Renungan:
Edisi 29 Maret 2009
KELIMPAHAN
“Siapa percaya kepada TUHAN, diberi kelimpahan” (Amsal 28:25).
KELIMPAHAN, diambil dari bahasa Ibrani primitif, dashen artinya: bertambah besar, lebih gemuk, dan semakin makmur. “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan” (Ams 11:25). Dalam bahasa Yunani dipakai kata perissos, yang berarti: lebih dari komplet, lebih penuh, lebih tinggi, tidak ada bandingnya, dan melebihi ukuran. “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). “Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan” (1 Tes 3:12).
PL menyebut bahwa bukti Tuhan menyertai kita adalah dengan membuat kita hidup dalam kelimpahan. Ia membuat kelimpahan sesuai dengan perjanjian-Nya dan sepadan dengan ketaatan kita kepada-Nya (baca: Ul 28:11-12; 30:9; Mzm 65:10; Yes 60:5; Yer 31:14; 2 Kor 4:7; 9:8), termasuk dalam hal memberi persepuluhan. “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal 3:10 bnd Ams 3:9-10).
Kelimpahan adalah hasil karena kita mampu mengoptimalkan keunikan diri kita pada bidang pekerjaan yang sedang kita geluti. Tuhan mengaruniakan kepada kita suatu kemampuan yang unik yang tidak dimiliki oleh orang lain. Suatu kemampuan dasar yang kadangkala belum dikembangkan dengan optimal. Ketika kita mampu mengoptimalkan secara konsisten potensi dan kemampuan kita, maka kita akan memiliki keahlian pada bidang yang sedang kita geluti sehingga dapat berkembang dan menghasilkan kelimpahan. “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya” (Mat 13:12; 25:29). “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan” (Ams 21:5 bnd Ams 13:4 “hati orang rajin diberi kelimpahan”).
Pembelajaran Iman Jemaat
Mengasihi Dunia Kontra Mengasihi Allah
Mengapa kita cenderung lebih mengasihi dunia dari pada mengasihi Allah?
Mari kita lihat posisi kita dengan baik, apakah kita ada dalam posisi mengasihi dunia atau mengasihi Tuhan? Tapi sebelumnya perhatikan firman ini:
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih Bapa tidak ada di dalam orang itu” (1 Yoh 2:15).
Surat 1 Yohanes 2:16 menjelaskan kepada kita tentang adanya penyebab kita lebih mengasihi dunia, yaitu: keinginan daging ‘the lust of the flesh’, keinginan mata ‘the lust of the eyes’, dan keangkuhan hidup ‘the pride of life’.
“Segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini yang diinginkan oleh tabiat manusia yang berdosa yang dilihat lalu diingini dan yang dibangga-banggakan semuanya adalah hal-hal yang tidak berasal dari bapa melainkan dari dunia” (BIS bnd Kej 3:6).
Kata Yunani untuk keinginan adalah epithumia, ‘concupiscence, desire, lust after’, yakni nafsu yang mendominasi hidup kita sehingga kita tidak dapat mengasihi Allah:
1. Keinginan Daging sarx ‘flesh, carnal, carnally minded, fleshly’
Keinginan daging epithumia tes sarkos (Gal 5:19-21 bnd Ef 3:5-9) atau, ‘memikirkan (fronein: mengikhtiarkan, memihak kepada, mengejar) hal-hal yang dari daging’ fronema tes sarkos (Rm 8:5) menunjuk kepada nafsu kedagingan yang cenderung ingin dipuaskan.
Alkitab menyebut bahwa keinginan daging murni dianggap sebagai perseteruan (ekhthra: memusuhi) terhadap Allah (Rm 8:7). Keinginan daging akan melahirkan maut (Rm 8:6). Keinginan daging membuat kita tidak mungkin berkenan kepada Allah (Rm 8:8).
_____________________________________________________________________________________________________________________
2. Keinginan Mata ophthalmos ‘eye, sight - ‘the eye, metaphora the eyes of the mind, the faculty of knowing’.
Mata sangat mempengaruhi cara kita dalam memandang, meninjau dan memahami sesuatu yang kita lihat. Barangsiapa bisa mengendalikan matanya, maka ia akan mampu mengendalikan tubuhnya. “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu” (Mat 6:22-23).
_____________________________________________________________________________________________________________________
3. Keangkuhan hidup alazoneia, ‘pride, arrogance’
Kata Yunani alazoneia artinya ‘membual’ (boasting), ‘membanggakan’ (pride), berkenaan dengan apa yang kita lakukan dalam keseharian hidup (daily life) dan kepemilikan (possessions), arogan (arrogance). Alkitab menyatakan bahwa keangkuhan hidup dianggap sebagai kebanggaan semu (false pride).
_______________________________________________________________________________________________________________
Tanda dari orang yang mengasihi Allah adalah “melakukan kehendak Allah” (1 Yoh 2:17). “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah - perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1 Yoh 5:3). “Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya” (1 Yoh 4:21).
Mengasihi Allah harus ditunjukkan bukan hanya dengan perkataan, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yoh 3:18).
Walaupun kita tidak mungkin sempurna dalam mengasihi Allah (1 Yoh 4:10 bnd 4:20), tetapi tidak ada salahnya jika kita mulai mendaftarkan perbuatan-perbuatan yang merupakan refleksi kita dalam mengasihi Tuhan dengan: segenap hati, jiwa dan akal budi Anda (Mat 22:37). Selanjutnya pikirkan bagaimana Anda melakukannya?
_____________________________________________________________________________________________________________________
Refleksi Minggu Ini:
Ketika kita membagi dengan orang lain apa yang ada pada kita itu berarti kita sedang dalam kelimpahan.
Self Purpose:
Sudahkah kelimpahan itu menjadikan hidup Anda melimpah dengan berbagai kebajikan?
0 comments:
Post a Comment