma 1:24 dst., yakni kebobrokan moral dan semakin hancurnya nilai-nilai moral manusia ketika mereka menjauh bahkan menentang Tuhan. Demikian juga yang terjadi dalam kehidupan orang-orang percaya, namun melalui disiplin, Allah berupaya menghentikan prosesnya.
1 Korintus 11:32 “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.”
Roma 1:24-32 “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan. Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya.”
Allah tidak menghukum dosa-dosa kita dalam arti mengharuskan kita membayar hukuman bagi dosa itu.
Kitab Suci mengajar bahwa kematian Kristus sudah cukup dan telah memenuhi secara sempurna murka Allah terhadap dosa orang percaya. Permasalahan dosa dalam kaitannya dengan keadilan Allah telah terpenuhi selama-lamanya melalui pengorbanan AnakNya. Hukuman terhadap dosa-dosa orang percaya telah dibayar penuh oleh Kristus, sebagai pengganti orang percaya. Orang percaya telah menjalani pengadilan, dan telah dijatuhi hukuman melalui penggantinya yaitu Yesus Kristus. Allah tak mengharuskan lagi pembayaran hukuman untuk dosa untuk kedua kalinya karena pembayarannya telah lunas dibayar oleh Kristus. Orang percaya dipandang oleh Bapa sebagai orang yang telah mengenakan pakaian kebenaran Kristus. Karena itu Allah tak melihat alasan lagi untuk mendakwa orang Kristen secara hukum karena semuanya telah digenapi di dalam kematian Yesus Kristus. Karena itu ketika orang percaya menghadap takhta pengadilan Kristus, hukuman untuk dosa-dosa orang percaya tak perlu dijatuhkan lagi.
Namun Allah mendisplin kita seperti halnya seorang bapa mendisiplin anak-anak-Nya, dengan maksud mengembalikan kita kepada persekutuan dan membentuk kita menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Jadi ini merupakan persoalan keluarga.
Aspek-Aspek Positif Dari Bema
Untuk Menilai Pekerjaan Orang-Orang Percaya
Bema merupakan tempat penilaian kualitas dari setiap pekerjaan orang percaya apakah baik atau buruk. Setiap pekerjaan kita akan dinilai apakah berkenan sehingga patut diberi imbalan pahala, atau tak berkenan, sehingga tak patut mendapatkan pahala. Sebenarnya proses penilaian itu sudah sedang berlangsung sekarang ini oleh Tuhan (lih Why 2-3).
Untuk Menghilangkan Buah Yang Tak Berkenan
Bema juga adalah tempat penghilangan atau penghancuran buah-buah yang tak berkenan yang digambarkan dengan simbol kayu, rumput kering, dan jerami. Setiap perbuatan, pikiran, dan motif yang jahat, maupun setiap perbuatan baik yang dikerjakan berdasarkan kekuatan daging akan hangus terbakar seperti halnya kayu, rumput kering dan jerami dalam api, karena semuanya tak berlayak untuk diberi pahala. Mengapa? Kita akan menemukan jawabannya ketika kita menyelidiki tentang dasar penerimaan atau hilangnya pahala.
Untuk Memberikan Pahala Kepada Orang Percaya
Pengadilan Bema juga merupakan tempat pemberian imbalan pahala kepada orang-orang percaya untuk setiap perbuatan baik yang telah mereka kerjakan. Hal ini terlihat dalam simbol emas, perak dan batu permata yang sangat berharga dan dapat bertahan dalam ujian api tanpa hangus terbakar. Jenis pekerjaan dalam kategori ini adalah pekerjaan-pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan kendali Roh Kudus.
1 Korintus 3:13-15 “sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
Perkataan “nampak” dalam bahasa Yunani adalah phaneros yang berarti dikenal, kelihatan, dinyatakan. Perkataan “hari itu” menunjuk kepada hari pelaksaaan Bema yakni setelah pengangkatan jemaat atau orang-orang percaya. Perkataan “menyatakannya” adalah deloo yang berarti memperjelas, membuatnya menjadi nyata atau jelas. Istilah Yunani lain untuk “nampak” yang digunakan di sini adalah apokalupto yang berarti membukakan. “Ujiaan” adalah dokimazo yang berarti menguji untuk diadakan penilaian. “Kualitas” adalah hopoion, suatu keterangan tentang mutu untuk mengetahui apa jenisnya.
1 Korintus 4:5 “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”
“Menerangi” dalam bahasa Yunani adalah photizo, yang berarti membawa sesuatu kepada terang, membuatnya kelihatan. Istilah “memperlihatkan” adalah phaneroo, berarti menyatakan, membukakan. Pokok utama di sini sangat jelas terlihat dalam dua ayat berikut ini yaitu: bahwa Tuhan akan menilai kualitas dan sifat dari setiap pekerjaan kita.
2 Korintus 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Wahyu 22:12 “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”
Aspek-Aspek Negatif dari Bema
Ada beberapa ayat yang menunjukkan aspek negatif dari Bema yang perlu penjelasan. Dalam ayat-ayat ini ada pernyataan seperti “memberi pertanggungan jawab bagi dirinya,” “menderita kerugian,” “malu” dan “mendapat pembalasan untuk setiap perbuatan .... baik atau jahat.”
Akankah orang-orang percaya mengalami rasa malu, sedih, menyesal ketika menghadap Bema? Jika demikian, bagaimana kita menyesuaikan pernyataan-pernyataan ini dengan ayat seperti Wahyu 7:17, “Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka”, dan Wahyu 21:4, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu,” atau dengan Yesaya 65:17, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.”?
Efek-efek negatif pengadilan Bema adalah sebagai berikut:
Hilangnya Pahala
Kerugian yang disebutkan dalam 1 Korintus 3:15 menunjukkan hilangnya pahala bukan keselamatan karena ayat berikutnya menjelaskan tentang hal ini. Perhatikan bahwa perkataan “ia akan menderita kerugian” lebih tepat diartikan “rugi dalam arti tidak menerima pahala.”
1 Korintus 3:15 “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
Diskualifikasi
Diskualifikasi yang disebutkan dalam 1 Korintus 9:27 berarti didiskualifikasi dari pahala, bukan kehilangan keselamatan. Ini tampak lebih jelas dalam konteks dan analogi yang digunakan mengenai pertandingan olahraga Yunani.
1 Korintus 9:27 “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”
Pembalasan (Imbalan) Setimpal
Perkataan “apa yang patur diterimanya” dalam 2 Korintus 5:10 menunjukkan penerimaan pahala atau hilangnya pahala. Kata kerja yang digunakan di sini adalah komizo yang berarti memikul dengan selamat, memikulnya sebagai barang rampasan. Dalam bentuk middle voice seperti dalam ayat ini, istilah ini berarti “memikul untuk diri sendiri,” atau “menerima kembali apa yang menjadi miliknya.”
2 Korintus 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Matius 25:27 “Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.”
Efesus 6:8 “Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.”
Makna pemberian pahala ini juga jelas terlihat dalam istilah-istilah Yunani yang digunakan dalam 2 Korintus 5:10. Istilah “baik”, agathos artinya berharga seperti buah yang baik sedangkan istilah “jahat” – phaulos — artinya buruk (busuk), seperti buah busuk yang tak dapat dimakan. Maknanya istilah-istilah inii bukan baik dalam pengertian benar lawan jahat karena berdosa. Bila arti ini yang dimaksudkan oleh Paulus maka lebih tepat menggunakan istilah kalos, “baik” dan kakos, “jahat.” Untuk perbuatan-perbuatan baik, yang berharga, ibarat buah yang baik, kita akan menerima imbalan pahala (mahkota), sedangkan untuk perbuatan-perbuatan jahat, busuk dan tak berharga, tidak akan mendapat imbalan pahala.
Merasa Malu
Istilah lain yang menunjukkan aspek negatif dari Bema terdapat dalam 1 Yohanes 2:28. Ayat ini pasti menunjuk kepada Bema. Dalam ayat ini dikemukakan kita beroleh keberanian karena kita tinggal di dalam Kristus. Sedangkan rasa malu di hadapan Tuhan merupakan akibat kegagalan untuk tetap tinggal di dalam Dia.
1 Yohanes 2:28 “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.”
“Anak-anakku” merupakan perkataan kasih sayang yang diucapkan Yohanes tentang para pembacanya dan panggilan ini mengartikan bahwa mereka adalah orang-orang yang sudah mengalami kelahiran baru.
Perkataan “tinggal di dalam Dia” sinonim dengan bersekutu dengan Dia. Ini yang menjadi pokok pembicaraan utama dalam suratnya ini (1:3-7). Tinggal di dalam Dia berarti menjadikan kehidupan Kristus sebagai sumber kehidupan kita dan mentaatiNya sebagai akibat penyerahan kita kepada-Nya. Inilah dasar pemberian pahala. Bila kita tidak tinggal di dalam Dia maka kita akan kehilangan pahala. Perihal tinggal di dalam Kristus atau berserah penuh kepada-Nya merupakan pokok yang penting kita ingat. Kata “supaya” menunjukkan tujuan, yaitu kedatangan Kristus dengan segala maknanya bagi kita.
Kemudian perkataan “apabila” menunjuk kepada saat kedatangan Tuhan yang dapat saja terjadi sewaktu-waktu. Aspek kondisional dari pernyataan dalam ayat ini tak meragukan realita kedatangan Kristus, melainkan aspek waktunya (kapan) yang bisa terjadi setiap saat. Istilah “menyatakan” menunjuk kepada peristiwa pengangkatan yang akan membawa kita untuk menghadap Bema.
Istilah Yunani untuk “keberanian” adalah parresia yang berarti keberanian berbicara. Meskipun tak ada dari kita yang sempurna namun kesetiaan atau ketekunan untuk tetap tinggal dan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan memberikan kepastian (jaminan) penerimaan pahala.
Perhatikan beberapa hal dalam kalimat ini “Dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya (kehadiran-Nya)”. Menurut kata kerjanya dalam bahasa Yunani yang berbentuk aorist subjunctive, serta arti dari kata kerjanya sesuai tata bahasanya, ini menunjuk kepada perbuatan (tindakan) pada masa yang akan datang, bukan tindakan yang sedang berlangsung. Bentuk kata kerjanya adalah pasif. Artinya orang yang disebut di sini akan menjadi objek penerima tindakan, yaitu orang itu akan dipermalukan. Namun bagaimana caranya? Ada dua pandangan yang dikemukakan:
(1) Orang percaya yang tidak tinggal di dalam Dia akan malu di hadapan Tuhan, atau Ia akan dipermalukan oleh Tuhan. Pandangan ini agak bersifat punitif (menghukum) dan kurang cocok dengan tujuan Bema itu dan juga tidak sesuai dengan janji Tuhan bahwa orang percaya tidak akan mengalami hukuman.
(2) Orang percaya yang tidak tinggal di dalam Dia akan dipermalukan melalui pembeberan perbuatannya di hadapan pengadilan Bema. Namun perasaan malu ini muncul oleh kesadarannya sendiri akan kegagalan dan dosanya yang telah mengakibatkan hilangnya pahala. Namun semuanya ini hanya berlangsung sementara berdasarkan ayat-ayat berikut:
Wahyu 7:17 “Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”
Wahyu 21:4 “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
Yesaya 56:12 “Datanglah," kata mereka, "aku akan mengambil anggur, baiklah kita minum arak banyak-banyak; besok akan sama seperti hari ini, dan lebih hebat lagi!”
Hoyt menyimpulkan dengan baik ayat-ayat ini sebagai berikut: “Alkitab mengemukakan bahwa akan ada tingkat perasaan malu yang bervariasi ketika menghadap pengadilan Bema. Ini bergantung kepada tingkat ketidaksetiaan setiap orang percaya. Karena itu setiap orang percaya harus berupaya hidup berkenan kepada Tuhan dalam segala hal. Meskipun perasaan malu ini telah dialami orang-orang percaya selama di dunia ini, namun mereka juga perlu menyadari apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Pemahaman tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang ini menjadi sumber sukacita yang luar biasa bagi orang-orang percaya. English mengemukakan penjelasan yang seimbang tentang pokok ini sebagai berikut. Sukacita pasti akan menjadi perasaan yang mendominasi kehidupan bersama dengan Tuhan; namun saya percaya ketika perbuatan-perbuatan kita menjadi nyata pada pengadilan Bema itu, akan ada dukacita yang bercampur dengan sukacita. Kita akan merasa malu ketika kita menderita kerugian. Namun kita juga akan bersukacita ketika menyadari bahwa pahala-pahala yang diberikan juga merupakan bentuk ekspresi lain dari kasih karunia (anugerah) Tuhan kita; karena pada hakekatnya kita sebenarnya adalah hamba-hamba (pelayan-pelayan) yang tidak berguna.
Unsur-unsur penyesalan, dukacita, rasa malu memang tak dapat dihindari ketika kita menghadap Hakim pada pengadilan Bema. Namun dukacita ini bersifat relatif karena orang-orang Kristen yang paling saleh sekalipun sadar bahwa pasti akan ada sesuatu dalam kehidupannya yang menyebabkan ia berdukacita atau menyesal ketika berhadapan dengan terang kekudusan Allah yang tak terhampiri. Jika demikian, ini berarti bahwa orang Kristen yang paling saleh sekalipun juga akan mengalami dukacita. Namun ini bukanlah gambaran Perjanjian Baru mengenai surga. Perasaan yang mendominasi surga adalah sukacita dan syukur. Meskipun tak dapat disangkal bahwa akan ada tingkat dukacita dan penyesalan, namun ini bukanlah perasaan yang mendominasi dalam sepanjang kekekalan.
Kondisi emosional orang-orang percaya adalah kebahagiaan yang sempurna dan kekal. Perasaan ini terbit dari kesadaran akan fakta-fakta yang terjadi yang dialami secara pribadi. Pengharapan akhirnya akan berubah menjadi realita bagi mereka yang telah ditebus dari perhambaan dosa dan kebinasaan dan memasuki terang kemuliaan anak-anak Allah (Rm 8:18-25). Penghapusan kutuk, penderitaan dan kematian (maut) juga akan menghapus dukacita, air mata dan ratap tangis (Why 21:4).
Takhta Pengadilan Kristus dapat disamakan dengan acara wisuda. Pada hari wisuda itu akan ada tingkat perasaan kecewa dan penyesalan karena seorang mahasiswa mungkin tidak belajar baik atau bekerja lebih keras. Namun pada hari wisuda itu, perasaan yang mendominasi adalah sukacita, kesenangan, bukan penyesalan atau kekecewaan. Para wisudawan tidak meninggalkan ruangan dengan menangis karena tidak mendapatkan nilai yang lebih baik. Sebaliknya mereka diliputi rasa syukur karena mereka telah berhasil tamat, dan mereka senang dengan apa yang mereka telah capai. Terlalu menekankan aspek dukacita dan penyesalan ketika menghadap Takhta Pengadilan Kristus sama dengan menjadikan surga itu neraka. Terlalu menekankan aspek dukacita sama dengan menjadikan makna kesetiaan itu menjadi kabur atau hampa.
Sifat dari Mahkota
Apakah yang dimaksud dengan pahala-pahala? Apa penjelasan Alkitab tentang pahala-pahala ini? Hal yang kita pelajari tentang pahala-pahala dalam Kitab Suci agak bersifat umum:
(1) Janji tentang mahkota. Mahkota biasanya digunakan sebagai simbol kemenangan, kekuasaan dan tanggungjawab.
(2) Janji tentang harta surgawi. Ini menekankan nilai dan jaminan kekal mahkota itu.
Matius 6:20 “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”
1 Petrus 1:4 “untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.”
(3) Janji tentang penghargaan atau pujian. Ini nyata dalam ayat-ayat yang menjelaskan tentang pemberian pahala dalam bentuk ucapan pujian seperti “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia …”
Matius 25:21 “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Lukas 19:17 “Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.”
1 Korintus 4:5 “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”
(4) Janji-janji kepada mereka yang menang. Ini menunjukkan pahala-pahala khusus bagi orang-orang percaya yang menang atas berbagai pencobaan dan ujian dari pada sekedar janji umum bagi seluruh orang percaya.
Wahyu 2:7 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.”
Wahyu 2:11 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.”
Wahyu 2:17 “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.”
Wahyu 2:26 “Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;”
(5) Janji tentang tanggung jawab dan kekuasaan atas milik Tuhan.
Matius 19:28 “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”
Matius 24:45-47 “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”
Matius 25:21, 23 “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu....... Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Lukas 19:17-19 “Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.”
Lukas 22:29-30 “Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”
Wahyu 2:26 “Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa.”
Analogi-Analogi Yang Patut Direnungkan
(1) Pesta Perjamuan. Dalam sebuah pesta, setiap orang yang diundang menyantap makanan dengan porsi yang berbeda-beda, namun setiap orang puas dan kenyang. Setelah mengalami pemuliaan, kita tak lagi memiliki sifat berdosa yang biasanya memproduksi perasaan dengki, atau iri, atau kemarahan, atau kepahitan, atau ketidakpuasan. Semua orang percaya akan diliputi perasaan kagum akan Allah dan keadaan kita yang telah mengalami pemuliaan.
(2) Seorang anak lelaki pada pertandingan baseball. Setiap anak lelaki yang menyenangi olah raga baseball mengidamkan untuk menjadi pemain dalam suatu turnamen baseball, dan ia tak akan iri atau marah apabila ia tidak menjadi bintang lapangan. Ia pasti akan merasa puas hanya dengan bisa masuk sebagai salah satu pemain dan ia akan senang dengan peran apa saja yang diberikan kepadanya.
(3) Acara wisuda. Semua wisudawan akan hadir dan diliputi perasaan bahagia karena dapat mengikuti penamatan. Namun ketika ijazah diberikan, mungkin ada dukacita yang dialami, namun dukacita itu akan dengan sendirinya tenggelam oleh sukacita yang menguasai acara itu.
(4) Karunia-karunia rohani kita. Pahala-pahala yang akan kita terima dapat disamakan dengan karunia-karunia rohani yang kita terima. Pahala-pahala itu akan dipandang lebih sebagai tanggung jawab atau sebagai kesempatan dari pada sekedar sebagai tanda penghargaan atau medali yang dikenakan kepada tentara yang telah berjasa. Ingatlah bahwa seluruh mahkota kita akan diserahkan di bawah kaki Kristus, karena hanya Dia yang berlayak menerimanya. Dalam Matius 25:21, 23 dan Lukas 19:17-19 menyatakan bahwa pahala itu bisa berupa kekuasaan atas banyak kota. Mungkin pula kekuasaan atas suatu kawasan di jagat raya ini. Semua orang percaya akan mendiami kerajaan millenium dan mewarisi kekekalan bersama dengan Tuhan. Sebagian akan memerintah dengan Dia, namun sebagian tidak karena kehilangan pahala.
Wahyu 4:10-11 “maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”
Matius 25:21-23 “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
Lukas 19:17-19 “Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.”
(5) Dalam Kitab Suci, jemaat Tuhan disebut sebagai imamat yang rajani. Ini mungkin menunjukkan tentang kekuasaan kita. Kita mungkin akan memerintah bersama Kristus atas suatu galaxi, benda angkasa di langit, dan yang pasti atas malaikat-malaikat, dan dunia.
1 Korintus 6:2-3 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari”
1 Korintus 4:8 “Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja. Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun turut menjadi raja dengan kamu.”
Tak diragukan bahwa kita akan memerintah atas sesuatu bagian dalam kerajaan millenium dan kerajaan kekal sebagaimana dinyatakan dalam Matius 25:21; Lukas 19:17-19 (lihat di atas).
Daniel 7:18, 22, 27 “sesudah itu orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-lamanya.… 22 sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang pemerintahan.… . 27 Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka.”
Istilah-Istilah Perjanjian Baru Yang Digunakan Untuk Mahkota
Stephanos
Ini adalah mahkota seorang pemenang, yang berbentuk kalung dari dedaunan yang dikenakan oleh Hakim pada Pengadilan Bema kepada seorang atlit yang menang. Istilah ini digunakan untuk mahkota yang dijanjikan bagi orang-orang percaya karena kesetiaan mereka dalam kehidupan Kristen.
Diadema
Ini adalah mahkota seorang raja. Istilah ini digunakan untuk ketujuh diadema yang dikenakan oleh Binatang dalam Wahyu 12:3 dan 13:1. Sebagai bukti bahwa Kristus adalah Raja di atas segala raja, Ia mengenakan diadema pada waktu kedatangan-Nya kembali ke dunia.
Wahyu 19:21 “Dan semua orang lain dibunuh dengan pedang, yang keluar dari mulut Penunggang kuda itu; dan semua burung kenyang oleh daging mereka.”
Tuhan Yesus adalah Pemenang, dan kemenangan kita sebenarnya adalah kemenangan-Nya yang kita peroleh melalui iman. Mahkota diberikan sebagai pahala atas kesetiaan kita dalam memanfaatkan anugerah Allah dan kemenangan Kristus dalam kehidupan kita. Mahkota-mahkota ini mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita agar tetap tinggal di dalam pokok anggur.
Pentingnya Mahkota
Mahkota Duri
Mahkota duri ini berbicara tentang karya Kristus di salib yang sekaligus mengartikan kemenangan-Nya atas dosa, Setan, dan maut.
Matius 27:29 “Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!”
Markus 15:17 “Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.”
Yohanes 19:2, 5, 2 “Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu; … 5 Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!”

Mahkota Yang Tidak Akan Binasa
Ini menjelaskan tentang sifat seluruh mahkota. Ini berbeda dengan mahkota-mahkota di dunia ini yang hanya bersifat sementara. Mahkota ini khusus diberikan bagi mereka setia dan tekun dalam perlombaan iman dan menunjukkan pengendalian diri dalam melayani Tuhan.
1 Korintus 9:25 “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”
Mahkota Kemegahan
Mahkota ini diberikan kepada mereka yang giat bersaksi dan melayani. Di satu sisi jemaat di Tesalonika merupakan mahkota Paulus, dan ketika menghadap Bema akan ada sukacita serta kebanggaan atas kehadiran mereka di surga.
1 Tesalonika 2:19 “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?”
Filipi 4:1 “Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!”
Namun apakah yang dimaksudkan Paulus ketika ia menyebut jemaat Tesalonika sebagai mahkotanya? Berdasarkan penggunaan istilah “mahkota” (stephanos, mahkota pemenang) dalam ayat-ayat lain, dan fakta bahwa orang-orang percaya akan meletakkan mahkota-mahkota mereka di hadapan Tuhan, Paulus mungkin memikirkan tentang sebuah mahkota pribadi yang ia akan terima karena keberhasilannya dalam mengantar orang kepada Kristus. Meskipun dalam ayat ini Paulus tidak mengatakan bahwa ia akan menerima mahkota, namun pemikiran ini tersirat dalam ayat ini dan juga dalam ayat-ayat lain. Meskipun mereka yang telah dihentarnya kepada Kristus mungkin belum hidup sesuai yang diinginkan Tuhan, namun menyaksikan keberadaan dan kehadiran mereka di surga membawa sukacita yang sangat besar.
Wahyu 4:10 “maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu,”
Mahkota Kehidupan
Mahkota ini diberikan kepada mereka yang sabar menanggung ujian (pencobaan) dan godaan (Yak. 1:12; Wah. 2:10). Mahkota yang dimaksud di sini bukan kehidupan kekal karena kehidupan kekal diberikan melalui iman kepada Kristus. Mahkota ini merupakan pahala yang mereka terima karena kesabaran dalam menanggung pencobaan dan kemenangan atas godaan.
Yakobus 1:12 “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”
Wahyu 2:10 “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Yohanes 4:10 “Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”
Roma 3:24 “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus;”
Roma 5:15-17 “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.”
Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Efesus 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,”
Mahkota Kebenaran
Mahkota ini merupakan pahala yang diberikan kepada mereka yang setia dan giat menggunakan karunia-karunia dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam melayani pekerjaan Tuhan. Dan juga mahkota ini diberikan kepada mereka yang merindukan kedatangan-Nya. Perhatikan bahwa kedua hal ini tak dapat dipisahkan. Merindukan kedatangan-Nya sama dengan hidup dalam terang kedatangan-Nya.
2 Timotius 4:8 “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”
Mahkota Kemuliaan
Mahkota kemuliaan dijanjikan kepada para penatua atas kesetiaan mereka dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab menggembalakan jemaat.
1 Petrus 5:4 “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.”
Peletakkan Mahkota-Mahkota
Oleh karena hanya Kristus yang berlayak dan karena kita hanya dapat berbuah apabila kita tinggal di dalam Dia dan membiarkan kehidupan-Nya mengisi kehidupan kita, maka setiap orang percaya akan meletakkan seluruh mahkotanya dihadapan Kristus sebagai pengakuan bahwa semua perbuatan dan pelayanan kita adalah karena kasih karunia-Nya semata.
Wahyu 4:10-11 “maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”
Banyak Mahkota (Diadema-Diadema)
Ini adalah mahkota-mahkota kerajaan yang menunjukkan Yesus Kristus sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan atas segala yang dipertuan, yang satu-satunya berlayak dan berhak memerintah dan menghakimi dunia.
Wahyu 19:12 “Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri.”
Kesimpulan
Bagian ini mengakhiri pelajaran kita tentang berbagai cara Allah dalam memberikan kita jaminan kepastian tentang pemeliharaan dan kasih-Nya yang sempurna. Kita telah mempelajari bahwa jaminan kepastian dari Allah ini mencakup masa lampau keselamatan kita, masa sekarang dengan berbagai jenis kebutuhan hidup kita – misalnya, perlindungan, pemeliharaan setiap hari, keampunan, kemenangan atas dosa, dan tuntunan melintasi badai-badai kehidupan. Namun tidak berhenti di sini saja karena dalam pelajaran terakhir ini kita telah belajar bahwa jaminan kepastian dari Allah ini juga menembusi kekekalan masa yang akan datang. Melalui pelajaran ini kita juga mendapatkan kepastian bahwa segala jerih payah kita tidak sia-sia di dalam Tuhan. Allah mempunyai program untuk memberikan pahala kepada orang-orang percaya yang setia dalam pelayanan-Nya dan menang karena iman kepada anugerah-Nya yang tak terbatas itu.
Tidaklah heran apabila penulis Ibrani menyebut keselamatan kita dalam Kristus sebagai “keselamatan yang sebesar” itu (Ibr. 2:3). Namun tepat pula apabila kita mengakhiri pelajaran ini dengan merenungkan peringatannya mengenai “keselamatan yang sebesar itu” yang telah kita peroleh. Ia mengatakan:
Ibrani 2:1-4 “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.”
