Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Thursday, February 10, 2011

Spiritualitas dari Hati

LAYAKNYA mata air yang terus mengalir, beriak-riak kecil seirama bentukan bebatuan yang dilalui, dan tak jarang juga tenang, damai dan teduh, hingga tak terde-ngar bunyi riaknya – begitu pula spiritualitas seseorang. Spiritual yang dinamis, berubah-ubah, namun tetap mengarah pada satu tujuan yang jelas – Kebenaran itu.

Setiap orang tentu pernah mengalami hal ini, di mana dia merasa begitu bergairah dalam praktik spiritualitasnya, hingga merasa ada satu hal yang kurang jika tak melakukan praktik yang biasa dijalankan – tapi tak jarang juga di suatu waktu tertentu dia merasa malas, dan seolah acuh tak acuh ter-hadap pertumbu-han spiritua-litasnya.

Tapi spiritualitas dan keberimanan seseorang tentu tak melulu persoa-lan rutinitas dan ritual yang terka-dang membuat orang terjebak da-lam sebuah praktik rutin yang mem-bosankan. Lebih dari itu, keberimanan sese-orang juga termasuk soal bagaimana dia mengerti, memahami apa yang sedang diimani – tapi terlebih penting adalah bagaimana ia merasai keberimanan diri hingga mendo-rongnya untuk terus meresponi keberimanan-nya tadi ke dalam sikap diri yang nyata, dapat dilihat dan dirasakan oleh orang sekitar, serta konsisten dalam laku praksis tersebut.

Soal rasa-merasa ini tentu tak terlepas dari persoalan hati. Ya, hati dan diri, satu kesatuan yang tak terlepas dalam sebuah keberimanan. Proses hati merasakan sesuatu, hingga menyentuh diri pastilah tak semudah dan secepat membalikkan telapak tangan. Ada proses yang panjang di mana hati mengolah segala informasi dan sinyal serta simbol yang ada di sekitarnya, hingga kemudian dapat meresponi seluruh tinanda yang ada sampai akhirnya membuahkan tindakan nyata sebagai respon diri.

Hati adalah satu unsur diri yang teramat pen-ting dalam keberimanan. Karena itu, perlakuan khusus terhadap hati pun tentu tak ada salah-nya dilakukan. Lantas perlakuan seperti apa yang dapat diterapkan pada hati? Ya, perlakuan lembut, menjaganya, dan konsisten mengasah-nya agar memiliki sensitivitas lebih dalam meresponi sesuatu, khususnya berhubungan dengan keberima-nan dan spirituali-tas seseorang. Tentu tak mungkin terlepas dari pra-karsa dan inter-vensi Roh Tuhan yang terus mem-beri arahan dan pertolongan yang tegas dan jelas menuju kebenaran Tuhan.

Dengan meng-asah hati, pastilah orang akan dapat lebih mudah mendengar tuntutunan suara Tuhan. Dengan menjaga hati niscaya orang akan memiliki pengalaman disiplin spiritual yang baik. Dengan disiplin spiritual yang baik, tentu mendatangkan respon yang baik pula dalam tataran nyata. Artinya, dengan menjaga hati maka orang tidak saja berorientasi pada diri dengan hanya peduli terhadap spiritualitasnya saja, lebih dari itu juga berdampak pada orang lain, di mana lingkungan dan orang sekitar dapat menyaksikan, bahkan merasakan nikmatnya sebuah respon disiplin spiritual yang bersumber dari hati yang terjaga dengan baik. Slawi

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment