Kepastian Mengenai Jaminan Kekal
Pendahuluan
Meskipun orang percaya sudah
memperoleh kepastian mengenai keselamatannya dan tak meragukannya lagi,
pertanyaan yang masih muncul adalah mengenai ketetapan atau keabadian
keselamatannya. Setelah orang percaya itu beroleh keselamatan karena percaya
Kristus dan kematian-Nya di salib untuk menebus dosa-dosanya, dapatkah orang percaya itu kehilangan
keselamatannya? Adakah sesuatu yang kita lakukan yang berakibat
hilangnya keselamatan kita? Jawabannya adalah TIDAK! Mengapa? Karena Kitab Suci menegaskan bahwa dengan iman
kita dilindungi oleh kuasa Allah. Dengan iman kita telah dibawa masuk ke dalam
suatu hubungan kasih karunia dengan Allah, sebagai pemberian Allah melalui Anak-Nya.
Kita selamat berdasarkan kesaksian-Nya bukan kesaksian kita.
1 Petrus 1:5 : “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam ______________ Allah
karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk
dinyatakan pada zaman akhir.”
Efesus 1:6 : “Supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia,
yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Efesus 2:8-9 : “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Ketujuh pendekatan berikut ini
membahas mengenai jaminan kekal orang percaya. Keselamatan itu tak akan hilang
karena terjamin oleh kuasa Allah yang melindunginya dan kesempurnaan Pribadi
dan karya Kristus bagi kita.
1. Pendekatan Trinitas
Argumentasi pertama mengenai
jaminan kekal keselamatan orang percaya berlandaskan peran ketiga pribadi dalam
Trinitas yang melindungi sehingga kita tetap aman di dalam Kristus.
· Peran Anak
Roma 8:31-39 : “...Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan
melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang
menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan
segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan
menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah
yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi:
yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi
Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan,
atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami
ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba
sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang
yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik
maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik
yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun
sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang
ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Pernyataan dalam Roma 8:34, “Kristus Yesus, yang telah mati”
diberikan sebagai jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan dalam ayat 31-33, dan
juga mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan serta pernyataan-pernyataan dalam
ayat 35-39. Namun tujuan dari ayat 34 adalah untuk menunjukkan terjaminnya
keselamatan kekal orang percaya. Ada dua alasan yang dikemukakan yang berkaitan
dengan Kristus, Allah Anak:
Kristus Mati sebagai Penebus dan
Pengganti kita
Melalui kematian Kristus, tirai
yang memisahkan manusia dari Allah dihilangkan. Dosa manusia dan kesucian Allah
yang telah memisahkannya dari Allah telah dibereskan di atas salib sehingga
Allah menyatakan kita benar melalui iman kepada Yesus Kristus. Kebenaran yang
sama ini juga ditegaskan dalam beberapa ayat berikut.
Roma 3:23-28 : “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena
iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya,
karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa
kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini,
supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada
Yesus. Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan
apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami
yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum
Taurat.”
Roma 5:1,8 : “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita
hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
… Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus
telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Kitab Ibrani mengemukakan bahwa
kematian Kristus merupakan satu-satunya pengorbanan yang berkenan yang dilaksanakan
hanya sekali untuk selama-lamanya.
Ibrani 9:11-14 : “Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar
untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih
besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya
yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya
ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah
anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah
mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu
jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga
mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh
yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai
persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”
Ibrani 9:26-28 : “Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang
menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya ______________
saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh
korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali
saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja
mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan
menyatakan diri-Nya sekali lagi __________________ menanggung dosa untuk
menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Ibrani 10:12-14 : “Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu
korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,
dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan
dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh __________________ saja Ia telah menyempurnakan
untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.”
Kristus Bangkit dan Duduk di sebelah Kanan Allah
Argumentasi kedua dalam Roma 8:34 adalah mengenai
kebangkitan dan kedudukan Kristus di sebelah kanan Allah Bapa. Ia duduk di
sebelah kanan Allah sebagai perantara dan pembela kita ketika kita berbuat dosa
atau dituduh berbuat dosa, dan Ia mendoakan kita. Semunya ini dilakukan-Nya
bagi kita berdasarkan karya-Nya di atas salib untuk mendamaikan kita dengan Allah.
Wahyu 12:10 : “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga
berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah
kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah
pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan
Allah kita.”
Roma 5:10-11 : “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang
sekarang telah diperdamaikan, pasti akan ________________ oleh hidup-Nya! Dan
bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan
kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.”
Ibrani 7:25 :
“Karena itu Ia sanggup juga
menyelamatkan dengan ______________ semua orang yang oleh Dia datang kepada
Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.”
Yohanes 17:11 : “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi
mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus,
peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”
· Peran Bapa
Karena tuntutan kesucian-Nya telah
terpenuhi lewat kematian Anak-Nya, maka perlindungan Allah terhadap keselamatan
kita terjamin berdasarkan:
Tujuan dan rencana-Nya yang kekal
Keselamatan itu adalah pekerjaan
Allah semata. Tak ada sesuatu, termasuk dosa kita, yang dapat menggagalkan
tujuan dan rencana Allah yang kekal yang telah merancang penyelamatan kita
berdasarkan kasih karunia-Nya melalui iman kepada Kristus, Anak-Nya. Oleh
karena tuntutan kesucian-Nya telah terpenuhi melalui kematian Kristus maka Ia
membenarkan setiap orang yang telah
menerima dan berimankan Kristus, Anak-Nya itu.
Efesus 1:3-6 : “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani
di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah ___________ kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan ________________ di hadapan-Nya. Dalam kasih
Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih
karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang
dikasihi-Nya.”
Kasih-Nya terhadap Anak-Nya
Keselamatan kita juga terjamin dan
aman melalui Pribadi Anak-Nya dan karya-Nya yang sempurna untuk penebusan
dosa-dosa kita. Setiap orang yang telah percaya kepada-Nya berada “di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” suatu
tempat di mana kasih Allah berdiam, sehingga tak ada sesuatupun yang dapat memisahkan
kita lagi dari kasih Allah itu (lih. Ef
1:3-6).
Roma 8:39 : “... kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang
di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari
kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Yohanes 17:11 : “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi
mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus,
peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”
Pekerjaan-Nya dalam Mendisiplin Kita
Peran Allah dalam mendisiplin kita
ketika kita berbuat dosa membuktikan bahwa kita tetap menjadi anak-Nya. Ketika
kita jatuh ke dalam dosa Ia tidak membuang kita melainkan Ia akan mendisplin
kita.
Ibrani 12:5-11 : “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang
berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah
anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau
diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah
orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran;
Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak
dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus
diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka
kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala
roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang
pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita
untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang
tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi
dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai
kepada mereka yang dilatih olehnya.”
1 Korintus 5:1-5 :
“Memang orang mendengar,
bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti
yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun
demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan
orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu? Sebab aku, sekalipun
secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku--sama seperti aku
hadir--telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang
semacam itu. Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku,
dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan
Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada
hari Tuhan.”
1 Korintus 11:30-32 :
“Sebab itu banyak di antara
kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji
diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima
hukuman dari Tuhan, kita _______________, supaya kita tidak akan dihukum
bersama-sama dengan dunia.”
Dosa tidak dapat
mengubah atau membatalkan hubungan kita dengan Allah sebagai anak-anak-Nya.
Namun perbuatan dosa itu pasti akan berpengaruh terhadap persekutuan kita
dengan Dia, keakraban kita dengan Dia, pelayanan kita kepada-Nya dan mahkota
yang kita akan terima dalam kerajaan-Nya di masa yang akan datang.
1 Korintus 3:12-15 :
“Entahkah orang membangun di
atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau
jerami, sekali kelak pekerjaan
masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia
akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji
oleh api itu. Jika pekerjaan yang
dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya
terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan,
tetapi seperti dari dalam api.”
Kuasa-Nya
Tak ada sesuatu atau seorangpun
yang lebih besar dan lebih berkuasa dari Allah Bapa. Ini pula berarti tak ada
sesuatu dan seorangpun yang dapat menggagalkan tujuan Allah dalam menyelamatkan
kita atau dapat mengeluarkan kita dari lingkup kasih dan pemeliharaan-Nya (lih.
Rm 8:31-39).
1 Petrus 1:5: ”Yaitu
kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu
menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”
Yudas 24: “Bagi
Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu
dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.”
2 Korintus 5:17-19: “Jadi siapa yang ada ________________ Kristus, ia adalah
ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan
semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita
dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada
kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian
itu kepada kami.”
· Peran Roh Kudus
Pekerjaan-Nya dalam Membaptiskan Kita dengan Roh
Baptisan Roh Kudus adalah pekerjaan
Roh Kudus yang bertujuan mempersatukan kita ke dalam tubuh Kristus dan
pekerjaan Kristus. Ini juga berarti, apabila orang percaya kehilangan
keselamatan berarti tubuh Kristus itu menjadi cacat. Tentu saja ini tidak
sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Kepada jemaat Korintus yang karnal (duniawi), karena diwarnai dengan
berbagai perselisihan, dengki, percabulan, dan mabuk, Paulus menyatakan, “bukankah
hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara
manusiawi?” (1 Kor. 3:3). Namun Paulus tak meragukan keselamatan
mereka dan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan mereka.
1 Korintus 12:12-13 :
“Karena sama seperti tubuh
itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun
banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita
semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka,
telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.”
1 Korintus 3:1 :
“Dan aku, saudara-saudara,
pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani,
tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.”
1 Korintus 1:2 :
“Kepada jemaat Allah di
Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil
menjadi ____________________________, dengan semua orang di segala tempat, yang
berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan
kita.”