Kitab Suci telah menyatakan mengenai umat Allah pada masa Perjanjian Lama bahwa mereka telah menerima pembalasan yang setimpal dari Allah karena ketidaktaatan mereka, namun janganlah kita berpikir bahwa sebagai umat masa Perjanjian Baru bahwa kita akan luput dari akibat-akibat seperti itu bila kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebegitu besar yang telah dikerjakan Kristus di atas salib bagi kita. Selain kita beroleh keselamatan, Allah juga memberikan kita kepastian kepastian mengenai pemeliharaanNya baik masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang. Sebagai abdi-abdi atau pelayan-pelayan yang baik dari berkat-berkat yang Allah, kita diberikan suatu tanggung jawab yang besar dan mulia untuk bertindak berdasarkan kehidupan baru yang telah kita terima dalam Kristus. Allah telah berkenan menjadikan kita resipien (penerima) keselamatan yang sebegitu besar itu.
Dalam kaitan dengan peringatan ini, Zane Hodges menjelaskan: “Apabila para pembaca tidak memandang kepada kemenangan akhir dan kelepasan yang telah dijanjikan yang adalah kemenangan akhir dari Anak Allah itu sendiri, mereka dapat mengharapkan pembalasan yang setimpal. Namun tentang sifat dari pembalasan itu tidak dijelaskan oleh penulis, namun agak sulit untuk mengatakan bahwa penulis berbicara tentang neraka dalam hal ini. Perkataan “kita” yang sering ditemukan dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa penulis pun memasukkan dirinya sendiri di antara mereka yang harus memperhatikan peringatan ini. Tentu saja “keselamatan” yang disebutkan dalam ayat ini sama dengan dalam 1:14, yang mengindikasikan keikutsertaan para pembaca dalam kemenangan Putra Allah, karena adanya sebutan Ia memiliki “teman-teman sekutu” (lihat 1:9). Tuhan Yesus Kristus sendiri, ketika berada di bumi, banyak berbicara tentang kerajaanNya yang akan datang dan keikutsertaan para pengikutNya yang setia dalam pemerintahanNya dalam kerajaan itu (lihat, misalnya, Lukas 12:31-32; 22:29-30). Namun pengalaman keselamatan ini, yang pertama diberitakan oleh Tuhan, juga diteguhkan melalui berbagai mujizat dan tanda ajaib yang dikerjakan oleh mereka yang mendengarkan-Nya, yaitu murid-muridNya yang pertama. Dalam membicarakan hal ini, penulis Ibrani menganggap mujizat-mujizat ini sebagai kuasa-kuasa Zaman yang akan datang (lihat Ibr. 6:5) dan, tak berbeda dengan orang-orang Kristen pertama dalam Kitab Kisah para Rasul, mereka melihat mujizat-mujizat ini sebagai pekerjaan dari Dia yang berkuasa yang telah naik dan duduk di sebelah kanan Allah (lihat “tanda-tanda,” atau “mujizat-mujizat” dalam Kisah 2:43; 4:30; 5:12; 6:8; 8:6, 13; 14:3; 15:12; juga lihat 2 Kor. 12:12). Bahwa penulis berpikir tentang “dunia yang akan datang” juga dijelaskan dalam Ibrani 2:5.
Pokok pembahasan di sini bukan mengenai hilangnya keselamatan, yang telah terjamin kekal dalam Kristus, melainkan penulis menyampaikan peringatan tentang kegagalan hidup oleh iman, kegagalan untuk ikut serta dalam kuasa dan kehidupan-Nya yang penuh kemuliaan, dan kegagalan dalam memandang kepada pahala-pahala kekal yang akan diterima dalam kerajaanNya yang akan datang.
Catatan:

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment