“Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu” (Ulangan 15:11).
Bagi warga Israel yang kaya membantu saudaranya yang miskin hukumnya wajib (Ul 15:1-11). Taurat memerintahkan mengadakan persediaan bagi mereka (Ul 24:19-22), seperti kepada orang Lewi (Ul 14:28,29). Terhadap orang miskin harus ditunjukkan keramahtamahan (Luk 14:12-14), dan derma (lih Luk 18:22), sekalipun kemurahan hati dinomorduakan terhadap kebaktian kepada Allah (Yoh 12:1-8).
Gereja mula-mula mempraktikkan gaya hidup kebersamaan dalam hal kepemilikan kekayaan bersama (Kis 2:41,42; 4:32). Semula praktik ini mengarah kepada peniadaan orang miskin di dalam gereja (Kis 4:34,35), tetapi akhirnya menyebabkan ekonomi gereja di Yerusalem runtuh, sehingga harus diadakan penggalangan dana untuk membantu mereka (Rm 15:25-29; Gal 2:10).
Memperlakukan orang miskin dengan baik adalah tanggungjawab setiap orang percaya. Orang miskin tidak boleh dihina karena kemiskinannya. “Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya...” (Ams 17:5). “...tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia” (Ams 14:31). Itulah sebabnya Yakobus memperingatkan agar setiap orang Kristen memperlakukan orang miskin dengan adil (lih Yak 2:1-13).
Gereja harus mengajarkan kepada anggota-anggotanya untuk memelihara mereka yang miskin (Rm 12:13) agar terjadi keseimbangan di dalam jemaat, “Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan...” (2 Kor 8:13-15).
Refleksi Minggu Ini:
Kemiskinan bukanlah hal yang buruk apabila kita dapat memainkan peran kita dengan baik sebagai orang yang percaya kepada Kristus.
Self Purpose:
Kekristenan Anda teruji ketika Anda bisa menjawab hati nurani Anda saat melihat orang miskin.
0 comments:
Post a Comment