1 Korintus 6:19-20 :
“Atau tidak tahukah kamu,
bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang
kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan
tubuhmu!”
Pekerjaan-Nya dalam Kelahiran Baru
Peristiwa kelahiran baru merupakan
pemberian kehidupan kekal, yang menjadikan orang percaya sebagai ciptaan baru
dalam Kristus. Ini tak pernah akan berubah atau menjadi batal. Pertama, karena ini didasarkan pada
pekerjaan Kristus, Anak Allah, bukan pada usaha atau pekerjaan kita. Dan kedua, sebagaimana kelahiran jasmani menjadikan
kita anak dari orang tua kita sekali untuk selama-lamanya, demikian pula dengan
kelahiran rohani.
2 Korintus 5:17 :
“Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang
baru sudah datang.”
Titus 3:5-7 :
“Pada waktu itu Dia telah
menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi
karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang
dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah
dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita,
sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup
yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.”
Yohanes 3:3-8 : “Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak ____________________ ia tidak dapat
melihat Kerajaan Allah." Kata
Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia
sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan
lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang
tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan
Allah. Apa yang dilahirkan dari daging,
adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau
heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup
ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari
mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang
yang lahir dari Roh."
Yohanes 3:16-18 : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan
untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan
dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia
tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Allah tidak membuang anak-anak-Nya
yang tidak taat melainkan Ia mendisiplin anak-anak-Nya yang berbuat dosa. Bisa
saja disiplin-Nya itu berbentuk kematian jasmani, namun orang percaya yang
dikenai disiplin itu tetap sebagai anak-Nya (lihl. Ibr 12:5-12).
Pekerjaan-Nya dalam Mendiami Orang Percaya
Pekerjaan Roh Kudus yang mendiami
orang percaya sebagaimana telah dijanjikan Kristus itu bersifat permanen. Roh
Kudus diberikan kepada kita untuk selama-lamanya dan diberikan tanpa syarat
lain kecuali percaya kepada Kristus.
Yohanes 7:37-39 : “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak
perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia
datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang
dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air
hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”
Yohanes 14:16 : “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu
selama-lamanya.”
1 Korintus 6:19 : “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah
bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,
-- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Yakobus 4:5 : “Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa
alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita,
diingini-Nya dengan cemburu!"
Roh Kudus sebagai Meterai
Meterai merupakan gambaran mengenai
peran Roh Kudus yang datang untuk mendiami orang percaya. Fungsi meterai pada
masa itu merupakan lambang atau bukti: (a) pengesahan sesuatu transaksi, yakni
keselamatan kita, (b) kepemilikan sah, bahwa kita telah menjadi milik Allah,
dan (c) jaminan sah, bahwa hanya yang memiliki kewenangan yang dapat
membatalkan sesuatu yang telah dimeteraikan. Dalam hal ini yang memiliki
kewenangan itu tak lain adalah Allah. Namun Ia telah berjanji untuk tidak akan
melakukan-Nya.
Efesus 4:30 : “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,
yang telah ___________________ kamu menjelang hari penyelamatan.”
2 Korintus 1:22 : “...memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di
dalam hati kita sebagai ________________ dari semua yang telah disediakan untuk
kita.”
Karena itu Paulus menyatakan bahwa
orang-orang percaya di Korintus yang karnal
(duniawi) sekalipun telah menjadi milik Allah berdasarkan transaksi keselamatan
yang telah dikerjakan-Nya di dalam Kristus untuk mereka.
1 Korintus 6:19-20 :
“Atau tidak tahukah kamu,
bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang
kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan
tubuhmu!”
Roh Kudus sebagai Jaminan
Seperti halnya uang muka / uang jaminan
yang dibayarkan oleh pembeli dalam sebuah transaksi pembelian rumah. Uang muka
ini menjadi jaminan akan diadakannya pembayaran penuh oleh sang pembeli pada
waktu yang telah ditetapkan. Demikian pula dengan pemberian Roh Kudus kepada
orang percaya oleh Allah. Pemberian Roh Kudus-Nya itu menjadi jaminan dari Allah
tentang pemenuhan janji-janji-Nya di masa yang akan datang. Yakni bahwa kita
pada akhirnya akan menerima segala berkat yang terkait dengan keselamatan itu.
Istilah “jaminan” dalam
ayat-ayat berikut ini menunjuk kepada kepastian pemenuhan janji dalam sesuatu
transaksi.
Efesus 1:14 : “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
2 Korintus 1:22 : “...memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di
dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.”
2. Pendekatan Posisional
Baptisan Roh Kudus berfungsi
mempersatukan orang percaya dengan Kristus. Hal ini merupakan posisi rohani
baru yang diterima oleh setiap orang percaya. Perkataan seperti “di dalam Kristus”, “di dalam Dia, yang dikasihi-Nya”
digunakan berulang kali dalam surat-surat Paulus, menunjuk kepada konsep
pemikiran bahwa kita telah diselamatkan dan
diterima oleh Allah berdasarkan posisi kita atau persatuan
kita dengan Kristus.
Efesus 1:3 : “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani
di dalam sorga.”
Efesus 1:6: “...supaya
terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di
dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Efesus 2:5-6: “...telah
menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam
Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat
bersama-sama dengan Dia di sorga.”
Kolose 2:10: “...dan
kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.”
2 Timotius 2:11-13: “Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup
dengan Dia; jika kita bertekun,
kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia
tidak dapat menyangkal diri-Nya."
Kolose
3:3-4: “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama
dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita,
menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam
kemuliaan.”
3. Pendekatan Logika
Apabila sebelum kita bertobat,
Allah telah melakukan hal yang sedemikian besar bagi kita ketika kita masih
sebagai orang-orang berdosa yang terpisah dari Dia, ketika kita masih sebagai
musuh Allah, apalagi sekarang ini ketika kita telah diperdamaikan dan
dipersatukan dengan Dia, yang telah dibenarkan di dalam Kristus pasti Ia akan
melakukan hal-hal yang lebih besar dan lebih banyak lagi bagi kita yang telah
menjadi anak-anak-Nya.
Roma 5:8-10: “Akan
tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh
darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita,
ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya,
lebih-lebih kita, yang sekarang telah
diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh
hidup-Nya!”
Roma 8:32: “Ia,
yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita
semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita
bersama-sama dengan Dia?”
4. Pendekatan Tangan Allah
Ada janji khusus yang amat indah
dari Tuhan yakni bahwa tidak seorangpun
dapat merebut atau merampas kita dari tangan Allah. Kitab Suci
menyatakan bahwa kita sekarang berada dalam genggaman tangan Allah yang penuh
kuasa. Di dalam tangan Allah merupakan tempat yang paling aman karena Ia lebih
besar dan lebih berkuasa dari siapapun di dunia ini.
Yohanes 10:28-29: “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut
mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih
besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”
5. Pendekatan Tata Bahasa
Penggunaan bentuk waktu lampau (perfect tense) dalam beberapa ayat dalam
Perjanjian Baru juga menunjukkan terjaminnya dan amannya keselamatan orang
percaya. Makna dari bentuk waktu lampau (perfect
tense) dalam bahasa Yunani ditambah dengan konteks dan analogi yang
digunakan dalam Kitab Suci juga merupakan argumentasi mengenai terjaminnya
keselamatan orang percaya. Bentuk lampau dari kata kerja (perfect tense) menunjukkan suatu tindakan atau peristiwa yang telah selesai dikerjakan
pada masa lampau, namun efek dari tindakan-Nya itu berpengaruh pada masa
sekarang, yakni pada saat pembicara mengucapkannya. Jadi hal ini
ada kaitannya dengan keadaan sekarang. Kata kerja dalam ayat-ayat berikut yang
menggunakan bentuk lampau (perfect tense)
menegaskan terjaminnya keselamatan orang percaya.
Yohanes 5:24: “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa _________________ perkataan-Ku dan
percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak
turut dihukum, sebab ia sudah ______________ dari dalam maut ke dalam hidup.”
Roma 5:2: “Oleh
Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam
kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan
menerima kemuliaan Allah.”
1 Korintus 1:2: “Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam
Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang
di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu
Tuhan mereka dan Tuhan kita.”
Efesus 2:8: “Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah.”
6. Pendekatan Kasih Karunia
Perjanjian Baru jelas menyatakan
bahwa kita diselamatkan karena
kasih karunia melalui iman, dan keselamatan bukanlah hasil pekerjaan atau perbuatan
amal kita. Namun andaikata setelah kita percaya kepada Kristus dan menerima
karya-Nya, lalu kita kehilangan keselamatan akibat sesuatu perbuatan yang kita
lakukan atau tidak lakukan, maka itu sama dengan mengatakan bahwa kita
diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan kita. Tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan ajaran
Perjanjian Baru (lih. Rm 4:1-5; 11:6).
Efesus 2:8-9 : “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh
iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Titus 3:5 : “...pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita,
bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya
oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh
Kudus.”
7. Pendekatan Mengenai Dosa Apa?
Pendekatan yang dimaksudkan di sini
adalah mengenai pertanyaan, dosa apa yang
dapat menyebabkan seseorang kehilangan keselamatannya? Setiap dosa pasti
tidak mencapai sasaran kekudusan Allah yang sempurna yang telah ditetapkan-Nya.
Terlepas dari tingkat kedewasaan rohani atau hubungan seseorang dengan Tuhan,
tak ada yang sempurna menurut ukuran Allah. Kita semua, tanpa kecuali, sadar
atau tidak, pasti ada kekurangan dan kelemahan (istilah-istilah yang
digunakan manusia untuk memperhalus dosa). Dan setiap dosa, besar atau kecil,
menurut definisi Kitab Suci, tidak mencapai sasaran kemuliaan Allah. “Jika kita berkata, bahwa
kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada
di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita
membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.” (1
Yohanes 1:8-10)
Jika demikian, di mana kita harus
menarik garisnya? Dengan kata lain, dosa apa yang menghilangkan keselamatan dan
dosa apa yang tidak menghilangkan keselamatan? Mereka yang berpendapat bahwa
orang percaya dapat kehilangan keselamatan cenderung memilah-milah dosa,
seolah-olah Allah membiarkan dosa-dosa yang satu dan menghukum dosa-dosa yang
lain. Akhirnya yang dipermasalahkan adalah mengenai tingkat dosa, sehingga
pertanyaan yang muncul adalah dosa yang bagaimana yang menyebabkan seseorang
kehilangan keselamatan? Manusia sering membeda-bedakan dosa menurut
tingkatannya, namun pembedaan itu sama sekali tidak sesuai dengan cara pandang
Allah mengenai dosa. Bagi Allah
dosa, besar atau kecil, tetap dosa.
Amsal 6:16-19 : “Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan,
tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta,
tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat
rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang
saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran
saudara.”
Ayat-ayat Problematik
Bagaimana dengan ayat-ayat yang
sering dianggap mengajarkan mengenai kehilangan keselamatan? Pelajaran ini tak
bermaksud membahas semua ayat-ayat itu. Namun bila dicermati dengan saksama,
dengan memperhatikan konteks dekat maupun konteks seluruh Perjanjian Baru, dan
memperhatikan analogi iman, sesungguhnya tak ada dari ayat-ayat itu yang mengajarkan bahwa orang percaya dapat
kehilangan keselamatan.
Analogi Iman
Analogi iman merupakan prinsip hermeneutika (ilmu penafsiran) yang
mengajarkan bahwa ayat-ayat yang
kurang jelas harus diartikan berdasarkan ayat-ayat yang jelas, bukan
sebaliknya. Mereka yang mempercayai keselamatan bisa hilang, atau yang
mengajarkan keselamatan ke-Tuhanan (Lordsship
salvation), telah mengabaikan prinsip ini.
Ada dua cara mereka mengabaikan
prinsip ini :
(1)
Mereka mendasarkan pemahaman akan Injil pada ayat-ayat yang kurang jelas,
bukannya kepada ayat-ayat jelas yang jumlahnya sangat banyak.
(2)
Mereka tidak mau menggunakan prinsip-prinsip penafsiran yang benar terhadap
ayat-ayat yang jelas dengan mengartikannya menurut pandangan keliru tentang
ayat-ayat yang tak jelas atau sulit.
Kategori-kategori Ayat-Ayat Sulit
Ayat-ayat problematik (ayat-ayat
yang dianggap mengajarkan bahwa orang-orang percaya bisa kehilangan
keselamatan, atau yang dianggap mengajarkan bahwa orang-orang seperti itu sama
sekali belum selamat atau dianggap mengajarkan bahwa orang percaya tak boleh
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu) sebenarnya dapat dikategorikan pada
salah satu kategori di bawah ini. Juga sebenarnya ayat-ayat itu sama sekali
tidak bersangkut paut dengan keselamatan kekal:
(1)
Ayat-ayat yang berkaitan dengan Bema (Takhta
Pengadilan Kristus) yang memperingatkan orang percaya mengenai kemungkinan
kehilangan pahala, bukan kehilangan keselamatan.
1 Korintus 3:12-15 :
“Entahkah orang membangun di
atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau
jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari
Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan
masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.
Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan
diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”
1 Korintus 9:25-27 :
“Tiap-tiap orang yang turut
mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka
berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk
memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan
dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku
dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang
lain, jangan aku sendiri ditolak.”
(2)
Ayat-ayat yang memperingatkan tentang dahsyatnya disiplin dari Allah terhadap
orang-orang yang melalaikan kasih karunia Allah.
1 Korintus 3:16-17 :
“Tidak tahukah kamu, bahwa
kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang
yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait
Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”
Ibrani 6:1-6 :
“Sebab itu marilah kita
tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada
perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan
dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan,
penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal. Dan itulah
yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya. Sebab mereka yang pernah
diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah
mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah
dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak
mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka
menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.”
Ibrani 10:23-31 :
“Marilah kita teguh berpegang
pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih
dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat. Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh
pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa
itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang
dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang
menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua
atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas
dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian
yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? Sebab kita mengenal
Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya." Ngeri
benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.”
(3)
Ayat-ayat yang menggambarkan perilaku anak-anak Allah, yang seharusnya mewarnai
kehidupan anak-anak Allah. Termasuk di dalamnya adalah ayat-ayat yang
menggambarkan sifat dan kondisi orang-orang yang tidak percaya sebagai pendorong
untuk mengejar kesalehan atau kekudusan dan menjalani kehidupan sesuai dengan
posisi kita di dalam Kristus. Ayat-ayat ini tidak mengancam hilangnya
keselamatan dan juga tidak mengajak kita untuk meragukan atau mempertanyakan
keselamatan kita, melainkan mengajak kita untuk hidup sebagaimana layaknya
orang-orang yang berada di dalam Kristus. Misalnya, bandingkan dengan Efesus
5:1-12.
“Sebab itu jadilah
penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam
kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
Allah. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut
sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono--karena
hal-hal ini tidak pantas--tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah
ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya
penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.
Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal
yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan
mereka. Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang
di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang
hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan
kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan
kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah
perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka
di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan.”
Argumentasi 1 Yohanes 3:6-10
“Karena itu setiap orang yang
tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap
berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia. Anak-anakku, janganlah
membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran
adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar; barangsiapa yang tetap berbuat
dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah
Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan
perbuatan-perbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat
dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat
dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak
Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah,
demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.”
Konteks I Yohanes 3:6 berbicara
tentang alasan mengapa orang-orang percaya tidak boleh berbuat dosa. Yohanes
mengemukakan beberapa alasan namun tidak mempersoalkan keselamatan orang percaya
melainkan memotivasi atau mendorong orang-orang percaya agar berjalan dalam
terang. Namun pertanyaan yang muncul adalah apakah 1 Yohanes 3:6b
mengindikasikan bahwa orang yang di dalam Dia, orang beriman kepada Kristus,
tak pernah akan berbuat dosa lagi? Pemikiran ini seperti ini tentu saja
bertentangan dengan 1 Yohanes 1:8 dan 10 dan 5:16. Sebagai manusia yang lemah
dan tidak sempurna tentu saja orang percaya pun tak lepas dari perbuatan dosa.
Jika demikian apa maksud Yohanes dalam ayat ini?
Sebagai ilustrasi, andaikata
seorang anak mencuri permen di sebuah supermarket. Kemudian ibunya mendapatinya
berbuat hal itu, lalu ia mengatakan kepada anaknya, “anggota keluarga kita
tidak biasa mencuri, ngerti?” Masuk akalkah ucapan ibu itu? Namun ternyata
anaknya sebagai salah satu anggota keluarga telah melakukan perbuatan itu. Apa
sebenarnya maksud ibu itu? Maksudnya ialah bahwa mencuri adalah perbuatan yang
bertentangan dengan standard moral yang berlaku dalam keluarga, karena itu anak
itu harus menyadarinya dan tidak boleh melakukan perbuatan seperti itu. Ibu itu
tidak mengatakan bahwa ia telah berkeliling dan menanyakan satu per satu anggota
keluarganya dan mendapati bahwa tak seorangpun dari mereka yang pernah mencuri.
Tidak! Namun yang ia ingin tunjukkan dalam kasus ini adalah mengenai standard moral yang berlaku dalam
keluarga mereka sebagai dorongan atau motivasi bagi anaknya.
Yohanes mengemukakan hal yang sama.
Inilah standardnya, sebagai anggota keluarga Allah, kita tidak berbuat dosa,
dan kita harus ingat akan standard ini. Ia tidak menyangkal fakta bahwa
orang-orang percaya masih berbuat dosa atau bisa jatuh ke dalam dosa. Untuk
lebih memperjelas kebenaran ini maka ayat ini diikuti dengan beberapa alasan
dan ilustrasi mengenai dosa yang terjadi di dalam kehidupan orang-orang
percaya.
Motivasi atau dorongan lain yang
dikemukakan Yohanes terdapat dalam ayat 9: “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa
lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa,
karena ia lahir dari Allah.” Ayat ini tidak berarti bahwa orang-orang percaya tidak
dapat berbuat dosa lagi. Pemikiran ini sekali lagi bertentangan dengan
ayat-ayat di atas tadi.
Ada yang mengartikan ayat ini bahwa
Yohanes bermaksud mengatakan bahwa orang-orang Kristen tak dapat berbuat dosa
atau tidak biasa berbuat dosa. Apakah ini yang dimaksudkan Yohanes? Pengertian
“berbuat” sebagai kebiasaan (present
tense) merupakan pengertian yang keliru. Apabila ini yang dimaksudkan
Yohanes, maka bagaimana istilah Yunani prass,
yang digunakan Yohanes dalam ayat-ayat berikut ini.
Yohanes 3:20: “Sebab
barangsiapa berbuat jahat (prasso),
membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya
yang jahat itu tidak nampak.”
Yohanes 5:29: “...dan
mereka yang telah berbuat baik akan
keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat (prasso) akan bangkit untuk
dihukum.”
Kalau begitu apa yang dimaksud Yohanes
dalam ayat ini? Istilah “tidak
dapat berbuat dosa” tidak berarti tak mampu berbuat
(melakukan). Perkataan ini dapat juga berarti tidak
mau. Ayat-ayat lain dalam Perjanjian Baru berikut ini menjelaskannya:
Lukas 11:5-7: “Lalu
kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam
pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah
kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan
singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya;
masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu
sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun
dan memberikannya kepada saudara.”
Lukas 14:20: “Yang
lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.”
Markus 1:45: “Tetapi
orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana,
sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal
di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya
dari segala penjuru.”
Markus 6:3-5 : “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara
Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang
perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka
Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali
di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia
tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa
orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.”
1 Korintus 10:21: “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat.
Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan
roh-roh jahat.”
I Yohanes 3 bermaksud menyatakan
bahwa kita tidak mau berbuat dosa
lagi karena kita telah lahir dari Allah dan memiliki sifat Allah. Ini
pulalah arti yang terdapat dalam Roma 6:1-10 yang ditulis setelah Paulus
menulis 5:20-21.
Sebagai contoh, andaikata dokter
memberitahu seorang perokok yang telah terkena gangguan tenggorokan, “Anda tidak dapat merokok lagi.” Ini bukan berarti orang itu tak
dapat merokok lagi melainkan ia tidak
mau merokok lagi karena merokok itu akan mengakibatkan gangguan yang lebih
parah terhadap kesehatannya.
Jelas terlihat dalam kehidupan Raja
Daud, yang dijuluki orang yang sangat dekat dengan Allah, bahwa orang percaya masih dapat jatuh atau terjerumus ke dalam
dosa untuk jangka waktu yang lama. Demikian pula orang-orang percaya di dalam Kristus pun
(dengan segala hal yang mereka telah miliki di dalam Kristus), yang hidup dalam
dosa sehingga perilaku hidupnya menyerupai orang-orang yang tidak percaya,
perilaku seperti ini merupakan hal yang aneh dan tidak masuk akal lagi karena
bertentangan dengan posisinya yang sebenarnya di dalam Kristus. Hidup dalam dosa bagi orang percaya akan membawa
konsekuensi yang dahsyat, bahkan bisa membawanya kepada perbuatan dosa yang
mendatangkan maut, sebagai bentuk disiplin Allah untuk menghentikannya dari berbuat
dosa terus menerus.
1 Korintus 11:27-32: “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti
atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu
hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan
roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa
mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di
antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita
menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita
menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum
bersama-sama dengan dunia.”
1 Yohanes 5:16-17: “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak
mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan
hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut.
Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus
berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan
maut.”
Konsekuensi Hidup dalam Dosa
Ayat-ayat kunci:
Mazmur 66:18: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”
Mazmur 32:3-4: “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh
sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering,
seperti oleh teriknya musim panas.”
1 Yohanes 1:6: “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita
hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.”
(1) Kehilangan persekutuan dengan Tuhan plus kehilangan kontrol Roh Kudus
dan buah Roh dalam kehidupannya (lihat 1 Yoh. 1:5-7).
Dosa selalu mendukakan dan
memadamkan Roh (Ef 4:30; 1 Tes 5:19). Dosa juga akan mempengaruhi kehidupan doa
kita (Mzm 66:18), kesaksian kita (Kisah 1:8), semangat mempelajari Firman Allah
(1 Kor 2:10-16; Ef 3:16 dst.). Semua hal ini merupakan pelayanan Roh Kudus
dalam kehidupan orang percaya. Jika
orang percaya berbuat dosa terus maka pelayanan Roh Kudus pada akhirnya akan
berubah dari pelayanan yang memberdayakan menjadi pelayanan menginsafkan.
1 Yohanes 1:5-7: “Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami
sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak
ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia,
namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan
kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam
terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah
Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”
Efesus 4:30: “Dan
janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu
menjelang hari penyelamatan.”
1 Tesalonika 5:19: “Janganlah padamkan Roh.”
Mazmur 66:18: “Seandainya
ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.”
Kisah 1:8: “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi."
1 Korintus 2:10-16: “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh,
sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam
diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di
dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian
pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain
Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah,
supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami
menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata
tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami
oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa
yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan
ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.
Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai
oleh orang lain. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga
ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.
Efesus 3:16-19: “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan
kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam
hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu
bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan
panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih
itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu
dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”
(2) Kekecewaan, kehilangan sukacita, karena kita dikendalikan oleh sifat
lama (dosa).
Mazmur 32:3-4: “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh
sepanjang hari; sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku
menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.”
(3) Menyia-nyiakan sumber-sumber spiritual, mental, dan fisikal.
Efesus 5:18: “Dan
janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah
kamu penuh dengan Roh.”
(4) Munculnya dan meningkatnya perbuatan-perbuatan daging dengan segala
akibatnya yang dahsyat.
Galatia 5:19-21: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti
yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia
tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Galatia 5:26: “dan
janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling
mendengki.”
(5) Disiplin ilahi, ganjaran Allah ditimpakan untuk menyadarkan kita.
Ibrani 12:5-10: “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti
kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan
janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar
orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai
anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu
seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi,
jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah
anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita
beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus
lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka
mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap
baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian
dalam kekudusan-Nya.”
1 Korintus 11:29-32: “Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh
Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu
yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri
kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman
dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan
dunia.”
Mazmur 32:4: “Sebab
siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering,
seperti oleh teriknya musim panas.”
(6) Hubungan-hubungan yang rusak dengan segala efek negatifnya terhadap
orang-orang di sekitar kita, khususnya keluarga kita.
Galatia 5:15: “Tetapi
jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu
saling membinasakan.”
Ibrani 12:15: “Jagalah
supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar
jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan
banyak orang.”
(7) Pudarnya kesaksian kepada dunia dan perbuatan-perbuatan yang
mempermalukan Tuhan.
1 Petrus 2:12-15: “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan
Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka
dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada
hari Ia melawat mereka. Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia,
baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada
wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan
menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya
dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.”
1 Petrus 3:15-17: “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap
orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada
padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani
yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam
Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Sebab lebih baik menderita
karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena
berbuat jahat.”
1 Petrus 4:15-16: “Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri
atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen,
maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama
Kristus itu.”
(8) Kehilangan pahala ketika menghadap Bema (Takhta Pengadilan Kristus).
1 Korintus 3:12-15: “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas,
perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan
masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia
akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji
oleh api itu. Jika pekerjaan yang
dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya
terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan,
tetapi seperti dari dalam api.”
2 Korintus 5:10: “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap
orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya
dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Konsekuensi-konsekuensi Lain
Selain akibat-akibat yang telah
disebutkan di atas adalah:
(1) Penimpaan disiplin Allah yang menjadi semakin dahsyat.
Mazmur 32:4: “Sebab
siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering,
seperti oleh teriknya musim panas.”
Ibrani 12:6: “...karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya
sebagai anak."
(2) Terus hidup dalam dosa dapat menyebabkan gereja mengambil tindakan
pemecatan dari persekutuan jemaat (1 Kor. 5).
2 Tesalonika 3:6-15: “Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam
nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang
tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu
terima dari kami. Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti
teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan
roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam,
supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. Bukan karena kami
tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan
bagi kamu, supaya kamu ikuti. Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu,
kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja,
janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak
tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak
berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan
Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan
demikian makan makanannya sendiri. Dan kamu, saudara-saudara, janganlah
jemu-jemu berbuat apa yang baik. Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa
yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia,
supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi
tegorlah dia sebagai seorang saudara.”
Matius 18:17: “Jika
ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika
ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang
tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”
(3) Displin yang ditimpakan Allah pada akhirnya bisa berbentuk kematian
jasmani.
1 Korintus 11:30: “Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit
yang meninggal.”
1 Yohanes 5:16: “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak
mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan
hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu
tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa.”
Memang keselamatan orang-orang
percaya aman dan terjamin dalam Kristus dan orang percaya tak akan kehilangan
keselamatan, yang telah dikerjakan oleh Kristus, Juruselamat kita, yang
sekarang duduk dalam kemuliaan di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Pembela
kita. Namun realita kehidupan dan Kitab Suci menyatakan dengan jelas bahwa
apabila orang percaya tidak tinggal dalam persekutuan dan tidak menyelesaikan
dosa dalam kehidupannya, ia dapat saja terjerumus ke dalam keadaan berdosa yang
semakin dalam dan dahsyat sebagaimana dialami Daud. Keadaan seperti ini dapat
terjadi mungkin saja karena ia sebenarnya belum benar-benar diselamatkan, namun
penyebab utama yang sering terjadi adalah karena kegagalan orang percaya untuk
tinggal dalam lingkup kehidupan dan kuasa Roh Allah.
Harapan kami kiranya pelajaran
mengenai terjaminnya keselamatan orang percaya ini akan menolong orang percaya
yang sedang berada dalam permasalahan ini. Tujuan pelajaran tentang jaminan
keselamatan ini adalah agar setiap orang percaya beroleh kepastian keselamatan.
Dan berbekal kepastian ini akan memotivasinya kepada suatu kehidupan yang
saleh, menjauhi dosa, dan terhindar dari sikap menyia-nyiakan keselamatan yang
telah dianugerahkan Allah kepadanya. Ingatlah, tujuan Allah Bapa kita dalam
mendisiplin anak-ana-kNya dengan penuh kasih adalah untuk memperbaiki kita dan
mengembalikan kita kepada-Nya.
Rasul Paulus telah mempertaruhkan
imannya di atas anugerah Allah yang pasti dan dapat dipercaya (2 Tim. 1:12b).
Meskipun sebagian orang mengartikan ini sebagai karunia-karunia rohani yang
telah dipercayakan Allah kepada Rasul Paulus, namun sebenarnya “apa yang dipercayakan Allah” ini adalah
mengenai iman kepada Pribadi dan Karya Kristus sebagai dasar keselamatan.
Paulus meyakini bahwa iman ini akan tetap terpelihara sampai segala ancaman,
tantangan, bahaya dan kegagalan mewarnai kehidupan di dunia ini berlalu, yaitu
pada saat kedatangan Kristus kedua kali.
“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang
memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya pada hari Kristus Yesus.”
(Filipi 1:6)
0 comments:
Post a Comment