Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Wednesday, November 24, 2010

BAPTISAN ANAK, ALKITABIAHKAH?

*Alkitab dengan gamblang menyatakan bahwa BAPTISAN diberikan kepada mereka
yang menanggapi/percaya berita INJIL .* Contoh: Kepala penjara di Filipi,
kita membaca, *"Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada
semua orang yang ada di rumahnya."* (Kisah Para Rasul 16:32). Ini
menjelaskan mengapa seisi rumahnya dapat/boleh dibaptis—mereka semua telah
cukup umur untuk mendengarkan Firman. Juga, Sida-sida Ethiopia dalam Kisah
Para Rasul 8:35-39

8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu *ia
memberitakan Injil Yesus kepadanya.*
8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada
air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat,* di situ ada air; apakah halangannya,
jika aku dibaptis?"*
8:37 Sahut Filipus:* "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh."
Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."*
8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan* keduanya
turun ke dalam air,* baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus
membaptis dia.
8:39 Dan setelah* mereka keluar dari air,* Roh Tuhan tiba-tiba melarikan
Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya
dengan sukacita.

*Dalam PB, Baptisan segera menyusul setelah IMAN PRIBADI kepada Kristus
digunakan. Dalam gereja mula-mula, TAK SATUPUN orang percaya yang tidak
dibaptis. Semua orang Percaya DIBAPTIS sebagai suatu kesaksian terhadap iman
mereka.*

Surat Barnabas (sekitar tahun 120-130), berisi suatu pasal yang singkat
tentang Baptisan Air, tetapi *Hanya Baptisan Orang-orang Percaya. "Kami
turun ke dalam air penuh dengan dosa dan kecemaran, dan kami keluar dengan
membawa buah dalam hati kami, ketakutan dan pengharapan dalam Yesus di dalam
Roh"*

Tertullianus, pemimpin gereja Afrika Utara (sekitar tahun 200), menandaskan
bahwa anak-anak harus datang untuk dibaptis ketika mereka sudah DEWASA
supaya mereka mengerti apa yang sedang mereka lakukan."oleh karena itu,
sesuai dengan keadaan dari watak seseorang, dan juga usianya, *maka
PENUNDAAN baptisan adalah LEBIH MENGUNTUNGKAN,* khususnya dalam hal
anak-anak kecil." Tertullianus, yang berbicara menentang pembaptisan anak
kecil, *mengacu kepada orang tua baptis atau orang tua dari si Anak yang
dibaptis sebagai MUDAH SEKALI membuat Janji-Janji yang GEGABAH ketika mereka
mengatakan bahwa anak itu akan menjadi orang Kristen dalam kehidupannya
kelak. "Siapakah yang mengetahui apakah hal ini akan terjadi?" ia bertanya.*

*Jika membaca sejarah Baptisan Anak/Bayi dalam sejarah gereja, penuh dengan
unsur MISTIK/SAKRAMENTAL—kalo Bayi/Anak itu mati pasti masuk surga karena
sudah dibaptis, Baptisan Bayi/Anak untuk menghapus Dosa Asal dan politis
(pembaptisan anak kecil menjadi mata rantai yang mempersatukan gereja dan
Negara, setiap anak yang dibaptis menjadi orang Kristen dan anggota kerajaan
Romawi sekaligus)*

Karl Barth, teolog terkenal dari Swiss, mengakui bahwa *motivasi
sesungguhnya dibalik Baptisan Anak adalah KONSTANTIN-isme, *yakni kesatuan
gereja dan Negara. Ketika berbicara mengenai para Reformator yang berpegang
pada Baptisan Anak Kecil, ia mengatakan,"Orang-orang pada waktu itu tidak
mau melepaskan, karena cinta atau uang, keberadaan gereja Injili dalam
bentuk corpus Christianum Konstantinian. Ketika gereja menghentikan
pembaptisan anak kecil, gereja Rakyat dalam arti gereja Negara atau gereja
Massa berakhir." Barth menjelaskan bahwa Alkitab mengajarkan gereja Kristen
merupakan suatu minoritas; bila semua orang diikutsertakan didalamnya, maka
akibatnya adalah kesakitan bukan kesehatan. Ia mengakhiri dengan berkata
bahwa, "sudah saatnya untuk mengumumkan bahwa suatu pencarian yang urgen
untuk bentuk yang lebih baik dari praktik baptisan kita sudah lama
dinanti-nantikan."

Ulrich Zwingli, pengkhotbah dan reformator dari Zurich, *mempunyai KERAGUAN
YANG SERIUS tentang Pembaptisan Anak Kecil. Ia Mengaku, "Tak ada yang lebih
menyedihkan saya daripada bahwa saat ini saya harus membaptiskan anak-anak
kecil karena SAYA TAHU HAL ITU SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN." I*a menyadari
bahwa pembaharuan yang menyeluruh dalam gereja akan berarti menghentikan
kebiasaan itu. Ia mengatakan lagi,"*Saya tidak menyinggung hal baptisan,
saya tidak menyebutnya benar atau salah; jika kita harus membaptis seperti
YANG TELAH DITETAPKAN oleh KRISTUS, maka kita TIDAK AKAN MEMBAPTIS seorang
pun sebelum Ia MENCAPAI USIA yang memperlihatkan kebijaksanaan; karena
DIMANAPUN TIDAK TERTULIS bahwa Pembaptisan Anak Kecil harus dilakukan."*

Namun sayangnya, Zwingli mengubah pikiran karena alasan keadaan politik
waktu itu yang kuatir kacau (timbul gejolak sosial) karena gerakan Anabaptis
(kelompok Kristen yang membaptis ulang) yang SANGAT TIDAK SETUJU dengen
BAPTISAN BAYI/ANAK KECIL karena pola Perjanjian Baru yaitu gereja terdiri
atas orang-orang percaya yang dibaptis.

*Dalam soal Baptisan Anak Kecil, Luther dan Zwingli berpihak pada Gereja
Roma. *Zwingli, misalnya, mengerti apabila ia sampai berpihak pada para
Anabaptis, ia akan membangkitkan ketidaksenangan Negara. Ia berkata, "Akan
tetapi, jika saya sampai menghentikan praktik itu (Baptisan Bayi/Anak
Kecil), maka saya khawatir saya akan kehilangan gaji tetap saya dari
berkhotbah". Tetapi terlebih penting, ia memandang para Anabaptis sebagai
pengacau tatanan sosial.

Perkataan Luther agak tidak masuk akal tentang Baptisan Bayi/Anak kecil.
Luther tidak menghentikan Praktik pembaptisan anak kecil. Luther juga
menyetujui pemusnahan para Anabaptis. Luther terjepit ditengah-tengah topik
tentang Baptisan Anak. Ia ingin berpegang pada dua doktrin yang
bertentangan, yakni pembenaran oleh iman dan kepercayaan bahwa anak-anak
kecil dilahirbarukan oleh Baptisan. Dalam suatu khotbah ia mengemukakan jika
seseorang menganggap bahwa anak-anak kecil yang telah dibaptis itu tidak
percaya, ia harus menghentikan perbuatan itu, "supaya kita tidak lagi
menghina dan menghujat kemuliaaan Allah yang mahatinggi dnegan tindakan
gila-gilaan dan ketololan yang tidak beralasan." Sungguh Ketidakkonsistenan
dan Dilema bagi Luther.

Kelompok* PAEDOBAPTIS (yang pro/melakukan praktik Baptisan Anak Kecil)
mempunyai masalah.* Beberapa anak ini ketika dewasa tidak memeluk iman
Kristen, tetapi menjadi berandal. Untuk menghadapi dilema ini, upacara"masuk
sidi" ditetapkan supaya seorang anak dapat meneguhkan keputusan yang telah
dibuat oleh orang tuanya. *Paul K. Jewett menjelaskan bahwa perlunya praktik
ini hanya dapat berarti salah satu dari dua hal: mujizat lahir baru yang
dikerjakan lewat baptisan anak kecil itu DIBATALKAN ketika anak itu
Dewasa/Akil Balik, atau Upacara masuk sidi" itu adalah Pengakuan secara
diam-diam bahwa anak itu sebenarnya TIDAK PERNAH DILAHIRBARUKAN.*

*Bagaimana dengan John Calvin?* Seperti Zwingli, ia menemukan hubungan
analogis antara tanda sunat dari Perjanjian Lama dan Tanda Baptisan dari
Perjanjian Baru. Calvin mengakui bahwa Alkitab tidak pernah mencatat
Pembaptisan seorang anak kecil.

Perbandingan Tanda SUNAT dan Tanda BAPTISAN, TIDAK TEPAT karena Perjanjian
yang Baru berbeda sekali dengan perjanjian yang lama. Memang benar bahwa
sunat secara rutin dijalankan dalam perjanjian Lama, baik yang beriman atau
tidak. Sunat merupakan tanda dari berkat-berkat perjanjian yang hanya dapat
diterima sepenuhnya oleh seorang anak apabila ia memiliki iman pribadi
setelah ia cukup umur. (bagian ini belum selesai diketik, selengkapnya baca
buku Erwin W. Lutzer, Teologi Kontemporer)

Seperti Luther, Calvin bergumul dengan masalah bagaimana baptisan dapat
berguna bagi seorang anak kecil yang tak dapat percaya. Ia mengatakan bahwa
mungkin Allah sebelumnya telah melahirbarukan anak-anak kecil yang akan
diselamatkan. Para kritikus mengatakan, jika hal ini benar, maka anak-anak
tak akan dilahirkan "di dalam Adam" melainkan "di dalam Kristus." Kesimpulan
ini tidak diterima secara luas.

Calvin mengeluarkan teori yang lebih baik dari teori Mistik Baptisan Anak.
Baptisan tidak mengakibatkan kelahiran kembali anak-anak kecil tetapi hanya
bearti bahwa"benih-benih pertobatan terdapat di dalam anak-anak melalui
pekerjaan yang rahasia dari Roh Kudus." Mereka dibaptis dalam iman dan
pertobatan yang akan datang. Ini tidak berarti bahwa anak-anak yang tidak
dibaptis harus diserahkan untuk kematian kekal jika mereka mati pada masa
anak-anak. Baptisan tidak mengakibatkan kelahiran baru, tapi hanya berarti
bahwa "benih-benih pertobatan" itu ada.

*Erwin W. Lutzer menyarankan Baca juga buku Paul K Jewett, Infant Baptism
and the Covenant of Grace, Grand Rapids: Eerdmans, 1977. Karya ini memuat
sejarah yang rinci tentang doktrin baptisan anak kecil dan menyimpulkan
bahwa BAPTISAN ANAK KECIL, BERTENTANGAN dengan ajaran Perjanjian Baru. Buku
ini sangat ilmiah. Buku ini menarik karena ditulis oleh seorang teolog
perjanjian (Covenant Teolog), yang dididik untuk menerima Baptisan Anak
Kecil. Ini merupakan bacaan yang perlu dibaca oleh barangsiapa yang menaruh
minat pada doktrin yang controversial ini.

dirangkum dari buku Teologi Kontemporer, Erwin W. Lutzer, Malang: Gandum
Mas, Cetakan ketiga 2005.
(ALL ONE BODY-WHY DON'T WE AGREE?)

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment